“Ayo coba!” kata Sang Mage.
“Oke!” Cheng Yun mulai memindai kode QR dengan ponselnya.
Sang Mage menatap tajam ponselnya.
Si loli juga menatap ponselnya tanpa berkedip.
Mesin boneka ini lumayan murah, 1 yuan bisa main sekali, kalau bayar pakai Alipay malah dapat diskon 20%, mungkin karena boneka kain di dalamnya ukurannya kecil-kecil.
Tak lama kemudian lampu indikator di mesin boneka menyala, Cheng Yun memberi isyarat pada Sang Mage untuk mulai.
"Bagaimana cara mengoperasikannya?" tanya Sang Mage.
"Hmm... Ini sebenarnya sederhana." Cheng Yun pun menjelaskan lagi cara kerja mesin boneka.
"Mengerti, mengerti!" Sang Mage menggenggam tongkat kontrol, tapi kemudian matanya terpaku pada boneka-boneka di dalam kaca sambil dilanda keraguan.
“Ada begitu banyak boneka kain, setiap semuanya imut-imut, yang mana harus kuambil ya?” Sang Mage berbicara sendiri, persis seperti orang lain yang bermain mesin ini, baru saja memegang tuas kontrol langsung merasa bisa langsung berhasil, padahal operasinya hanya butuh beberapa detik, tapi dia malah pusing setengah hari memilih boneka mana yang akan diambil.
“Pilih yang posisinya lebih mudah dijangkau saja.” Cheng Yun mengingatkan, dia sendiri juga pernah rugi di sini.
“Hmm...”
“Bisa nggak cepat memutuskan!”
“Baiklah, kuambil kucing warna pink ini saja.”
“Tunggu, jangan-jangan pilih kucing ini keliatan agak feminin... lebih baik pilih lumba-lumba kecil biru muda ini!” Setelah memilih lumba-lumba itu, bibir Sang Mage menyunggingkan lengkungan tipis, lalu menggerakkan kait ke arahnya.
Plak! Dia menekan tombol.
Zzzz...
Kait perlahan turun, menjepit ekor kecil lumba-lumba itu, dan bergerak menuju lubang keluaran.
Sang Mage melepas tangannya.
Berdua dengan makhluk itu memandang tajam kail di dalam etalase, tiba-tiba si loli tertegun, memiringkan kepala sambil menatap ikan lumba-lumba kecil itu, lalu menoleh melihat tangan Sang Mage yang menyusup ke dalam saku jaket. Beberapa saat kemudian, ia menarik kembali pandangan dengan bingung dan terus mengamati kail yang telah mencengkeram si lumba-lumba.
Kail itu bergoyang-goyang, membuat si lumba-lumba kecil limbung bagai akan jatuh. Namun tak satupun terjatuh di tengah jalan, hingga akhirnya sampai di lubang keluarpun baru berjatuhan dengan aman.
Gesek!
Cheng Yun tertegun.
Berhasil sempurna pada percobaan pertama?
Sang Mage menoleh melihat ekspresi Cheng Yun, senyum tipis kembali mengembang di bibirnya. Ia mengeluarkan tangan dari saku, membungkuk mengambil lumba-lumba yang jatuh, lalu memegangnya dengan gembira.
"Bagus tidak?" Ia menempelkan lumba-lumba itu ke pipinya sambil tersenyum pada Cheng Yun.
"Kau main curang?" Cheng Yun membalas bertanya.
"Tidak!" Sang Mage buru-buru menyangkal, lalu berkata, "Inilah kecerdasan dasar seorang Mage."
“Parah!” Cheng Yun memuji.
Ia tak sengaja tenggelam dalam kenangan masa pacaran dengan Tang Qingyan dulu, saat dirinya terkena "Ilmu Penurun IQ" milik sang wanita. Dua orang itu terus-menerus memberi uang ke mesin penjepit boneka di Wanda Plaza.
Apa ini perbedaan antara Mage dan orang biasa?
Sang Mage mencuri pandang ekspresinya, penuh kepuasan diri.
Benar, dia main curang.
Melalui analisis seorang Mage, dia menemukan metode terbaik untuk menjepit boneka ini—
Teknik yang dijuluki "Metode Memindahkan Batu Bata" oleh teman-teman satu jurusannya, Tangan Mage ini benar-benar praktis!
Sang Mage sedang berbangga diri, tiba-tiba merasakan tangan kosong—boneka lumba-lumba kecil yang baru saja diraupnya menghilang begitu saja!
Langsung tertegun, buru-buru menundukkan pandangan.
"Loli menggigit lumba-lumba kecil biru mudanya di mulut, mengangkat kepala sambil menatapnya dengan tenang. Tatapannya seolah berkata: Manusia pengguna mantra, Wang menemukan aksi-aksi kecilmu! Sebagai hukuman, Wang memutuskan untuk menyita barang ilegalmu!"
