Usai santap siang mewah, setelah tak tahan dengan bujukan Sang Mage, Yin Nuxia akhirnya ikut pergi bersamanya.
Sisanya yang merasa bosan naik ke atap gedung untuk berjemur.
Seperti tahun-tahun sebelumnya yang dirayakan, cuaca tahun ini juga sama baiknya. Sinar keemasan yang hangat menyelimuti tubuh, di atap gedung bunga-bunga bermekaran di mana-mana, seolah kita sedang berada di musim semi.
"Ha~~ Hari-hari tanpa kerja benar-benar membosankan!" Tang Qingyang meregangkan tubuh di kursi santainya, menampakkan siluet tubuh gadis yang menawan.
"Baru berapa hari kamu tidak bekerja!" Cheng Yan membalikkan matanya dengan ekspresi meremehkan.
"Ini bukan masalah berapa hari."
"Omong kosong."
"Aku serius. Kalau kamu tidak bekerja lagi, hatimu sudah tahu besok tak perlu ke kantor. Tanpa rasa takut akan pekerjaan, seluruh diri jadi kendor... Saat menganggur, hati terasa hampa." Tang Qingying terdengar kacau dalam penjelasannya, lalu menambahkan, "Ah, aku tidak bisa menjelaskannya! Pokoknya seperti itu perasaannya, kamu pasti mengerti!"
"Logika ngawur."
"Bukan ngawur!"
"Cih!" Cheng Yan memeluk ponselnya sambil berbaring di kursi santai, mirip nenek-nenek yang sedang menikmati masa pensiun.
“Betapa hangatnya!” Tang Qingying kembali berkomentar penuh perasaan.
Cheng Yan kali ini tidak menghiraukannya, tetap fokus menyunting video pendek sambil memilih musik pengiring yang berbeda.
Cahaya sore meningkatkan suhu secara signifikan. Jinguan hampir setiap tahun seperti ini - menjelang Tahun Baru Imlek kehangatan seakan telah mencapai musim semi. Cheng Yun yang hanya mengenakan sweter tipis bahkan merasa kepanasan, sedang mempertimbangkan apakah akan kembali ke kamar mengganti kemeja lengan panjang.
Tang Qingying mengenakan sweter tipis putih susu yang dikenakannya pagi tadi, bahan ringan dan melekat sempurna di tubuh. Saat setengah berbaring di kursi santai, posturnya terlihat memesona hingga memicu ledakan adrenalin - pinggang ramping yang kontras dengan lekuk dada mengembung, tubuh bagian atas membentuk garis lengkung indah yang menghempas, memicu impuls untuk segera merobohkannya.
"Gadis kecil Yu Dian mengenakan hoodie lengan panjang hitam putih. Meski bertubuh kurus, pakaian atasnya bertipe longgar justru membuatnya terlihat semakin lemah gemulai. Cheng Yan memadukan kaos oblong lengan pendek putih dengan jaket kulit pendek hitam yang ganteng seratus persen. Ia juga memakai topi baseball abu-abu untuk menahan cahaya, ditambah leggings sport elastis yang menempel sempurna di kulit hingga menggambar garis kaki sempurna, mirip selebritas besar yang baru saja melesat keluar dari TV."
"Melihat tiga orang yang jelas-jelas sengaja berganti pakaian tipis untuk berjemur di lantai atas, Cheng Yun yang sedang memegang setengah buah apel melirik mantel luar yang tergeletak di sebelahnya, lalu tak bisa menahan diri menarik sudut bibir."
"Ia menggelengkan kepala, lalu segera menyuapkan apel ke mulut dan menggigit dengan keras. Sari buah menyembur deras di rongga mulut."
"Kruuk!"
"Kruuk kruuk kruuk kruuk~" loli juga sedang berbaring di meja kopi sebelahnya sambil memeluk setengah apel dan menggigitnya.
