"Mendaftar!" Tang Qingying langsung membalas.
"Pesta Rakyat Jinmen Rongcheng sudah lama ingin kukunjungi! Bahkan saat belum siap hiasan pun sudah kepingin!" Tang Qingying terus menunjukkan keinginannya yang mendesak.
"Aku juga kosong! Aku juga kosong!" Yin Nuxia mengirim pesan.
"Untuk malam ini, selain Kak Yu Dian yang harus jaga shift, kita semua kosong kan!" Cheng Yan membalas agak lambat.
"Huu, Nona Yu malangku." Yin Nuxia yang sudah berlatih giat selama lebih dari setahun terakhir, kini sudah sangat lihai mengetik. Ini berkat perkembangan teknologi cerdas terkini, sistem pengenalan suara perusahaan Xunfei semakin akurat.
"Tidak apa-apa." Gadis kecil Yu Dian berkata.
"Tak masalah." Cheng Yan juga berkata, hanya saja dia menambahkan di belakang, "Hotelnya saja yang kita tinggalin."
"Tidak salah, lakukan saja seperti itu!" Cheng Yun sebagai bos majulah memberikan instruksi, lalu ia mengetik dengan cepat, "Malam ini kita berkumpul di resepsionis pukul delapan setengah, lalu berangkat. Meskipun pasar malam lebih ramai, tapi hari pertama pembukaan ini diperkirakan akan sangat penuh sesak. Kita hindari kerumunan utama pukul tujuh-delapan, tunggu sampai para paman dan tante itu pulang tidur dulu baru kita pergi."
"Setuju!" Tang Qingying menyetujui.
"Bagus!" Yin Nuxia juga memberikan tiket dukungan.
"Mengapa Cai Qing tidak ada di grup? Kamu belum memasukkannya ke dalam grup?" Cheng Yan tiba-tiba bertanya.
"Dia tidak sering pakai WeChat, tapi pasti akan ikut." Cheng Yun berpikir sejenak lalu membalas, menurutnya sudah saatnya memberikan ponsel kepada Sang Mage, setidaknya untuk kamuflase! Hm, ponsel pintar low-end sekarang murah dan bagus, nanti dipotong dari... gaji bulan depannya saja.
Cheng Yan tidak membalas lagi, menandakan persetujuannya.
Gadis kecil Yu Dian malah membalas: "Lagi-lagi meninggalkan hotel begitu saja tidak baik, akhir-akhir ini banyak tamu menginap."
Segera dia mengirim pesan lagi: "Lebih baik kalian saja yang pergi bermain, aku akan tetap di depan menjaga shift."
Yin Nuxia langsung mengirim ekspresi tidak senang, lalu berkata: "Menonton pertunjukan saja tidak mau pergi?"
"Apa salahnya? Lagipula melemparkan hotel seperti ini bukan cuma sekali dua kali." Cheng Yan berkata.
"Iya, kita jarang bisa jalan-jalan bersama." Cheng Yun mengetik, "Dan lihatlah Yin Dan yang melompat-lompat seperti monyet sepanjang hari, sementara kamu hanya mengurung diri di hotel setiap hari. Bagaimana bisa baik!"
"Kakak ipar benar." Tang Qingying menyusul.
"Protes! Aku bukan monyet." Yin Nuxia membantah.
"Baiklah." Gadis kecil Yu Dian akhirnya menyetujui.
Sejak kecil sampai besar dia belum pernah sekalipun mengunjungi festival kuil. Karena masuk festival kuil perlu tiket, puluhan yuan per orang. Waktu kecil keluarganya miskin, kemudian tinggal di panti asuhan - tentu dia tidak punya kualifikasi untuk itu.
Maka dia hanya bisa sesekali melihat lampu hias yang tertata di tepi jalan. Dulu waktu kecil saat Jinguan belum melarang kembang api, dia juga bisa mengangkat kepala memandang kembang api yang memenuhi langit. Tiba-tiba terasa dunia ini menjadi jauh lebih ramai, inilah makna Tahun Baru Imlek.
Selama tahun-tahun terakhir, perayaan tahun baru baginya hanyalah hari raya dimana dia menyaksikan keriangan dan tawa orang lain, yang justru semakin menegaskan kesepian dan keterasingannya sendiri.
Tentu saja bukan berarti dia tidak ingin jalan-jalan di pasar malam. Hanya saja setelah bertahun-tahun terbiasa dalam kesendirian yang memilukan, kini dia merasa alur kehidupannya tak selaras dengan keramaian itu. Bahkan sekadar berdiri di situ saja akan terasa janggal. Di bawah sorotan lampu hias yang mempesona, dia yakin kesederhanaan yang tak sesuai itu akan membesar tak terhingga, hingga baju yang dikenakannya pun terlihat sangat kampungan dan jelek.
Sebenarnya gadis kecil Yu Dian memiliki paras yang cantik. Bahkan ketika pertama kali tiba di hotel, seluruh tubuhnya menunjukkan tanda malnutrisi, seolah semua elemen mikro yang diperlukan tubuhnya tak satu pun terpenuhi. Namun dia tetap terlihat putih bersih dan menawan.
