Saat Cheng Yun memanggul baskom terakhir berisi sayuran keluar, semua orang sedang menatap Sang Mage bagai melihat monster.
Berantem dengan anjing tidak aneh. Anjing kampung yang umum ditemui di desa termasuk ras berbahaya, berwatak pemarah, karakternya kasar. Meski jarang benar-benar mengejar seseorang untuk menggigit, tapi sesekali terjadi juga tak terlalu mengejutkan. Menang melawan anjing juga biasa saja, berat badan anjing kampung biasanya jauh lebih ringan daripada manusia. Jika benar-benar berniat, satu orang ingin mengalahkan anjing berpostur tidak besar sebenarnya tidak sulit.
Tapi seperti Sang Mage ini, saat tersulut emosi langsung menggapai sebatang tongkat kayu tanpa basa-basi, mengejar seekor anjing mengitari pematang sawah beberapa putaran sampai membuat si anjing meneriakkan ketakutan, orang seperti ini benar-benar jarang ditemui!
Paman Cheng Yun yang sibuk di dapur masih menyimpan ketidakpuasan. Sambil menanyakan apakah Sang Mage baik-baik saja, ia berteriak-teriak anjing itu pantas dipukuli sampai mati. Suaranya begitu keras sampai Ibu Cheng Yun khawatir tetangga mendengarnya.
Mendengar ucapannya, ekspresi semua orang semakin aneh.
Awalnya anjing itu mengamuk tanpa alasan ke Sang Mage, namun di akhir ketika si anjing mengibaskan ekor di seberang pematang sawah sambil menatap rumahnya tapi tak berani kembali, mereka mulai bingung menentukan siapa sebenarnya korban di sini.
Citra Sang Mage dalam hati semua orang pun ikut diperbarui.
Sepanjang jamuan makan, Yuan Wu teman sekelas hanya patuh menyantap nasi tanpa bersuara.
Usai makan, rombongan ekspedisi menyampaikan hormat perpisahan pada Paman Cheng Yun, Ibu Cheng, dan Kakek Cheng dengan ucapan terima kasih. Lin Yuan Wu berjalan di depan, naik ke mobil Brabus miliknya. Ia menyalakan mesin, kedua tangan mengepal di dada sambil menunduk dengan mata terpejam rapat, wajah tegang seolah sedang memanjatkan doa.
Beberapa detik kemudian matanya terbuka, menatap tajam ke depan. Telapak tangannya menempel di setir, namun lima jarinya terus bergerak-gerak seperti sedang melepas ketegangan batin.
Dengan suara *krak*, pintu mobilnya terbuka.
Seketika senyum memancar di wajahnya bak angin semi, ia memalingkan kepala.
Namun yang terlihat hanya Peng Manxuan sedang membungkuk hendak masuk mobil.
Senyumnya membeku seketika!
Lin Yuanwu menatap tajam Peng Manxuan: "Kak Man, kenapa Kakak naik ke sini?"
Peng Manxuan duduk manis di kursi belakang dengan wajah bingung: "Ya buat numpang mobil dong!"
"Kenapa Kakak tidak duduk di sebelah Kak Feng?"
"Jangan..."
Sebelum ucapan Peng Manxuan tuntas, pintu penumpang depan mobil Lin Yuanwu kembali terbuka. Zhu Jiayan langsung mencebur ke kursi depan sambil berseru riang: "Bisa berangkat sekarang!"
"Brengsek!"
Wajah Lin Yuanwu tetap datar. Matanya melirik kursi kosong di belakang, diam-diam berharap pada probabilitas satu dari sepuluh ribu itu.
Di hatinya berpikir: Mobil ini sudah ia modifikasi dengan mengorbankan banyak darah hati, seharusnya baik untuk pria maupun wanita, memiliki daya tarik yang sangat besar.
Tiba-tiba, ia kembali mengulurkan kepala ke luar jendela, berteriak: "Hei, di sini masih ada satu kursi kosong!"
Peng Manxuan menatapnya tertegun: "Kau ngapain?"
"Aku... aku cuma mengingatkan mereka."
"Sekarang jadi ramah-tamah begini?" Peng Manxuan mengerutkan alis, "Bagaimana kalau si... ehm naik ke mobilmu?"
"...Tidak boleh ya?" Lin Yuanwu bertanya dengan suara lemah.
"Hm? Kau tidak merasa canggung? Masalah siang tadi itu." Peng Manxuan bertanya, lalu melanjutkan, "Aku sengaja naik ke mobilmu karena takut kalau-kalau dia kebetulan naik, sepanjang jalan kau akan awkward. Gimana, perhatian kan?"
"......" Ekspresi Lin Yuanwu gelap.
Melalui kaca spion, ia menyaksikan Veigar, Yin Nuxia dan Yu Dian naik ke mobil Feng Han.
Cheng Yun, Tang Qingying dan Cheng Yan sendiri masuk ke BMW kecil Cheng Qiuye.
Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama, barulah semua orang sampai di Teluk Bunga Air. Setelah mengantar Cheng Yun dan yang lain, Cheng Qiuye langsung menyetir pulang.
Mereka memesan hotel yang sama. Meski bukan yang termewah di Desa Wisata Teluk Bunga Air, hotel ini merupakan usaha patungan paman keempat Cheng Yun, jadi bisa dibilang saling membantu bisnis keluarga. Hanya saja beberapa orang kaya baru memesan kamar paling eksklusif, sementara Cheng Yan memesan kamar standar.