Mulutnya masih kecil, setiap kali hanya bisa menggigit sedikit, tapi frekuensi menggigit apel dan menggerakkan rahangnya sangat tinggi. Ia mengunyah dengan fokus dan serius, bahkan jika ada sedikit sari yang menempel pada bulu di punggung tangannya, ia akan menjilatnya sampai bersih.
Tak lama kemudian, gadis kecil Yu Dian yang rajin sudah mengupas apel lain, memotongnya menjadi dua bagian, lalu menyodorkannya masing-masing ke Tang Qingying dan Cheng Yan.
"Terima kasih Kak Yu Dian."
"Terima kasih, ini benar-benar nikmat sekali!"
Yu Dian tersenyum malu-malu, lalu mengambil apel lagi dan mulai mengupasnya untuk dirinya sendiri.
Cheng Yan baru saja menggigit setengah apel saat akhirnya menyelesaikan pembuatan video pendek dan mengunggahnya ke software.
Kemudian ia terus-menerus menekan tombol refresh, menyaksikan jumlah penayangan video meningkat cepat sementara komentar-komentar bermunculan satu per satu.
“Waah! Ada kupu-kupu!” Tang Qingying membuka matanya lebar-lebar dengan ekspresi terkejut, menatap tajam seekor kupu-kupu yang sedang menari-nari di sekitar pot bunga.
“Cantik sekali! Di musim dingin ternyata ada juga kupu-kupu, wawasan bertambah lagi.” Tang Qingying terus memantau gerak-gerik kupu-kupu yang berukuran kecil namun berbulu indah itu, sampai melihatnya hinggap di sekuntum bunga biru.
“Kenapa musim dingin tidak boleh ada kupu-kupu?” Cheng Yan membalikkan matanya dengan sikap meremehkan.
“Dia... dia tidak takut dingin?”
“Hari ini dingin?” Cheng Yan melirik sekilas sweter tipisnya, pandangannya tertahan sesaat di dua bukit montok dan tegak di dadanya.
Hmph! Benda penambah tingkat lemak tubuh!
Dengan cepat dia menarik kembali pandangannya penuh sikap merendahkan.
“Tapi beberapa hari lalu sangat dingin!” Tang Qingying melanjutkan bicaranya.
“Beberapa hari lalu kau melihat mereka?”
"Maksudku, apakah mereka tidak akan mati beku? Tidak berhibernasi?" Tang Qingying masih terlihat heran.
"Itu bukan disebut hibernasi, tapi melewati musim dingin. Kupu-kupu dewasa akan mencari sudut untuk bersembunyi selama musim dingin, dan akan keluar saat cuaca menghangat... Benar-benar berpayudara besar tanpa otak!" Cheng Yan tetap asyik dengan ponselnya tanpa mengangkat kepala, namun nada menghinanya terasa sangat pekat.
"Jangan bohongi aku, aku ini lulusan S1 dari 985!"
"Apa kamu tidak pernah melihat kupu-kupu di musim dingin?"
"Enggak..."
"Di Jinguang sering terlihat kupu-kupu di musim dingin. Dengan cuaca seperti ini, cerah dan hangat, biasanya bisa melihatnya. Tentu saja kalau kamu mengurung diri di rumah pasti tidak melihatnya. Di taman atau sabuk hijau tanaman hias depan gedung pemerintah pasti ada." Cheng Yan berpikir sejenak lalu menambahkan, "Seingatku selama suhu permukaan tanah di atas sepuluh derajat, kemungkinan bisa melihat kupu-kupu."
“Benar… begitu ya…” Tang Qingying terpaku memandangnya, tak mengerti mengapa sesama manusia dia bisa tahu banyak hal. Apakah pepatah "manusia sealiran bergerombol" itu tipuan belaka?
“……Wawancara dadakan, Tang Yaoyao. Bagaimana caramu diterima di Universitas Yi?” Cheng Yan berbalik badan, mengarahkan ponselnya ke Tang Qingying.