Selama lebih dari setahun terakhir di hotel ini, dia memiliki pendapatan stabil ditambah tunjangan makan dan tempat tinggal. Tingkat kehidupannya meningkat signifikan. Kulitnya semakin halus, posturnya tak sekurus dulu. Gadis cantik yang setengah tahun lalu masih terlihat sederhana, kini ke mana pun pergi selalu dipuji kecantikannya. Tapi sifat pemalunya tetap tak berubah, tak seperti gadis seusianya yang gemar berdandan.
Cheng Yun tahu persis, selama setengah tahun ini gadis itu tetap menghemat setiap sen gajinya. Hampir tak ada pengeluaran sembarangan. Uang yang ditabungnya hampir seluruhnya disumbangkan ke panti asuhan atau digunakan untuk membeli kebutuhan anak-anak di sana.
Dia lebih memilih tidak membeli baju baru untuk dirinya sendiri demi membelikan anak-anak yang tak punya rumah.
Yin Nuxia pernah bertanya penasaran, mengapa dia begitu ketat pada diri sendiri tapi sangat dermawan pada anak-anak yang tak ada hubungan darah maupun alasan dengannya.
Gadis kecil Yu Dian menjawab, anak-anak masih dalam masa pembentukan karakter. Jika berpakaian lusuh dan tak punya uang jajan, saat dewasa akan menjadi rendah diri, tertutup, dan lemah - sulit mengangkat kepala seumur hidup. Sedangkan dirinya sudah terlanjur seperti ini.
……
Pukul delapan malam, semua orang berkumpul di resepsi.
Siswa Tang Yao Yao sedang memamerkan keahlian profesionalnya dengan menggambar pengumuman tentang karyawan hotel yang mangkir kerja secara massal di papan tulis kecil. Gambar kartun segar dan tulisan gadis yang anggun menyatu menjadi papan pengumuman yang sangat indah.
Karena malam musim dingin cukup dingin, semua orang mengenakan pakaian tebal. Beberapa gadis bahkan memakai syal. Yin Nuxia terlihat paling imut dengan syalnya - posturnya yang pendek, pakaian tebal yang membuatnya tampak gemuk, ditambah syal merah tebal yang menutupi separuh wajahnya, membuatnya bagai pinguin.
Si loli kecil tentu juga memakai syal, bahkan mengenakan baju bersaku. Meski sebenarnya tak ada yang perlu dimasukkan ke saku.
Cheng Yun tetap mengikat ujung tali pengikat di pergelangan tangannya, untuk memberi kesan pada si loli bahwa "dia sama sekali tidak sedang mengajaknya jalan-jalan".
Melihat ini, Cheng Yan menawarkan diri: "Serahkan si loli padaku untuk kuajak jalan. Aku janji tidak akan kehilangan dia."
Mendengar itu, si loli menoleh meliriknya dengan tatapan meremehkan.
Cheng Yun menggeleng: "Tidak perlu. Dia tidak akan mau kamu yang menuntunnya."
"Hmph! Jumawa!"
"Selesai! Yao Yao juga sudah menyelesaikan lukisannya, ayo kita berangkat! Pesan dua taksi, silakan bebas memilih siapa yang mau duduk bersama!" Cheng Yun menggerakkan tangannya besar-besaran sambil berkata. Tangannya yang tak bersarung tangan langsung ia selipkan ke saku jaket, "Selain itu, sesuai tradisi tahun-tahun sebelumnya, di pasar malam selain lampion ada berbagai makanan enak dan permainan seru. Jangan sungkan-sungkan kalau mau beli atau main apa saja! Semua pengeluaran malam ini akan diganti oleh hotel! Tahun Baru sebentar lagi, jangan kalian kasihan-kasihan menghemat uangku ya!"
"Bagus! Kakak ipar yang paling baik! Aku mau naik mobil yang sama dengan kakak ipar!" teriak Tang Qingying.
Beberapa saat kemudian.
Cheng Yun duduk di kursi penumpang depan sambil memeluk loli kecil, menatap hiasan tahun baru di sepanjang jalan yang telah dipersiapkan untuk menyambut Imlek. Tang Qingying dengan wajah lesu duduk di belakang, di sebelahnya duduk Sang Mage.
Sang Mage justru terlihat sangat antusias. Matanya terus mengamati interior mobil, sesekali menoleh melihat pemandangan di luar jendela.
Ketika mereka tiba di pintu masuk festival kuil, waktu sudah hampir pukul sembilan.
Enam orang dan satu makhluk turun dari mobil secara bergantian, membeku melihat kerumunan berdesak-desakan di pintu masuk.
Area masuk festival masih dipenuhi lentera warna-warni, pohon-pohon bergantung lampion dan lampu hias. Di bagian paling depan berdiri gerbang lengkung yang seluruhnya terbuat dari lentera, melewati kerumunan kepala manusia, samar-samar terlihat pemandangan terang benderang di dalam.
"Ini... ini yang kamu sebut menghindari keramaian?" Cheng Yan menoleh tajam ke arah Cheng Yun.
