“Ini... ini namanya bukan bodoh. Dia terus-terusan bilang gratis, aku kan tidak tahu... tempat ini ternyata ada teknik tipu seperti ini.” Sang Mage membela diri dengan wajah penuh keluhan, hatinya juga sangat sakit.
“Lha terus kenapa masih memberi uang? Itu bisa buat beli... sepuluh... sebelas mangkuk mi daging sapi!” Yin Nuxia mengangkat kepala setelah selesai menghitung dengan jari, terus melanjutkan melotot padanya.
“Aku… aku cuma tidak ingin berkonflik dengan mereka. Aku ini orang beradab, mana mungkin main kasar di jalanan.” Suara Sang Mage terdengar lemah.
“Omong kosong! Baru kemarin lusa kau berantem!”
“Aku...”
Sang Mage tak bisa membalas.
Meski perdebatan kedua orang ini kacau-balau, Cheng Yun tetap berhasil menangkap inti ceritanya.
Teknik tipu semacam ini marak beberapa tahun silam, kini sudah jarang ditemui. Biasanya dilakukan jelang Tahun Baru Imlek, saat dompet masyarakat sedang tebal dan jalanan ramai pengunjung. Dulu saat SMA, Cheng Yan juga pernah tertipu cara serupa tepat di momen tahun baru – gadis ini memang punya kecenderungan suka mencari keuntungan kecil.
Mungkin pramuniaga salon kecantikan itu melihat dua gadis berjalan sendirian: satu tinggi kurus, satunya lagi pendek, lalu mengira mereka target empuk, sehingga memberanikan diri mendekati.
Ketika pramuniaga mulai melakukan penipuan sesuai formula, Sang Mage sama sekali tidak menyerahkan sisa uangnya karena alasan beradab. Ia takut kejadian ini menjadi aib besar hingga Cheng Yun mengetahuinya, yang akan membuatnya dilarang pergi keluar rumah. Apalagi baru dua hari lalu ia memukul orang, dan setelah insiden itu Cheng Yun langsung membatasi pergerakannya.
Tapi ia tidak membawa uang sebanyak itu. Dalam situasi seperti ini, para pramuniaga biasanya akan melihat reaksi korban. Karena Sang Mage terlihat grogi, pramuniaga pria yang bersiaga mulai keluar untuk memberi tekanan, berusaha membuat Sang Mage menyerahkan uang dengan patuh.
Biasanya siswi biasa akan pasrah dalam situasi seperti ini, paling-paling duduk menangis di anak tangga setelah keluar. Sementara salon kecantikan yang sudah menerima uang takkan peduli tangisanmu.
Tapi Sang Mage bukanlah siswi biasa, dan ia benar-benar tak punya uang. Maka mulailah ia berselisih paham dengan anggota grup ini.
Tiba-tiba, Yin Nuxia yang menunggu di luar pun masuk ke arena.
Siapakah Yin Nuxia itu?
Yin Nuxia mengenakan perlengkapan dewa... ah bukan, Yin Nuxia di masa lalu adalah orang yang berkelana sambil membawa golok, menjilat darah di ujung senjata, mengandalkan pertarungan dan pembunuhan untuk hidup. Jumlah orang yang dibunuhnya mungkin lebih banyak daripada jumlah yang mereka tipu! Jangankan para preman kecil yang tumbuh di zaman damai ini, bahkan bos toko gelap pembunuh pembuat bakpao di Dunia Batu Pinus sekalipun harus tunduk pada aturan saat berhadapan dengan orang seperti Yin Nuxia, sambil melayani dengan hati-hati.
Sekarang?
Sekarang Yin Nuxia adalah "Srikandi Perkasa" termasyhur di kepolisian Jinguan, telah menerima belasan bendera penghargaan atas tindakan heroiknya. Demi bonus, dia membenci kejahatan seperti musuh, mana mungkin membiarkan para penjahat kecil ini?
Apalagi dengan sifat pemarah yang meledak-ledak Yin Nuxia...
Diperkirakan langsung... Gesek-gesek-gesek!
Sejak para preman itu tak berniat berdiskusi secara logis dengan Yin Nuxia, akhir cerita sudah pasti.
"Hasil ini sudah sangat bagus. Lagipula Yin Nuxia pernah bersumpah meninggalkan masa lalu. Selama lebih dari setahun terakhir, dia sudah melalui proses Penyesuaian oleh Cheng Yun. Kalau mengikuti cara lama Yin Nuxia, mungkin grup itu sudah dia tenggelkan di sungai!"
"Yang penting kalian baik-baik saja." Cheng Yun berkata datar.
