Teriakan di tangga terus bergema tanpa henti!
Bukan hanya mata Yin Nuxia yang berbinar, Tang Qingying juga sama bersinar-sinar.
Tidak hanya gadis kecil Yu Dian yang wajahnya pucat, raut wajak Cheng Yan juga terlihat tidak enak dilihat.
Bukan karena takut ketinggian, dia takut terjadi kecelakaan!
Kedengarannya mirip dengan fobia ketinggian, namun keduanya memiliki perbedaan mendasar. Contohnya, orang yang takut ketinggian akan panik hanya dengan melihat ke bawah dari tempat tinggi meski di gunung sekalipun, tapi Cheng Yan tidak. Yang ditakutkannya adalah benda-benda berpotensi celaka yang tak bisa dikendalikan. Tak hanya menara jatuh, termasuk kipas langit-langit di kelas yang sering terlihat - dia selalu khawatir kipas itu jatuh saat berputar dan mengiris kepala orang. Makanya dia tak pernah duduk di bawah kipas.
Cheng Yun menatap Yin Nuxia: "Mau main?"
"Hm hm!" Yin Nuxia mengangguk cepat seperti burung mematuk.
"Kalau mau ya main saja, lagipula biaya operasional ditanggung perusahaan!" Langsung Cheng Yun menyodorkan dompetnya ke dia. Tiket hanya mencakup biaya masuk, semua atraksi selain lampion harus bayar terpisah.
"Terima kasih kepala stasiun!" Yin Nuxia dengan gembira menerima dompet itu, lalu menoleh ke arah gadis kecil Yu Dian.
"Kamu... kamu saja yang pergi, aku akan menunggu di bawah." Gadis kecil Yu Dian menggelengkan kepala berulang kali, sambil berusaha melepaskan tangannya.
"Eh..." Yin Nuxia masih mencengkeram tangannya erat-erat, dengan wajah memelas berkata, "Aku malu kalau pergi sendirian, aku juga tidak tahu cara memainkannya..."
"Masa malu-malu sih... Baiklah, main sekali saja!" Melihat tatapan penuh harap dan memelas dari Yin Nuxia, gadis kecil Yu Dian akhirnya dipaksakan menyetujui. Ia sendiri juga belum pernah mencoba wahana seperti ini, merasa cukup penasaran.
"Blak-blakan banget!" Setelah berkata demikian, Yin Nuxia langsung menarik gadis kecil Yu Dian untuk membeli tiket.
Mereka kebetulan mendapatkan beberapa kuota terakhir untuk gelombang berikutnya. Begitu para penumpang di menara jatuh turun, giliran mereka yang naik.
Dengan telaten gadis kecil Yu Dian membantu Yin Nuxia mengencangkan tindakan pengamanan terlebih dahulu, baru kemudian memasang perlengkapan sendiri.
Yin Nuxia langsung duduk manis di menara jatuh, kedua betis rampingnya bergoyang-goyang dengan bebas, bahkan mengulurkan tangan memberi kode pada Cheng Yun, meminta Cheng Yun memfotonya.
Setelah gadis kecil Yu Dian duduk dengan rapi, dia langsung memejamkan mata sambil terus menarik napas dalam-dalam, bagai akan segera maju ke medan perang.
5、4、3……
Usai hitungan mundur, menara jatuh tiba-tiba melesat ke atas.
Segera terdengar sejumlah besar teriakan!
Wajah gadis kecil Yu Dian langsung pudar dalam sekejap!
Cheng Yun di bawah melirik Tang Qingying yang bersemangat mencoba dan Cheng Yan dengan raut wajak semakin buruk, lalu menatap Sang Mage di sampingnya: "Kamu mau coba?"
"Apa serunya sih!" Sang Mage membalikkan mata.
"Kamu juga belum pernah main yang begini kan?"
"Terus kenapa? Mau merangsangku dengan permainan terlalu kecil begini? Aku ini Sang Mage!" Sang Mage bersikap meremehkan.
Cheng Yun langsung diam membeku.
Tiba-tiba, ia merasakan ada sesuatu yang menarik celananya. Saat menunduk, terlihat loli kecil sedang berjongkok di dekat kakinya, kepala mendongak menatap tajam sambil mencengkeram celananya dengan cakar kecil dan terus menarik-narik ke bawah.
Melihat Cheng Yun memandangnya, ia buru-buru menoleh ke arah menara jatuh di depan dengan tatapan penuh harap.
Cheng Yun menghela napas pasrah, "Tidak boleh. Kamu masih terlalu kecil, tidak bisa duduk dengan stabil di kursi itu. Lagipula wahana ini didesain untuk manusia. Staf pasti tidak akan mengizinkanmu bermain."
Mendengar itu, loli kecil memutar kepalanya kembali. Kepala mungilnya mendongak lagi, menatapnya dengan ekspresi terpaku.