"Ini justru membuktikan kalau kita datang lebih awal, orangnya akan lebih banyak lagi." Cheng Yun mengatupkan bibirnya.
Saat itu, kebetulan sepasang kekasih berjalan bergandengan melewati depan mereka. Cheng Yan mendengar bisikan mereka: "Sekarang sudah sepi sedikit, tadi benar-benar sampai susah masuk..."
Cheng Yan tak bisa berkata-kata lagi.
"Lihat sana! Ada ayam besar sekali! Anjingnya juga raksasa!" Yin Nuxia menunjuk ke samping dengan wajah bersemangat.
Semua orang menoleh dan melihat itu hanyalah patung zodiak yang diterangi lampu, sangat biasa. Hanya si loli kecil yang sama seperti Yin Nuxia, matanya berkilauan menatap ke arah sana, wajahnya penuh rasa ingin tahu.
Cheng Yun melihat sekeliling dan berkata: "Aku sudah beli tiket online, antri dulu untuk ambil. Kalian tunggu di sini."
Semua mengangguk.
Khawatir si loli kecil terinjak orang, Cheng Yun menggendong makhluk mungil yang semakin berat ini menuju aula pengambilan tiket.
Setelah mengantri 15 menit, akhirnya dia mendapatkan tiket. Total enam lembar, hewan peliharaan tidak perlu tiket.
Lalu mengantri untuk masuk.
Cheng Yun berdiri di posisi terdepan dari enam orang, tapi saat melihat mesin pemeriksaan keamanan di depan, diam-diam dia mengitari ke belakang. Di bawah tatapan penuh tanda tanya semua orang, dia menarik lengan Yin Nuxia dan berbisik di telinganya: "Di depan ada pemeriksaan metal detector. Kau tidak bawa senjata pembunuh kan?"
Loli kecil mengangkat kepala dengan wajah terpaku menatap Cheng Yun. Ia merasa manusia ini terlalu merepotkan, sebentar berjalan ke sana kemari, memaksanya harus terus mengikuti.
"Apa... apa itu anjian?" Yin Nuxia menghindari inti pembicaraan, nada bicaranya mulai terbata.
"Pemeriksaan keamanan." Cheng Yun langsung mengerutkan kening, bersikap serius. "Ada mesin detektor. Jika kau menyembunyikan senjata pembunuh di badan, saat kau lewat, mesin itu akan mendeteksi dan berbunyi alarm."
"Sekeren itu? Bahkan... bahkan kalau diselipkan di lapisan baju dalam pun ketahuan?" Bisik Yin Nuxia penuh keheranan.
"Hm. Serahkan sekarang. Kalau tidak nanti akan disita petugas."
"Eh......"
Dengan sangat enggan, Yin Nuxia membuka resleting jaket bulu angsa. Dari kantong dalam, ia mengeluarkan belati dan menyembunyikannya di balik lengan baju sebelum menyodorkannya diam-diam ke Cheng Yun.
"Ngapain bawa benda ini waktu jalan-jalan?" Cheng Yun melirik belati khusus pemberian Jenderal Li itu, lalu menyelipkannya ke saku sebelum melemparkannya ke ruang node.
"Udah kebiasaan..."
"Masih ada?" tanya Cheng Yun.
"……" Yin Nuxia membuka kembali jaket bulu angsa panjangnya, mengeluarkan golok kecil sebesar telapak tangan dari saku celana, lalu menyerahkannya dengan enggan.
"Udah habis?"
"U-udah... nggak ada lagi." Pandangan Yin Nuxia menghindar.
"Cepetan! Keluarin semua!" Cheng Yun langsung tahu dia bohong, lalu berpura-para mengancam, "Awas lo nggak percaya, nanti beneran kusita dan kuantar ke kantor polisi!"
"…… Aku... Senjata itu pondasi orang persilatan. Kalau semua kuberikan, aku jadi nggak merasa aman!"
"Kamu kan sudah jadi Wanita Wolverine, masih ngerasa nggak aman?"
"Aku kan nggak punya cakar logam yang bisa dibawa-bawa..."
"Jangan banyak omong kosong! Cepat!" Cheng Yun buru-buru mendesak, petugas kebersihan wanita ini, masih mengaku orang persilatan...
Yin Nuxia kembali berlambat-lambat membuka resleting jaket panjangnya, mengeluarkan sebilah pedang pendek satu chi yang dibungkus kain dari dalam, lalu segenggam golok terbang dari saku celana sebelah yang juga terbungkus kain, menyerahkan semuanya kepada Cheng Yun.
"Benar-benar sudah habis," ia memandang penuh harap pada Cheng Yun.
"Untuk sementara kupercaya!" kata Cheng Yun.
Setelah mengantri sekitar sepuluh menit, akhirnya tiba giliran mereka. Dari pintu gerbang utama, keindahan unik di dalam terlihat jelas. Pipi Yin Nuxia memerah kegirangan, si loli pun menjulurkan lehernya sambil mendongak berusaha melihat lampu-lampu di kejauhan.