"Hm, mereka cuma grup pengkhianat penipu. Hancurkan saja, jangan ada beban psikologis." Cheng Yan juga berkomentar dingin.
"Yan-yan benar." Tang Qingying mendukung, "Cuma sayang aku tidak ada di lokasi."
"Huu!!" Justru loli yang mengamuk. Jari kakinya terkembang, mengulurkan cakar tajam seolah ingin mencabik-cabik sesuatu di udara.
"Hm? Tidak takut mereka balas dendam?" tanya Yin Nuxia.
"Lho? Kak Yin Dan malah khawatir soal ini?" Cheng Yan terkejut. Dalam ingatannya, Yin Nuxia adalah tipe yang jika kambuh bisa "Seribu li tanpa jejak".
“Aku takut bikin masalah buat hotel...” kata Yin Nuxia.
“Hm hm!” Xiao Fashi hanya mengangguk-angguk.
“Tenang! Ini zaman modern, mana ada orang tak punya dasar hukum berani ganggu korban! Kalaupun ada pasti sudah kena balas dendam.” Cheng Yan melambaikan tangan, “Mereka berani datang pun kita tak takut, sekalian minta uang... berapa tadi?”
“Delapan puluh delapan.” Xiao Fashi ingat jelas, dia sendiri yang mengeluarkan setumpuk uang kertas.
“Ya, sekalian minta kembali delapan puluh delapan yuanmu itu.” Nada Cheng Yan datar namun penuh kewibawaan. Topi baseball-nya menutupi ekspresi matanya, satu tangan memutar-putar ponsel.
“Bener juga!” Xiao Fashi menggigit gigi dalam hati.
Baru saja bicara, dia melirik cepat ke arah Cheng Yun yang sedang memandanginya. Langsung dia menyembunyikan ekspresi wajah, berdiri kaku di tempat dengan wajah bersalah, tak berani bergerak atau melirik lagi, memperlihatkan ekspresi ‘aku anak baik-baik + korban’.
“Ngomong-ngomong! Kamu juga pernah tertipu?” Ia menatap Cheng Yan.
“Hm, sudah lama.” Cheng Yan berkata.
“Kamu kasih berapa banyak uang?”
“Tak sepeser pun kuberi.” Cheng Yan melirik mereka, “Waktu itu aku ditipu di salon kecantikan, mereka juga grup penindas yang takut sama yang kuat. Waktu aku ancam mau telepon Administrasi Perindustrian dan Perdagangan, ada yang mau merebut ponselku pas mencoba menghalangi – tampar langsung kusarungkan! Langsung hening salon itu... Orang-orang begini kalau udah kau tunjukkin tak mudah dikerjain, biasanya langsung nyerah. Mereka juga tak berani membesar-besarkan masalah.”
“Aksi berbahaya, jangan ditiru.” Cheng Yun buru-buru berkata pada Tang Qingying.
“Lengkapi saja dong, waktu itu Cheng Yan meski belum latihan Mixed Martial Arts, tapi udah mulai belajar boxing. Jangan sembrono meniru dia! Kalau sampai grup bajingan itu kesel, meski akhirnya bisa kau masukkan penjara bertahun-tahun, keselamatanmu lebih berharga dari itu semua.”
Setelah berkata demikian ia menambahkan: "Cheng Yan saat itu juga tidak tahu langit dan bumi, kepalanya seolah terjepit pintu, pulang malah bersemangat cerita ke kami, hasilnya dihujat habis-habisan oleh orang tua."
"Hm hm!" Tang Qingying mengangguk-nangguk patuh.
Kalau waktu SMA dia mengalami hal seperti ini, pasti langsung telepon manggerombolan anak norak, bukan cuma menghancurkan toko, kemungkinan besar juga memaksa bos ganti rugi dan berdamai.
Yin Nuxia diam-diam melirik ekspresi Sang Kepala Stasiun, melihat beliau memang tidak ada maksud menyalahkannya, barulah dia lega dalam hati. Dengan hati-hati dia menggeserkan tubuh ke kursi di samping lalu duduk manis, angkat kepala ke Sang Mage: "Nah, karena kau traktir aku kue pasar, aku tidak akan menggubris kebodohanmu ini."
"Terima kasih Nuxiah." Sang Mage menjawab dengan rasa kesal.
Untuk saham ini dia benar-benar Rugi Besar! Meski sebenarnya tak takut grupnya Liu Erbao, tapi karena operasional mengacau, sekarang bukan hanya uang hilang, khawatir sekian lama, malah dipojokkan Yin Nuxia setengah mati, bahkan sekarang masih punya hutang budi sama dia...