Sang Mage menarik sudut bibir, menatap Cheng Yun: "Itu... bisakah kau menyuruhnya mengembalikan lumba-lumba kecilku?"
"Huu!!"
"Tapi itu hasil tangkapanku, Pangeran." Sang Mage melihat loli yang tetap menggigit lumba-lumba kecil meski dalam keadaan murka, mencoba menjelaskan dengan pasrah: "Secara logika..."
"Huu!!"
"Eh......"
"Huu!!" Loli menatapnya mati-matian, tenggorokannya terus mengeluarkan suara ancaman.
"Guluk!" Sang Mage menelan ludah gugup.
Cheng Yun melirik loli, lalu mengangkat pandangan ke Sang Mage: "Sudahlah, berikan saja. Kau bisa menangkap yang baru."
"Baiklah." Sang Mage terlihat enggan. Itu adalah boneka kain pertama yang berhasil direbutnya seumur hidup, sekaligus boneka kain pertama yang dimilikinya. Namun benda kecil ini begitu garang dan tidak masuk akal.
Tak berani lawan! Tak berani lawan!
Loli itu menarik kembali pandangannya dengan sisa kemarahan, lalu mengulurkan cakarnya menarik celana Cheng Yun. Kepalanya mendongak tinggi, mengangkat lumba-lumba kecil yang digigitnya ke posisi tertinggi.
Cheng Yun langsung paham, ini sedang meminta bantuannya untuk mengambil.
Beberapa menit kemudian, Cheng Yun dan Sang Mage masing-masing membawa boneka kain, terus nongkrong di dalam area pameran.
Loli berjalan paling depan dengan langkah kecil riang. Setiap beberapa langkah, ia menoleh tajam memastikan manusia itu tidak hilang. Meski sudah dituntun tali, hatinya masih gelisah.
Festival kuil ini adalah pameran lentera, taman hiburan, sekaligus kawasan kuliner dan pasar loak.
Saat itu pejalan kaki di jalan masih banyak, namun sudah tidak seramai awal acara, hanya saja kabut malam semakin pekat.
Cheng Yun tak sengaja mengeluarkan ponselnya untuk mengecek waktu.
Sekarang sudah pukul setengah sebelas.
Baik Yin Nuxia dan rekannya maupun Cheng Yan dan Tang Qingying sama sekali belum menghubunginya.
Cheng Yun merasa agak bosan.
Tanpa terasa, mereka sampai di depan pintu aula tempat Cheng Yan dan Tang Qingying seharusnya berada sebelumnya.
Tapi kini pintu aula sudah sepi, hanya lampu putih terang menyala di dalam. Dari pintu gerbang terlihat kursi-kursi kosong, hanya beberapa tante kebersihan yang sedang membersihkan area.
Tak jauh dari sana terparkir beberapa mobil, sekelompok orang sedang berbincang-bincang dengan sikap formal di sana.
Tiba-tiba jendela sebuah Toyota Hiace diturunkan, memperlihatkan perempuan bermasker dan topi baseball di dalamnya yang menatapnya tajam. Matanya menyipit seolah tersenyum.
"Hm?"
Cheng Yun tiba-tiba merasa wajah perempuan itu agak familiar.
Meski sebagian besar wajahnya tertutup masker, sorot mata itu tetap membuatnya merasa familiar.
Cheng Yun mengerutkan kening.
Kenapa orang ini berpakaian bagai selebritas……
Benar! Bisa jadi memang selebritas!
Selebritas?
Cheng Yun tertegun sejenak, saling pandang dengan perempuan itu.
Sang Mage penuh keraguan menatap Cheng Yun, berbisik: "Ada apa? Bertemu kenalan?"
Si loli juga mengangkat kepala melihat mereka, lalu menyambut pandangan mereka dengan memalingkan wajah ke perempuan di mobil bisnis.
“Hm.” Cheng Yun mengangguk.
Tiba-tiba pintu mobil bisnis terdorong terbuka. Perempuan di dalamnya mengenakan celana jeans biru muda biasa dan sepatu lari santai. Suhu dalam mobil tampak cukup hangat, ia hanya memakai sweter putih dengan lekuk tubuh yang sangat indah.
Ia menyapa orang dalam mobil sambil membawa mantel warna krem, lalu turun. Berdiri sejenak memandang turis di depan aula, melihat tak ada yang memperhatikannya, ia pun bergegas mendekati Cheng Yun.
“Hei!” Dia berhenti di depan Cheng Yun menyapa, sorot mata di bawah topi baseball menunjukkan sedikit ejekan. Matanya melirik Sang Mage yang hanya sedikit lebih pendek dari Cheng Yun di sebelahnya, kilau permata tak terhindarkan muncul di pandangannya —— Kecantikan Sang Mage melebihi imajinasinya, meski belum sempat mengamati postur tubuh, tapi dengan tinggi seperti itu ditambah wajah secantik ini, sungguh lebih mencolok dibanding para diva ternama di lingkaran hiburan... Si bocah Cheng Yun ini pasti menyelamatkan dunia di kehidupan sebelumnya ya!?