“Aku… aku demi menemani kakak ipar, belajar mati-matian. Dalam satu setengah tahun nilai ujianku naik dari 400 menjadi 600 lebih.” Tang Qingying gugup menghadapi kamera Cheng Yan, bicaranya tersendat-sendat sambil terus mengedipkan mata besarnya, “Aku kasih tahu rahasianya…”
“Cukup! Diam!” Cheng Yan mematikan video, lihai menghapus rekaman, lalu kembali berbaring main ponsel.
“Waah! Ada dua kupu-kupu lagi!” Tang Qingying terus mencari sembari mengunyah apel.
Cheng Yan tak lagi menghiraukan si bodoh ini.
"Barusan sambil bertele-tele sama Tang Qingying, video yang baru kauunggah sudah punya banyak komentar, jumlah jempolnya bahkan sudah tembus 100.000. Mungkin karena yang follow dia kebanyakan, begitu videonya diupload, para follower yang sedang geser-geser video langsung dapet notif. Begitu jumlah tayangan, jempol, dan komentar naik, platform otomatis ngasih push video itu ke lebih banyak pengguna sejagat."
Cheng Yan membalik satu per satu.
"Waah! Makannya mewah banget!"
"Loli loli loli......"
"Authornya si cantik jelita kayaknya pemilik penginapan, skill koki penginapannya bisa dibilang jago banget!"
"Bikin ngiler aja!"
"Hari ini Xiao Nian, masih aja ngubek batu bata di luar. Buat ngiritin duit tisu toilet buat anak-anak, makan siang aja gue belum, terus ngangkut batu bata sampe sekarang. Susah-susah duduk istirahat sebentar, pinjem hape mandor buat geser-geser video mini, minum seteguk air, eh malah liat meja makan segede ini. Salah gue apa coba??"
"Simpen buat ditengok tengah malam nanti."
Ada juga yang tanpa tedeng aling-aling menunjukkan iri:
"Sudah lama follow pemilik bar, waktu ke Jinguan tahun ini sempat menginap beberapa hari di hotelnya. Pasti bahagia kerja di sini, setiap hari santai aja, tidur enak makan enak main seru, ada loli juga..."
"Aku juga pernah menginap, rekomendasi buat semuanya: lingkungan hotelnya bagus banget. Di atap gedung waktu musim dingin masih ada bunga-bunga mekar, duduk berjemur dikasih teh gratis sama bos. Pengin balik lagi nih."
"Gak ada yang perhatiin cewek-cewek di hotelnya cantik-cantik? Level kecantikannya tinggi banget, pengin kerja di situ juga."
"+1 buat kecantikan nona-nona di sana, next time kesana mau godain dikit."
"Aku ngungkapin perasaan ke pemilik bar."
"Tolong pemilik bar bantu aku ngungkapin ke si loli."
Senyum tiba-tiba menyungging di bibir Cheng Yan, bak bunga teratai Gunung Langit yang mekar mendadak, membuat salju pun lumer.
“Tolong pemilik bar bantu aku mengungkapkan perasaan ke resepsionis yang kutemui waktu itu. Wah senyumannya benar-benar manis sampai hati meleleh, suaranya juga merdu. Saat itu bahkan sudah kupikirkan di kota mana akan beli rumah untuk anak kita. Kayaknya namanya Tang apa ya……”
Geser geser ini……
Jari Cheng Yan melesat cepat menggeser layar melewatkan komentar ini.
Sekitar setengah tiga sore, gadis kecil Yu Dian sudah lemas terpapar matahari dan turun tidur.
Di atap gedung hanya tersisa dua saudara Cheng dan Tang Qingying.
Sebenarnya Cheng Yan rencananya ke gym, latihan terjatuh hari ini sudah dijadwalkan. Tapi teman latihannya mendadak berhalangan. Ia pun memutuskan tak pergi agar tak memberi kesempatan siluman kecil Tang Yao Yao menyendiri dengan Cheng Yun.