Loli kecil menggigit habis separuh terakhir apel, lalu melompat turun dari meja kopi mulai bermain di atap gedung.
Ia sangat menyukai jenis bunga di atap gedung, sering penasaran menggigit sehelai daun atau kelopak untuk mencicipi rasanya. Namun beberapa buah yang bisa dimakan justru tak akan dimakannya sembarangan, sebab ia tahu ini akan dipetik Cheng Yun, masih mengingat bagaimana dirinya datang ke dunia ini, sehingga terus berhati-hati tak berani merusak barang hotel manapun. Baru setelah Cheng Yun memetik dan memberikannya, barulah ia mau makan.
Ia juga suka diam-diam berbaring di tepi kolam ikan kecil sambil menatap ikan mas hias berenang ke sana kemari. Sesekali mencakar permukaan air secepat kilat, membangkitkan percikan air dan riak-riak bergelombang, membuat ikan-ikan itu kaget. Hal ini membuatnya sangat gembira.
Bahkan ia sudah mengerti tentang "makanan ikan". Kadang ia mengambil segenggam pelet lalu melemparkannya ke dalam kolam, lalu duduk manis menyaksikan ikan-ikan berebut makanan.
Karena itu ia sering naik ke atap gedung untuk bermain, hampir setiap sore datang ke sini tanpa peduli cuaca baik atau buruk.
Melihat benda kecil ini berlarian di antara pot-pot bunga di atap, melompat-lompat dengan riang gembira tanpa beban, Cheng Yun pun merasa hatinya lebih cerah. Senyum mengembang di bibirnya.
Saat Cheng Yun mengira si kecil ini hanya sekadar berlarian di atap untuk melepas energi, tiba-tiba ia menghilang sejenak seolah bersembunyi di balik pot bunga. Tak lama kemudian kembali ke sampingnya dan melompat ke atas meja kopi.
Cheng Yun melihat seolah ada sesuatu yang digigit di mulutnya, sementara satu cakar kecilnya terus-menerus mengayunkan udara ke arahnya, mata yang tak berkedip menatap tajam, seolah sedang mencoba menyampaikan sinyal tertentu.
"Apa yang dilakukannya? Apakah dia memakan sesuatu yang beracun?" tiba-tiba Cheng Yan bertanya dengan nada tegang.
"Sepertinya...dia sedang membuat semacam kode isyarat," Tang Qingying terpaku menatap siluman kucing cantik itu.
"Aku juga tidak tahu," Cheng Yun menggelengkan kepala, terpaku menatap tajam mata si loli, lalu melihat ke mulutnya. Secara tak terduga ia mengulurkan tangan dan membuka telapak tangannya di hadapannya.
Si loli benar-benar mendekat, mengarahkan kepala ke tangan Cheng Yun, lalu membuka mulut lebar-lebar di atas telapak tangannya.
Saat mengangkat kepala, seekor kupu-kupu kecil berwarna-warni telah terbuka dengan jelas di telapak tangan Cheng Yun, lalu dengan cepat mengipaskan sayapnya dan terbang melaju.
Seketika Cheng Yun, Cheng Yan, dan Tang Qingying terpaku.
Mereka menatap takjub pada kupu-kupu berwarna yang mengepakkan sayap dengan susah payah itu, masing-masing dengan ekspresi berbeda.
Cheng Yun benar-benar terpaku, tidak ada pikiran di kepalanya selain menatap kupu-kupu itu.
"Cantiknya..."
Cheng Yan di satu sisi terkejut dengan perilaku si loli ini, di sisi lain merasa iri dan benci. Ia tak tahu kemampuan apa yang digunakan makhluk itu sampai bisa membuat si loli begitu setia... Tiba-tiba ia teringat pertanyaan di Zhihu berjudul "Momen apa yang membuatmu merasa hewan peliharaanmu mencintaimu". Ia yakin harus merekam video ini dan mengunggahnya, biarkan para pemilik kucing yang suka pamer itu merasakan kecemburuan!
"Sayang sekali... Tidak sempat merekam!"
Tang Qingying berpikir: "Siluman tetaplah siluman, tingkat kemampuan menggoda manusia mereka sungguh luar biasa kuat!"
Ketika kupu-kupu kecil semakin menjauh, Cheng Yun menundukkan kepala, tepat bertatapan dengan mata berkilau sang loli.
Ekspresi mungilnya seolah berkata——
"Ini hadiah dari Wang untukmu!"
"Bagaimana? Cantik kan?"
Tak lama, ia menoleh melihat kupu-kupu yang telah jauh terbang, lalu saat memandang Cheng Yun lagi, raut wajahnya menunjukkan penyesalan.
"Sayang sekali berhasil kabur."