“Kau ternyata ada di sini!” Cheng Yun terkejut.
“Iya, soalnya aku asli orang Jinguan. Panitia festival pasti langsung kepikir aku saat mau nyari artis.” Cheng Qiuye berkata sambil pura-pura menunjukkan kemarahan, “Dasar pertanyaanmu ini! Kenapa Kakak nggak boleh ada di sini? Wong Kakak masih punya nama juga, tau!”
“Oh...” Cheng Yun mengangguk.
"Lha kamu…" Cheng Qiuye menyipitkan matanya sedikit, meski memakai masker tetap terlihat sedang tersenyum, "Bawa pacar kecil jalan-jatan ke festival kuil ya? Lumayan romantis juga!"
Cheng Yun tak tahu harus berkata apa.
Sang Mage juga terdiam.
Beberapa saat kemudian, Cheng Yun menunjuk ke arah Sang Mage dan berkata tenang, "Ini, perkenalkan, ini karyawan hotelku, Cai Zhifei, gender laki-laki."
"Oh, karyawan hotel toh, nggak kelihatan kamu… Eh tunggu! Gender laki-laki?"
Cheng Qiuye memandang Sang Mage dengan heran.
Sang Mage wajahnya langsung dipenuhi garis hitam.
"Jangan banyak gaya!" Cheng Qiuye melambaikan tangan dengan ekspresi "Kakak sudah melihat jelas tipu muslihatmu", "Aku tidak akan menyebarkan kabar kamu sedang pacaran! Aku bukan tukang gosip!"
Garis hitam di wajah Sang Mage semakin bertambah.
"Dia benar-benar laki-laki," kata Cheng Yun dengan kepasrahan, "penampilannya memang agak feminin. Aku juga membawa Cheng Yan dan yang lain. Hmm, semacam tur setengah hari karyawan hotel ke festival kuil. Tapi ada yang mau main ini-itu, jadi kami berpisah."
"Ti...tidak mungkin kan?" Perhatian Cheng Qiuye masih tertuju pada Sang Mage.
“……”
"Baiklah," Cheng Qiuye menarik sudut bibir. Tadinya dia heran mengapa selera Cheng Yun berubah. Meski Sang Mage tampan, gaya berdandan yang menengah ini sangat berbeda dengan pacar sebelumnya.
Tapi di zaman sekarang, pria bisa lebih cantik dari wanita, benar-benar melanggar hukum langit dan bumi!
"Apa kamu ketemu Cheng Yan?" tanya Cheng Yun.
"Cheng Yan? Tidak."
"Dia bilang mau nonton pertunjukan, tapi baru berangkat pukul setengah sepuluh. Entah berhasil masuk atau tidak."
"Oh, pasti tidak sempat lihat penampilanku. Aku tampil di paruh pertama. Sungguh menyesalkan untuk Yan-yan."
“……”
“Kalau begitu, aku tidak akan menyuruh mereka mengantarku pulang.” Cheng Qiuye berpikir sejenak lalu berkata pada Cheng Yun.
“Apa?”
“Ayo! Kakak ajak kamu minum kopi dulu! Habis itu kau harus melindungi kakak jalan-jalan di festival kuil! Ngomong-ngomong, aku datang jauh-jauh untuk tampil di festival ini tapi belum sempat menikmati festivalnya sama sekali, sayang sekali!” ujar Cheng Qiuye.
“Kening...”
“Tunggu sebentar.” Cheng Qiuye mengenakan mantel berwarna kremnya, bergegas kembali ke mobil bisnis. Setelah bernegosiasi sekitar setengah menit dengan orang di dalam mobil, ia mengambil tas gitar dan syal lalu kembali ke sisi Cheng Yun.
“Selesai!” katanya.
“Kamu... tidak takut dicap diam-diam oleh? Atau dihadang penggemar minta tanda tangan? Lagipula manajermu benar-benar melepasmu begitu saja?” Cheng Yun tertegun bertanya. Citra selebritas yang ia tahu sama sekali bukan seperti ini!
“Cih! Acara kecil kayak gini mana ada paparazi! Lagian artis kelas teri kayak aku, kalau pakai masker jalan-jalan aja bisa dikenali penggemar sampai dihalangi minta tanda tangan, aku pasti ketawa sambil tidur!” Cheng Qiuye sama sekali tidak takut, “Jadi kamu harus hargai kesempatan ini baik-baik! Nanti kalau kakak sudah jadi selebritas besar, kamu nggak bisa lagi jalan-jalan bareng kakak kayak gini!”