Pukul tiga, Sang Mage dan Yin Nuxia kembali dari jalan-jalan.
Yin Nuxia menarik Sang Mage yang enggan menaiki atap gedung, langsung menemui Cheng Yun: "Kepala Stasiun."
Cheng Yun menggunakan jaket bulu angsa untuk menutupi kepala sambil main ponsel, kalau tidak akan terpapar panas terik.
"Hm?"
"Kepala Stasiun!" Yin Nuxia menyibak jaket bulu angsa Cheng Yun, menatapnya tanpa berkedip.
"Ada apa? Sudah kembali?" Cheng Yun menoleh sambil mengedipkan mata melihat mereka, agak sulit beradaptasi dengan sinar matahari yang tiba-tiba terang benderang.
Tapi setelah beradaptasi, ia segera melihat jelas ekspresi mereka berdua.
Wajah Yin Nuxia penuh kebimbangan - sedikit marah, seperti anak kecil yang mengaku kesalahan ke orang tua, ada keluhan, juga kekhawatiran akan dimaki.
Ekspresi Sang Mage lebih parah: penuh kecemasan sekaligus enggan.
"Kalian terlihat tidak bahagia." Cheng Yun tertegun memandangi mereka, "Ada masalah? Bukankah seharusnya pulang dengan bahagia setelah jalan-jalan? Apa terjadi sesuatu lagi?"
"Hm, Sungguh menyebalkan!" Yin Nuxia mengangguk!
Sang Mage juga mengangguk ringan, maksudnya 'iya, kami juga jengkel'.
Mendengar suara percakapan, dua orang yang berbaring di sebelahnya memutar kepala, memandang mereka dengan tatapan bertanya.
"Ada apa?" Cheng Yun menatap Yin Nuxia.
"Aku menghancurkan toko orang." Yin Nuxia langsung mengakui kesalahan, kepalanya terkulai dengan sikap sangat kooperatif.
"Mengapa?" Cheng Yun kembali tertegun.
Cheng Yan dan Tang Qingying juga terkejut, satu menyampingkan badan menatap tajam, satu mengangkat tepi topi baseballnya sedikit.
"Seseksplosif itu? Sampe menghancurkan toko orang? Toko apa?" Mantan gadis nakal itu bersemangat.
"Ada masalah apa?" Cheng Yan mengerutkan alis.
"Biarkan si bodoh ini yang jelaskan sendiri!" Yin Nuxia mencengkeram lengan sang Mage, menariknya ke depan dengan paksa.
"Ehm... Sebenarnya tidak ada apa-apa." Sang Mage bertele-tele.
"Sudah hancurkan toko orang, masih bilang tak ada. Di Tahun Baru Imlek begini, langsung saja, ada masalah apa?" kata Cheng Yun.
“Ya... jadi saya tertipu, Kak Yin Dan marah dan berdebat dengan mereka. Karena debat tidak membuahkan hasil, akhirnya... akhirnya toko itu jadi rusak karena debat.” Sang Mage menjelaskan dengan sangat singkat.
“Tertipu bagaimana?” Cheng Yan mengerutkan kening.
“Begini...” Sang Mage tampak sangat malu, namun di bawah pandangan memaksa Yin Nuxia, dia tetap memilih untuk jujur.
“Saya dan Kak Yin Dan sedang jalan-jalan di jalan, masing-masing membeli kue pasar sambil jalan sambil makan. Tiba-tiba ada toko kecantikan di tepi jalan yang menarik saya, memaksa bilang kulit saya jelek. Katanya lagi ada aktivitas promo, mau memberikan perawatan kulit gratis. Awalnya saya tidak mau, karena saya ingin jalan-jalan dan berjemur. Tapi pramuniaga itu menarik lengan saya memaksa untuk dilakukan, terus-terusan bilang gratis, tidak perlu bayar. Saya kan kulit tipis, tidak tahan didesak terus, akhirnya saya setuju.”
