Menyukai lawan jenis yang rupawan adalah hal yang sangat wajar. Mayoritas pria menyukai wanita cantik, sementara mayoritas wanita menyukai pria ganteng. Hal ini telah berlaku sejak zaman kuno. Hanya saja banyak orang tidak hanya mendambakan penampilan luar, tetapi juga menginginkan lebih banyak hal lainnya.
Contohnya Cheng Yan.
Berdasarkan pemahaman Cheng Yun terhadapnya, dia juga menyukai pria ganteng. Namun sekedar ganteng tidak akan memenuhi standarnya. Kamu juga harus memiliki kemahiran tinggi di bidang matematika, fisika, dan filosofi. Kemahiran di bidang ini tidak perlu terlalu mendalam - kamu hanya perlu sekaligus menyandang gelar "matematikawan", "fisikawan", "filsuf", ditambah beberapa sebutan lain yang belum sempat terpikir oleh Cheng Yun.
Manusia seperti ini pada dasarnya tidak ada.
Bahkan jika kriteria "ganteng" dihilangkan, tetap tidak ada.
Namun sejak zaman kuno selalu ada pengecualian.
Seperti Lin Yuanwu si pria tampan, yang kini mendambakan sesama jenis yang rupawan. Hanya saja untuk sementara ini dia belum menyadarinya.
Setelah tiba di puncak gunung, Veigar dan Yin Nuxia bagai kuda liar yang terlepas dari tali kekang, berlarian bolak-balik di area terbatas puncak gunung. Mereka memandang ke sana-sini dengan kegembiraan luar biasa. Bahkan si loli kecil lebih tenang daripada keduanya.
Seluruh permukaan gunung dipenuhi batuan, tanahnya merupakan Batu Hitam yang terbuka dibersihkan oleh hujan. Duduk langsung di atasnya sama sekali tidak masalah.
Zhu Jiayan meletakkan barang-barang di depan Cheng Yun, menumpuknya bersama peralatan panggang Yin Nuxia.
Cheng Qiuye berteriak "Waah!" keras-keras sebagai ekspresi hatinya yang riang gembira. Lalu ia mengeluarkan gitarnya, mencari batu besar yang cocok untuk duduk, lalu mulai memetik senar kecapi.
Tiba-tiba Lin Yuanwu duduk bersila di samping Cheng Yun. Dengan santai ia memeluk kedua kakinya, sikapnya mengalir begitu saja.
Loli kecil di sebelah Cheng Yun segera dengan kewaspadaan menatap tajam ke arahnya.
Lin Yuanwu melirik loli, tersenyum kecil, lalu mengangkat alis ke Cheng Yun sebagai salam, kemudian menunjuk Sang Mage dan bertanya, "Bro, cewek tinggi itu temanmu?"
"Dia karyawan saya." Cheng Yun mengangguk.
"Karyawan?"
"Iya, dia bekerja sebagai kasir di resepsionis hotel saya."
"Oh!" Lin Yuanwu mengangguk, lalu memuji tulus, "Dia cantik banget!"
"Dia laki-laki..." Cheng Yun mengingatkan.
"Err..." Lin Yuanwu membeku sebentar, "Aku suka tipe cewek yang ekstrover dan mirip cowok."
"...Dia beneran laki-laki." Cheng Yun menarik sudut bibir.
Di sebelah, Cheng Qiuye sudah mulai bernyanyi.
Yang berjuang... Di jalan...
Mau pergi... viavia...
Terganggu oleh Cheng Qiuye, Lin Yuanwu seolah tak mendengar ucapan Cheng Yun. Ia mengerutkan kening dan melanjutkan, "Bro, tau nggak dia punya pacar?"
"Pacar... sih nggak ada."
"Oh! Baguslah!"
"Mau ngapain?" Cheng Yun menarik sudut bibirnya, ia merasakan lengan penuh merinding.
Apa aku belum menjelaskan dengan jelas?
Sudah kukatakan dua kali, itu laki-laki, laki-laki.
Jangan-jangan...
Cheng Yun melirik Lin Yuanwu yang bertubuh sempurna setelah melepas jaket bulu angsa, rumor mengatakan kemungkinan pria berotot memiliki orientasi itu lebih tinggi.
Cheng Yan di sebelah mendengarkan, juga terperangah.
Kedua kakak beradik saling pandang heran, sama-sama bungkam. Dua insan baik hati ini tidak mendiskriminasi homoseksual.
"Nggak ngapa-ngapain..." Lin Yuanwu malah menyeringai ke Cheng Yun, memperlihatkan deretan gigi putih rapi.
“……”
Cheng Yun menggigil, enggan bicara lebih jauh, hanya menarik suara ke Yin Nuxia dan Veigar di depan, "Hei, dua bego itu, kemari!"
Veigar dan Yin Nuxia langsung berlari mendekat.
Lin Yuanwu segera tertunduk, masih belum berani menatap Sang Mage.
"Ada apa, Kepala Stasiun?"
