"Ahem!"
Cheng Yun kembali berdehem: "Sudah dapat kesimpulan? Tak apa, berani ngomong, kita diskusikan bersama."
"Apa? Kesimpulan soal apa?" Cheng Yan tampak kebingungan.
“……Besok kita makan apa.”
“Oh oke.”
“Cepat pikirkan.”
“Aku mau makan pangsit! Pangsit buatan sendiri, aku mau beli udang besar untuk dibungkus!” Cheng Yan bersemangat.
“Setuju!” Tang Qingying langsung mengangkat tangan mendukung, “Aku juga pengen makan pangsit! Seperti kata pepatah, enak tak ada tandingannya pangsit, seru tak ada tandingannya kaka... Aduh sakit! Sakit! Sakit sakit!”
“Pangsit bagus.” Yin Nuxia juga mengangkat tangan, tak menghiraukan Tang Qingying yang sedang dianiaya Cheng Yan.
“Aku juga setuju…” gadis kecil Yu Dian berkata pelan.
Sang Mage yang baru datang ke dunia ini hanya pernah makan pangsit sekali, itupun pangsit beku. Ia tak punya kesan khusus dengan pangsit, tapi melihat semua maestro setuju, ia pun ikut mengangguk: “Aku juga setuju.”
Si loli juga mengangguk seperti orang dewasa.
“Baiklah, kalau semua setuju, malam ini kita akan bersama-sama membungkus pangsit sambil menyalakan lampu. Setelah makan malam aku akan mulai meracik adonan dan menyiapkan kulit pangsit serta isian. Kalian yang mau rasa apa cepat laporkan sekarang. Cuaca sore ini bagus, aku dan Cheng Yan akan pergi belanja besar-besaran.” Cheng Yun mengeluarkan ponsel sambil berkata.
“Aku juga mau ikut belanja besar-besaran!” Yin Nuxia buru-buru menyahut.
“Baik, kau jadi kuli!” Cheng Yun mengangguk.
“Aku juga ingin ikut!” Sang Mage juga berkata.
“......Baiklah.”
“Huu!” Loli menepuk meja dengan cakar kecilnya yang putih salju.
“Tidak boleh! Kalau kamu ikut aku harus menggendongmu, kamu sekarang semakin berat! Lagipula banyak supermarket yang melarangmu masuk meski pakai tas kucing.”
“Huu~~”
“Kalian mau isian apa, segeralah laporkan!”
“Babi sawi putih.”
“Babi jamur shiitake.”
“Daging sapi! Daging sapi daging sapi!”
“Kucai asli, menyeimbangkan Yin-Yang!”
“Udang besar.”
“Huu~”
“……”
“Masih ada tidak?” Cheng Yun memegang ponsel, mencatat semua ini dengan cara mengirim pesan QQ ke Cheng Yan.
“Kalau tidak ada, aku akan catat semuanya.” Cheng Yun menekan tombol kirim.
“Bzzz!”
Ponsel Cheng Yan bergetar sebentar, tapi dia tidak menghiraukannya——dia sudah lama terbiasa dengan kebiasaan Cheng Yun yang memanfaatkannya sebagai catatan pengingat.
“Sudah! Sarapan besok sudah teratasi, tinggal siang dan malam, para maestro mau diatur bagaimana?” Cheng Yun kembali menopang dagu sambil menatap mereka, tangan satunya memutar-mutar ponsel di telapak tangan.
“Masak lauk pauk saja.” Cheng Yan berkata.
“Harus ada yang istimewa sedikit, mau makan apa?” Sang Juru Masak Cheng menatap langit-langit ruangan.
“Bingkisan tahun baru pasti harus dimakan.” Cheng Yan bersikeras.
“Sebenarnya... aku sudah lama ingin makan iga babi asap itu.” Suara Tang Qingying lirih.
“Bagus! Iga babi asap! Masih ada lagi?”
“Daging asap, sosis, daging sapi kecap semuanya diiris sepiring, beli ayam utuh untuk direbus bumbu, aku mau makan ayam asam pedas!” Cheng Yan menghitung jari-jarinya.
“Ini semua kan hidangan pembuka, wajib ada tapi pasti nggak cuma segini.”
“Hmm~~”
“Daging babi kecap?” Yin Nuxia mencuri pandang ke arah mereka.
“Oke!”
“Buat sup bakso daging tomat, aku suka ini.” Yin Nuxia kembali mengajukan permintaan dengan hati-hati.
“Ini gampang.”
“Kepiting besar tumis minyak itu!”
“Lancar!”
“Hehehe!” Melihat Sang Kepala Stasiun seolah menuruti semua permintaannya, senyum Yin Nuxia mekar seperti bunga. Ia yakin malam ini pasti terlalu bersemangat sampai tak bisa tidur.
“Aku merasa kita besok seperti mau mengadakan pesta untuk menjamu tamu, bahas menu kayak gini.” Cheng Yan tiba-tiba berkomentar.
“Ahem, seriuslah dong! Setahun cuma sekali merayakan tahun baru, setidaknya prosesi formalnya harus dijalankan!”
“Baiklah.”