Cheng Yun membantu Tang Qingying menyeret koper. Si loli berdiri mantap di atas koper, sementara Sang Mage yang menggendong tas ransel dan Yin Nuxia yang juga menyeret koper mengikuti dari belakangnya.
"Terima kasih ya," ucap Cheng Yun sambil menatap rombongan Feng Han dan mengangguk.
"Hal sepele saja, jangan dipikirkan," kata Feng Han sambil tersenyum. "Lagipula kau juga membantu kami mencari pemandu jalan. Kami juga harus berterima kasih, jadi sudah berimbang."
Dalam perjalanan, mereka telah bertanya ke beberapa rumah tangga di jalan - semuanya adalah orang yang pernah berburu di gunung dalam ingatan Cheng Qiuye atau Cheng Yun. Tapi mereka yang masih bekerja di luar belum pulang, atau sudah bertahun-tahun tidak berburu lagi, tak berani mengambil pekerjaan ini. Feng Han telah menaikkan bingkai merah menjadi lima ribu, tetap saja tak ada yang mau mengambil alih.
Cheng Yun tertawa kecil.
Masuk ke Hotel Pemandian Air Panas XXX ini, terasa suhu naik cukup signifikan, bagai berjalan di kamar mandi umum, meski tidak seekstrim itu.
Hotel ini sangat besar, tentu lebih besar dari hotel kecil Cheng Yun. Sepanjang jalan terdapat kolam pemandian air panas besar kecil yang terus mengeluarkan uap panas, memancing teriakan terkejut Yin Nuxia berulang kali, sorot mata Sang Mage pun seolah memancarkan cahaya.
Melewati kolam pemandian barulah sampai di gedung utama hotel.
Rombongan ekspedisi berjalan ke resepsionis dan mulai melakukan pencatatan.
Cheng Yun mengangkat loli itu, bertanya: "Benda kecil ini bisa menginap kan?"
Resepsionis mata berbinar saat melihat Lang Xiao Loli, namun ragu sejenak: "Maaf Tuan, hotel kami tidak mengizinkan hewan peliharaan menginap."
Lang Xiao Loli langsung melotot padanya.
Cheng Yun menghela napas, menunjuk Cheng Yan: "Silakan konfirmasi ke manajer. Katakan dia adalah keponakan perempuan Xiao Guangyuan. Kami bersedia membayar deposit ekstra. Jika benda kecil ini merusak fasilitas hotel, segalanya akan kami ganti rugi sesuai harga."
Ekspresi Cheng Yan menunjukkan kebingungan.
Resepsionis tertegun sejenak sebelum akhirnya mengangkat telepon.
Yin Nuxia memperhatikan resepsionis dengan rasa ingin tahu yang terpancar di wajahnya. Pengalamannya sebagai mantan resepsionis Hotel Anju membuatnya merasa ada kesamaan menarik dengan petugas hotel lain.
Tak lama kemudian, resepsionis menutup telepon. Loli kecil berhasil menginap tanpa perlu membayar deposit tambahan, bahkan kamar standarnya dinaikkan kelas. Hal ini membuat Cheng Yun merasa sangat tak enak. Bagaimanapun juga, hotel ini merupakan usaha patungan paman keempatnya dengan investor lain, bukan milik paman keempatnya sendiri. Lagipula paman keempatnya biasanya tidak ikut campur urusan manajemen hotel, hanya duduk manis menunggu bagi hasil.
Rombongan Cheng Yun menginap di lantai tiga dengan kamar yang saling berdekatan. Sementara Feng Han dan kawan-kawan menempati lantai yang lebih tinggi.
Memegang kartu kamar, Lin Yuanwu menatap Cheng Yun dengan ragu, "Nanti kita pergi pemandian air panas bersama, ya?"
Setelah berinteraksi sepanjang sore, ia menyadari Cheng Yun adalah pusat gravitasi rombongan ini. Bahkan kucing itu terus berputar-putar di sekitarnya.
Cheng Yun tertegun sejenak, "Aku harus tanya dulu apakah yang lain mau."
"Harus begitu, harus begitu." Lin Yuanwu mengangguk, berusaha tampil tenang sambil menekan ketegangan dalam hati. Ia tetap berdiri di tempat menunggu.
Cheng Yan tetap tak beremosi, tidak bersuara.
Tang Qingying menunjukkan sikap tidak peduli, "Kolam air panas terbesar di luar itu ukurannya hampir sama dengan kolam renang umum di musim panas. Pakai baju renang sama sekali tidak masalah. Aku bukan orang yang kolot."
Gadis kecil Yu Dian justru menundukkan kepala, mungkin sama seperti Cheng Yan, dia merasa malu.
Yin Nuxia paling blak-blakan, matanya membelalak penuh keheranan, "Bagaimana bisa begitu? Pria dan wanita itu berbeda, mana mungkin mandi bareng dalam satu kolam! Lagipula... baju renang itu kebanyakan tipis, hampir nggak nutupin badan..."
"Jadi kalian berendam terpisah?" tanya Lin Yuanwu.
"Bareng-bareng lah," jawab Yin Nuxia dengan logika yang tak terbantahkan.
"Hah...?" Lin Yuanwu tertegun, lalu menunjuk Cheng Yun, "Tapi tadi kamu bilang pria-wanita harus dipisah? Dia kan laki-laki?"
Wajak Sang Mage di samping kembali muram.