"Kita akan memanggang sosis, ayam dan kelinci, plus sedikit daging babi lima lapis, lalu membuat sup kacang polong dalam bambu," kata Cheng Yun.
"Hm hm!" Sang Mage mengangguk cepat.
"Sangat baik." Yin Nuxia juga mengangguk dengan santai.
"Bualan!" Cheng Yun membalikkan mata, "Daun kacang polong sudah cukup dipetik di perjalanan, daging sudah kita bawa, jadi sekarang kita butuh kayu bakar dan bambu."
Mendengar ini, yang lain mendekat, termasuk grup teman-teman Cheng Qiuye, diam-diam menyimak.
"Anda yang atur, Bos." Feng Han tersenyum.
"Hm, apapun perintah Kepala Stasiun akan kulaksanakan." Yin Nuxia mengangguk tegas, dengan aura gagah di alis matanya dan bekas luka panjang di pipi, bagai menanti perintah penghabisan saksi dari Cheng Yun.
"Kita bagi tugas. Ambil dua tiga orang untuk memotong bambu, dua orang menyate daging-daging ini, sisanya bertugas mengumpulkan kayu bakar. Lagipula jumlah kita banyak, anggap saja main-main. Ada yang mau mengajukan diri?" Cheng Yun menambahkan, "Tidak masalah jika tidak mau ikut, main saja sesuka hati. Tenaga kerja kita sudah kelebihan saat ini."
"Di sini pasti banyak kayu bakar." Feng Han menyapu sekilas hamparan rumput liar menguning kering di lereng gunung, "Aku akan mengumpulkan kayu. Memotong bambu lebih baik diserahkan pada yang berpengalaman."
"Kalau Begitu, aku juga ikut mengumpulkan kayu." Lin Yuanwu tersenyum sambil berkata. Ia menduga para siswi pasti memilih tugas ini.
“Rumput liar ini tidak bisa dipakai, harus cari ranting kering di bawah. Karena kabut di gunung tebal, rumput masih agak lembab. Lagipula benda ini tidak tahan bakar, apinya terlalu besar, sulit dikendalikan, tidak praktis. Kalau mau memotong bambu, desa kami tidak punya hutan bambu. Harus ke sebelah sana, lewati gunung ini terus jalan lurus, berdiri saja sudah kelihatan, jalan beberapa menit sampai.”
“Oke! Kalau tidak kau kasih tahu, mungkin kami malah sibuk mencabuti rumput sepanjang hari.” Feng Han tertawa lagi.
“Aku akan bantu kamu menyate.” Cheng Yan piawai mencari cara untuk bermalas-malasan.
“Aku yang motong bambu!” Yin Nuxia memiliki kecintaan khusus pada pekerjaan yang melibatkan golok.
“Aku cari kayu bakar.”
“Aku juga cari kayu bakar.”
“Huu!”
“Kalau begitu aku juga ikut motong bambu.” Sang Mage sangat ingin bilang “Aku tidak mau ngapa-ngapain, cuma pengen jalan-jalan, memetik bunga-bungaan”, tapi akhirnya tak berani bersikap lancang di hadapan Sang Kepala Stasiun.
“Hah?” Lin Yuanwu terpaku bingung.
Akhirnya tinggallah Zhu Jiayan, ia menarik sudut bibirnya, ragu-ragu, berkata: "Tim sate sudah cukup, pengumpul kayu juga cukup, pemotong bambu sepertinya hanya dua siswi. Kalau begitu aku ikut memotong bambu... Bagaimana cara memotongnya ya?"
Cheng Yun memperagakan gerakan, menjelaskan: "Pilih yang sebesar ini, potong per ruas. Hutan bambunya akan kutunjukkan."
"Oh."
"Sudah! Aksi mulai!"
"Bagus!"
Rombongan ekspedisi langsung berpencar.
Bahkan si loli kecil pun melangkah dengan langkah kecil menuruni bukit.
Cheng Yun terpaku memandangnya, berteriak: "Kamu mau ke mana?"
Mendengar suara itu, beberapa orang menoleh penuh tanya.
Mengikuti pandangan Cheng Yun, mereka memandang loli kecil yang sama-sama terpaku, lalu tertawa terkekeh.
Sang Raja pergi mengumpulkan kayu!
Bukankah Sang Raja sudah bilang tadi?
Cheng Yun tak paham maksud ekspresinya, hanya melambaikan tangan: "Pergilah, terserah kamu mau ngapain."
Loli itu semakin terpaku.
Apa maksudnya? Tidak ingin Wang pergi?
Beberapa saat kemudian, orang-orang lain pergi sambil tertawa riang, sementara ia berbalik dan berlari terhuyung-huyung menuruni gunung.
Saat orang lain melihat loli kecil benar-benar menggigit sepotong ranting kayu kering dan berlari ke atas gunung, mereka semua tanpa kecuali tertegun, menatap tak percaya ke arah punggung si loli.
Utamanya saat ini meskipun semua orang sedang mengumpulkan ranting kering, belum ada yang mengumpulkan sampai ke puncak gunung. Makhluk kecil itu bahkan jika meniru manusia... tidak ada objek yang bisa ditiru!