Semua orang benar-benar terlihat seperti besok akan menjamu tamu, malam ini keluarga berkumpul membahas menu apa yang akan disajikan agar tidak mengecewakan tamu. Diskusi berlangsung lama sebelum akhirnya menyusun rencana awal.
Proses ini cukup menguras pikiran, tapi justru terasa hangat, seperti suasana makan malam reuni tahun baru di desa.
Setelah rapat usai, ketika masing-masing mengambil bingkai merah dan gaji lalu naik ke kamar untuk menyimpannya, rencana awal adalah: Chef Cheng Yun akan memimpin tim belanja bersama Cheng Yan (staf pembelian), Yin Nuxia (pengawal sekaligus kuli), serta Sang Mage yang ikut ramai-ramai. Tapi akhirnya Tang Qingying juga menyusul, hanya menyisakan gadis kecil Yu Dian dan si loli yang memelas untuk berjaga di hotel.
Cahaya keemasan di luar sangat nyaman. Mereka memilih jalan utama, sekelompok orang yang berjalan di jalanan ini sangat mencolok mata.
Sekitar pukul lima, rombongan ekspedisi kembali dengan membawa sejumlah besar barang.
"Ayam, bebek, ikan, babi, sapi, domba, udang, kepiting, yang gemuk atau kurus, tulang punggung, iga babi—semua ada! Sayuran juga dibeli sangat banyak sampai kulkas tidak muat, sebagian terpaksa diletakkan di tungku. Untung cuaca dingin, ditaruh di luar pun tak masalah."
"Huuuh!"
Cheng Yun menghela napas lega.
Ia merasa agak lelah, langsung duduk di sofa, mulai pusing memikirkan menu makan malam nanti.
Hidup memang penuh kesulitan. Setiap hari mikirin menu saja sudah bikin kewalahan, apalagi ditambah masak dan cuci piring. Cheng Yun bisa kehabisan tenaga sampai malas ngapa-ngapain. Ia tak paham bagaimana para bos besar yang sibuk berperang melawan langit-bumi sekaligus menginjak-injak keluarga penjahat itu bisa bertahan.
Mungkin karena jenisnya beda?
Melihat Cheng Yun mulai menunjukkan kelelahan, Tang Qingying langsung berlari kecil mendekat, duduk di sampingnya sambil tersenyum manis. "Kakak ipar, biar aku pijitin kakimu!"
"Selesai bicara, dia langsung mengepalkan kedua tangan putihnya menjadi kepalan, lalu mulai mengetuk-ngetuk perlahan di paha Cheng Yun."
"Seperti menggelitik…"
"Cheng Yun menarik sudut bibirnya: 'Terima kasih.'"
"Saat itu, Cheng Yan yang sedang memeriksa struk supermarket mendadak mengerutkan kening. Dengan nada berat dia bertanya: 'Tang Qingying, kamu sedang apa?'"
"Tang Qingying mengangkat kepala dengan wajah polos: 'Kakak ipar lelah, aku sedang memijat kakinya!'"
"'Tidakkah kau tahu prinsip pria dan wanita harus menjaga jarak?'"
"'Tidak apa-apa, adik ipar dan kakak ipar adalah satu keluarga.' Tang Qingying menjawab dengan natural."
"'Cheng Yun sudah putus dengan kakakmu! Masuk akalkah kelakuanmu ini?' Nada Cheng Yan mulai serius."
"'Tapi kakak ipar memang lelah…'"
"'Tidak boleh!'"
"'Kalau begitu kamu saja yang pijat kakak ipar!' Tang Qingying menatapnya."
"'Aku…'"
“Kamu tidak mau memijit tapi juga melarangku memijit kakak ipar, menurutku kamu sengaja menyusahkan kakak ipar!” kata Tang Qingying dengan pura-pura serius, “Padahal kakak ipar sudah sangat lelah, sebagai adik kamu tidak mau mengerti keadaan dia!”
“……Pokoknya kamu senang saja!”
“Yan-yan jangan marah, aku mencintaimu……” ucap Tang Qingying kepada Cheng Yan, lalu menoleh ke Cheng Yun sambil mengedipkan mata dengan senyum kemenangan.
“Jijik!” Cheng Yan memalingkan wajah.
Cheng Yun hanya tersenyum pasrah, bersandar malas di sofa sambil melihat Cheng Yan yang seperti Profesor An dulu memeriksa struk belanjaan panjang itu, lalu mulai merapikan bahan makanan, persis ibu rumah tangga versi murahan.
Ia menoleh ke arah loli kecil yang tengkurap di sebelahnya, bertanya: “Uang dan amplop merahmu disimpan di mana?”
Si loli kecil mengangkat kepala memandangnya dengan bingung.
Bicara Wang juga tidak kamu pahami, ngapain tanya Wang?
“Lagi tanya kamu!” Cheng Yun bersikeras.
“Huu?”
“……” Cheng Yun menggelengkan kepala.
"Malam ini masak bubur saja, besok makan ikan besar dan daging tebal. Malam ini makan yang ringan-ringan, untuk mempersiapkan perut besok." Cheng Yun menemukan cara praktis untuk menghemat tenaga.