Mengapa orang biasa boleh main tapi Wang tidak?!
Staf itu apa sih, berani melarang Wang main? Lebih baik Wang gigit saja sampai mati mereka!
Ia melirik Cheng Yun dengan tatapan bermaksud berunding, namun Cheng Yun sudah tidak memandangnya lagi.
“Loli itu terpaksa menarik kembali pandangannya, menatap penuh harap saat menara jatuh menghunjam ke bawah dengan cepat. Teriakan-teriakan terkejut orang biasa terus bergema, seolah permainan itu terlihat sangat mengasyikkan.”
“Menara jatuh naik dengan cepat, turun juga secepat kilat. Tak lama kemudian Yin Nuxia dan gadis kecil Yu Dian pun keluar.”
“Wajah Yin Nuxia saat itu dipenuhi kegembiraan, seolah masih belum puas. Langkahnya ringan seakan ingin melompat-lompat. Sebaliknya, gadis kecil Yu Dian wajahnya pucat, langkahnya terlihat goyah. Ia mencengkeram erat lengan Yin Nuxia baru bisa bertahan.”
“Seru banget! Sang Kepala Stasiun! Pengen main lagi!”
“Kalau gitu lanjutin aja, main sampai puas.” Cheng Yun tersenyum memandang Yin Nuxia.
“Aku rasa…” Cheng Yan melirik Yu Dian yang masih ketakutan, lalu menatap Yin Nuxia yang bersemangat. Matanya menengadah ke menara jatuh setinggi lima enam lantai itu. “Kak Yin Dan, kamu sama sekali nggak takut ya?”
“Takut apa?” Yin Nuxia justru memandangnya dengan bingung, “Lagipula ketinggian segitu cuma sedikit, jatuh pun nggak bakal bikin mati.”
“……”
Cheng Yun menyodorkan dompet ke Yin Nuxia sambil menatap Tang Qingying: “Kamu juga mau main?”
Tang Qingying mengangguk seperti ayam mematuk beras. Saat hendak bicara, Cheng Yan sudah mendahuluinya.
“Tidak perlu. Kabarnya di aula sana ada pertunjukan malam ini. Hari pertama festival kuil ini ada selebritas yang datang.” Katanya tenang, “Mulai pukul delapan sampai sepuluh. Sekarang sudah setengah sepuluh, kita masih bisa kejar setengah jam terakhir. Mau coba minta stafnya biarin kita masuk tanpa bayar.”
“Hah?” Tang Qingying terpaku menatapnya, “Denger info dari mana? Lagian kapan aku mau nonton?”
“Sudah ku uruskan untukmu.”
“Aku menolak!” Tang Qingying menoleh dengan tegas, “Aku mau main menara jatuh!”
“Pertunjukan lebih bagus.” Cheng Yan berkata datar.
“Nggak bagus!”
“Ada selebritas.”
“Ada Lu Ziming?”
“Ada.” Cheng Yan tetap tenang menjawab.
“Jangan bohongi aku! Aku tak percaya!” Tang Qingying keras kepala, “Aku mau naik menara jatuh!”
Baru saja bicara, dia merasakan Cheng Yan menangkap tangannya.
Tang Qingying langsung merasa situasi memburuk. Merasakan genggaman Cheng Yan mengencang, dia segera berjongkok sambil merapatkan kedua kaki seperti rem darurat, kedua tangan mencengkeram mati-matian tangan Cheng Yan dengan ekspresi tegas bersumpah: “Aku tidak mau pergi! Aku tidak mau ikut! Aku mau naik menara jatuh!”
Cheng Yan menundukkan kepala, meliriknya sekilas.
Jurus ini sudah pernah dia pakai sebelumnya.
Tang Qingying tetap mengembungkan pipi dengan tatapan penuh keteguhan melawan: “Aku tidak akan bangun!”
“Ha!”
Cheng Yan tertawa kecil, lalu menyeretnya pergi semudah membalik telapak tangan.
“Aaaaah!!”
Tang Qingying yang sedang diseret sambil menatap Cheng Yun berteriak: "Kakak ipar, selamatkan aku! Aku tidak mau pergi!"
Cheng Yun menarik sudut bibirnya.
Menyadari Cheng Yun tak tergoyahkan, Tang Qingying langsung berhenti membuang tenaga. Ia menarik kembali pandangannya sambil fokus melawan Sang Iblis Raja Cheng Yan sambil merintih: "Aku mau naik menara jatuh, aku juga mau naik palu raksasa, aku tidak mau..."
Dua gadis remaja berpostur menawan dan wajah ayu yang sedang bercanda riang di tempat itu berhasil menarik perhatian banyak orang. Kehadiran mereka seolah membuat pemandangan festival kuil terlihat semakin indah.