Tang Qingying yang pertama sadar. Dengan wajah tetap datar, ia kembali memunguti ranting-ranting.
Cheng Qiuye tidak memiliki kemampuan menerima sekuat itu. Hingga loli kecil itu mencapai puncak gunung, meletakkan ranting kayu di samping sesuai arahan Cheng Yun, lalu turun kembali, mulutnya masih terkanga lebar terpaku.
“Ini… kucing ini…” Ia memalingkan wajah melihat sekeliling, menyadari satu-satunya orang yang lebih akrab dengan loli kecil di tempat itu adalah Tang Qingying dan gadis kecil Yu Dian.
“Dia sudah menjadi makhluk legenda.” Tang Qingying mengangguk padanya, memberikan jawaban yang pasti.
Peng Manxuan juga menunjukkan ekspresi ketidakpercayaan: “Ini… terlalu… terlalu pintar!”
Kembali sadar, ia langsung bertanya: “Kucing ini dijual?”
Suaranya belum habis bergema, tiba-tiba terdengar desisan marah dari samping: “Ha! Wu wu!”
Peng Manxuan terkejut setengah mati.
Setelah menyadari sumber suara, ia buru-buru menatap loli kecil yang langsung membuatnya wajahnya langsung pucat melihat ekspresi garang si loli.
Feng Han segera berlari menghalangi Peng Manxuan, dengan wajah bingung bertanya pada Tang Qingying: “Ini… ini kenapa? Kucing ini seganas ini? Apakah dia akan mencakar orang?”
"Matanya yang sudah besar itu melotos mengerikan, ia juga menatap Tang Qingying, masih tak percaya bertanya: "Dia... dia marah padaku?"
Tang Qingying mengangguk dengan wajah datar, suaranya monoton tanpa gejolak: "Dia sudah jadi siluman, mengerti bahasa manusia. Lagi pula benda kecil ini sangat galak, jadi sebaiknya jangan menjelekkannya, kalau tidak waspadalah kau mungkin tiba-tiba tewas di ranjang malam ini."
Si loli kembali menoleh dan melotot padanya.
Tang Qingying berkata pada yang lain: "Lihat, kan sudah kubilang."
Yang lain semakin tak percaya menatap si loli. Ada yang terheran-heran dan bingung, ada pula yang mulai ketakutan.
Seperti mendengar paman aneh bercerita kisah siluman, padahal tokoh utamanya sedang berdiri di depan mata mereka.
"Kamu tidak takut?" tanya Peng Manxuan.
"Sudah mati rasa..."
"Emm..."
"Benarkah dia hadiah dari orang? Seram sekali, seperti novel horor! Seperti sedang meneruskan kutukan!" Cheng Qiuye tiba-tiba berseru.
“Aku juga tidak tahu, kakakku... Cheng Yun bilang ini hadiah dari teman. Intinya tiba-tiba muncul suatu hari.” Tang Qingying menjawab sambil memungut kayu bakar, “Pokoknya jangan banyak tanya, nanti malah mengundang malapetaka.”
“……”
Ucapannya membuat Cheng Qiuye dan Peng Manxuan semakin dilanda ketakutan.
Lin Yuanwu dengan cepat menarik sudut bibir.
Feng Han mendengarkan obrolan para siswi itu sambil tersenyum, memandang penuh keheranan ke arah loli yang sedang marah—seolah menemukan sesuatu yang menarik. Ia tak pernah menyangka siluman kucing dalam kisah horor itu ternyata berwujud kucing Ragdoll, apa ini, siluman kucing impor dari luar negeri?
Tentu saja ia juga tidak percaya.
Banyak pohon kering di gunung, tapi ranting kering yang kembali ke tanah jelas kasus langka. Seringkali mereka harus mematahkan cabang langsung dari pohon.
Tak lama kemudian si loli kecil juga mulai mematahkan ranting kering dari pohon. Semua orang terkejut menemukan bahwa benda kecil ini ternyata memiliki tenaga yang luar biasa besar! Dengan lincah ia memanjat pohon, menggigit sebatang ranting kering lalu sedikit mengerahkan tenaga - ranting itu langsung patah atau putus digigitnya. Andai saja ia bisa membawa lebih dari satu ranting ke puncak gunung sekaligus, efisiensi si kecil dalam mengumpulkan kayu bakar mungkin melebihi manusia.
Tang Qingying sempat mencoba berunding dengannya, memintanya cukup mematahkan ranting lalu melemparkannya ke tanah agar mereka yang mengangkutnya ke atas... Namun si loli sama sekali mengabaikan orang biasa paling bodoh dan berstatus paling rendah di seluruh hotel ini.
Tidak menjatuhkan wibawanya sebagai Raja Padang Salju dengan berdebat kusir bersama manusia rendahan seperti itu, sudah merupakan bentuk pengalahannya yang paling besar.
Meminta Sang Raja Padang Salju yang agung ini bekerja sama dengannya...
Pasti tak mungkin!