"Oh!" Ekspresi Cheng Yan tiba-tiba mantap, "Apa mereka bilang kulitmu tidak hanya kekeringan tapi punya masalah lain? Setelah beberapa lama, mereka klaim sudah melakukan perawatan ekstra lalu memintamu membayar?"
"Lho kok kamu tahu?" Sang Mage heran menatap Cheng Yan.
"Aku juga pernah mengalami. Benar-benar grup idiot yang sengaja mencari target empuk. Cukup dibekukan saja." Cheng Yan berkata dengan samar.
"Iya, keterlaluan! Aku tidak minta apa-apa tapi mereka paksa lakukan berbagai perawatan dan minta 388 yuan! Mana ada uang segitu!" Sang Mage mengeluh pilu. Kemarin Sang Kepala Stasiun memberinya amplop merah 240 yuan, tapi setelah kalah dua ronde Dou Dizhu sudah habis 100-an. Seharusnya tersisa sekitar 80-an setelah beli dua kue pasar. Orang-orang itu benar-benar ingin menyiksanya.
“Itu belum cukup! Aku bilang uangku tak cukup, mereka malah menyuruhku menelepon teman atau keluarga untuk minta tambahan. Benar-benar tindakan penipuan dan perampokan!” Sang Mage menggeram.
“Bukan cuma itu!” Yin Nuxia menambahkan sambil menggulung lengan bajunya, seolah ingin mencabik-cabik grup itu saat ini juga, “Awalnya aku enggan menghajar bajingan-bajingan itu, soalnya aku kan warga taat hukum yang dapat banyak bendera penghargaan! Tapi waktu kami mau pergi, tiba-tiba muncul beberapa anak muda di toko mereka yang menghalangi kami! Aura intimidasi mereka berlebihan, seolah mau menakuti-nakuti siapa!”
“Hah, menurut kalian ini bukan kayak main golok di depan ahlinya? Kebetulan banget nih golok Sang Srikandi lagi tajem!”
“Terus gimana?” Tang Qingying bertanya penuh antusias.
“Lalu aku menampar satu-satu sampai mereka terpelanting, lalu menghancurkan semua cermin, kaca, lemari, dan rak barang di tokonya, kemudian kabur.” Yin Nuxia awalnya bercerita dengan penuh amarah seolah sedang memberantas kejahatan, tapi semakin ke belakang suaranya semakin lirih. Kepalanya tertunduk, sambil diam-diam melirik reaksi Sang Kepala Stasiun.
“Uangnya sudah dibayar?” Cheng Yun bertanya penuh perhatian.
“Sudah.” Sang Mage menjawab lirih, “Tapi setelah bayar, uangku kurang. Mereka menghalangiku untuk pergi dan memaksaku menelepon teman atau keluarga untuk minta tambahan. Karena keributan ini, Kak Yin Dan baru sadar ada yang salah dan berlari masuk. Sebelumnya dia duduk beristirahat di kursi luar.”
“Uangnya diminta kembali tidak?” Cheng Yun bertanya lagi.
“Tidak... Setelah menghancurkan semuanya langsung kabur, tidak berani minta uang kembali. Sepertinya mereka sudah lapor polisi.”
Sang Mage merasa sangat sedih di hati.
Bingkai merah yang baru didapat kemarin, setelah membeli dua kue pasar, sekarang dompetnya sudah kosong melompong lagi.
“Bukan Sang Mage yang paling kesal, Yin Nuxia-lah yang hampir muntah darah karena geram. Ia menatapnya dengan ekspresi kecewa: \"Kamu ini, kok bisa sebodoh ini! Ditipu saja sudah parah, itu kan puluhan yuan! Gajiku sehari yang kudapat dengan susah payah... juga tidak jauh lebih besar dari itu, kok bisa langsung kamu berikan begitu saja? Katanya kamu jago bertarung, kenapa tiba-tiba jadi panik?\""
“Benar-benar! Harusnya aku yang datang membalaskan dendammu!”