"Palu raksasa?" Yin Nuxia tiba-tiba berseru seperti menemukan hal baru, menoleh ke arah palu besar yang berayun-ayun di kejauhan dengan mata berbinar.
"Kalian berdua main di sini saja, kami tidak akan berdiri menunggu bodoh di bawah." kata Cheng Yun padanya.
"Kalian pergi ke mana?" Yin Nuxia tertegun.
“Kami akan jalan-jalan keliling, Kak Yu Dian akan menemanimu bermain. Ikuti dia baik-baik, jamin dirimu tidak tersesat dan lindungi dia.” Cheng Yun berhenti sejenak, lalu menyodorkan beberapa ratus yuan sambil menekankan, “Lihat wahana yang ingin dicoba langsung main, mau jajan beli saja, suka apa langsung dibeli. Kalau uang habis nanti aku yang ganti.”
“Siap!”
“Jaga baik-baik Yu Dian ya!” Cheng Yun berkata sambil mengajak Sang Mage dan loli melanjutkan perjalanan.
Sang loli masih enggan meninggalkan menara jatuh.
Ia merasa kondisi saat ini mirip dengan orang biasa tadi yang merengek tak digubris malah diseret pergi. Tapi sebagai Raja Padang Salju, tentu tak mungkin ia bertingkah seperti manusia rendahan di tengah keramaian.
Demikianlah rombongan ekspedisi terpecah menjadi tiga jalur.
Cheng Yan menarik Tang Qingying untuk menonton pertunjukan, Yin Nuxia dan gadis kecil Yu Dian masih bermain di wahana permainan, sementara Cheng Yun terus berjalan-jalan ditemani Sang Mage dan loli.
Sekitar setengah jam kemudian, dua manusia dan satu makhluk keluar dari rumah hantu.
Keduanya merasa sangat bosan, tapi si loli justru menganggapnya menarik. Makhluk penghancur dunia yang masih balita ini memang penasaran pada segalanya.
"Membosankan sekali, orang biasa di dunia kalian mencari rangsangan dari benda-benda seperti ini?" Sang Mage meneguk cola dari botol, "Lebih baik tadi kebun binatang langka, setidaknya aku bisa mempelajari persamaan dan perbedaan makhluk hidup antara dunia kami dengan kalian."
"Ha~~" Cheng Yun menguap, tidak menjawab.
"Hm? Apa itu?" Sang Mage tiba-tiba menatap mesin crane claw di tepi jalan, memandang Cheng Yun dengan tatapan bertanya.
"Mesin mainan Wawa," jawab Cheng Yun.
“Mesin penjepit boneka? Untuk apa?”
“Untuk menjepit boneka.”
“Bagaimana cara menjepitnya?” Sang Mage berhenti dan mendekat, di bawah cahaya lampu yang mempesona, boneka-boneka kain kartun kecil di dalam etalase terlihat sangat manis.
Si loli juga mengangkat kepala, menatap tajam boneka-boneka kain di etalase yang berbentuk berbagai macam hewan kartun.
Terlihat lumba-lumba biru muda, anak kucing pink, anjing kecil putih...
"Di sini ada lubang koin, sebelah sini ada kode QR. Scan atau masukkan koin, lalu bisa mengoperasikan mesin ini sekali. Tapi tidak selalu bisa menjepit boneka setiap kali." Cheng Yun menjelaskan, lalu menambahkan, "Biasanya siswi sangat suka main ini."
Sang Mage mengabaikan kalimat terakhirnya, melanjutkan pertanyaan: "Ini bergantung pada keberuntungan atau teknik?"
"Yang punya teknik pakai teknik, yang tidak ya mengandalkan keberuntungan."
“Oh……” Sang Mage tampak bimbang. Jika mengandalkan teknik, sebagai seorang mage tentu ia sangat ahli. Tapi jika mengandalkan keberuntungan, ia bisa memenuhi mesin ini dengan uang hingga meluap!
Syaratnya ia punya uang sebanyak itu.
“Mau coba?” Cheng Yun mengeluarkan ponsel, “Nanti diganti.”
“Tunggu, aku pelajari dulu.” Mata Sang Mage tak berkedip menatap kait mesin penjepit dan boneka di bawahnya, lalu mengamati konstruksi internal mesin. Sorot mata berkilauannya mulai memancarkan cahaya samar yang terus berkedip-kedip, seperti mesin pemindai yang sedang menganalisis objek.
Meskipun kepala stasiun menawarkan penggantian biaya, ia tetap enggan menyia-nyiakan uang Sang Kepala Stasiun.
Loli kecil juga mengangkat kepala, terkadang bingung menatapnya, terkadang kembali terpaku pada boneka kain dalam mesin.
Tak lama, Sang Mage mengalihkan pandangan.
