Saat Cheng Yun meluncur ke dasar dan hendak naik tangga berjalan untuk mendaki lagi, tiba-tiba terdengar teriakan.
"Ah~~"
"Minggir~ minggir~"
Suaranya netral, enak didengar, membuat Cheng Yun merasakan sedikit familiaritas, namun yang lebih ia pedulikan adalah suara itu sedang melesat cepat ke arahnya!
Ia buru-buru menoleh ke arah atas.
"Braak!"
Sebuah siluet yang meluncur deras terjatuh di depan lima meter darinya. Pada momen itu Cheng Yun merasakan gejolak energi. Dua papan seluncur dan dua tongkat salju mendarat tak jauh, sementara tubuh ramping itu melayang sesaat sebelum menghunjam ke bawah, menggelinding beberapa meter dan berhenti compang-camping di kaki Cheng Yun.
Seluruh turis di sekeling tertegun memandang ke arah ini, bahkan ada yang berhati baik atau mengira yang jatuh adalah "wanita cantik" bergegas mendekat, ingin memastikan "dia" baik-baik saja.
Cheng Yun hanya takjub menunduk memandangi Sang Mage.
Jatuh... lagi?
Ia masih bisa merasakan gejolak energi yang mengitari Sang Mage, mungkin semacam pertahanan ilmu, jadi tak terlalu khawatir dengan cedera akibat jatuh.
Hampir sekejap, Sang Mage mengangkat wajah yang terkubur dalam salju, persis berhadapan dengan wajah Cheng Yun.
"……" Diam sejenak, ia mengedipkan mata dua kali, lalu melontarkan, "Kebetulan! Kepala stasiun."
"Kebetulan." Cheng Yun menarik sudut bibirnya.
"Liburanmu menyenangkan?" Sang Mage bersikap basa-basi.
"Lumayan, kamu..."
"Aku juga." Sang Mage buru-buru mengangguk.
"Maksudku apa kamu tidak apa-apa..."
"Aku baik-baik saja."
"Lalu kenapa belum bangun? Tidakkah dingin berbaring seperti ini?" Cheng Yun tertegun bertanya.
"Oh." Baru kemudian Sang Mage bangkit, menepuk salju di bajunya, menggoyangkan kerah jaket, lalu memalingkan wajah mencari papan seluncur dan tongkatnya.
Beberapa orang baik hati mengambilkan peralatan seluncurnya, bertanya penuh perhatian: "Kamu tidak apa-apa?"
Sang Mage menjawab legawa: "Tidak masalah, sama sekali tidak apa-apa!"
Tiba-tiba, terdengar suara sumbang menginterupsi.
“Wanita cantik, kalau tidak bisa ski, mau tidak kutunjukkan caranya?”
“Hm?” Sang Mage memeriksa ke kiri-kanan, lalu mengangkat kepala, baru melihat dua kaum muda yang duduk di kursi kereta gantung menuju puncak area ski di sebelah diagonal atas.
Kedua pemuda itu berada di usia paling liar, mungkin belum dua puluh tahun, dengan ekspresi santai. Kereta gantung itu terangkat sekitar 2-3 meter dari tanah. Mereka duduk di kursi dengan kaki menggantung bebas di udara, sepatu ski berpapan tunggal masih terikat. Melihat Sang Mage menengadah, salah satu pemuda bahkan meniup peluit.
Sang Mage mengerutkan kening, mengabaikannya.
Pemuda itu, menyadari perhatian Sang Mage, menyeringai. Tatapannya tertumbuk pada wajah bersih dan menawan Sang Mage, membuatnya terkagum: "Oh!"
Rekan di sebelahnya tertawa tak henti-henti.
Dengan cepat pemuda itu menambahkan: "Teknik kami jitu, gratis pula! Wanita cantik, pertimbangkanlah lho!"
Ekspresi Sang Mage menjadi kaku, lalu tanpa basa-basi langsung melemparkan Tongkat Salju ke udara.
Dang!
Tongkat Salju bertabrakan dengan sandaran punggung kursi, mengeluarkan suara teredam sebelum terpental jatuh ke tanah!
Kedua pemuda itu kaget bukan main, tubuh mereka bereaksi instingtif. Si penggodak kehilangan keseimbangan, mengibaskan kedua tangan sambil berusaha mempertahankan posisi duduknya.
Rekannya buru-buru menariknya, tapi tak berhasil. Setelah beberapa saat bergulat, pemuda itu memilih melompat turun sendiri.
Ketinggian 2-3 meter bukan masalah bagi peseluncur handal ini. Dengan gerakan melayang lincah layaknya sedang bermain ski, ia mendarat miring dengan stabil di salju sambil melanjutkan luncuran menuruni lereng.
Dengan cepat, ia berhenti di depan Sang Mage, melirik Cheng Yun di sampingnya, lalu mengalihkan pandangan ke wajah bersih Sang Mage, sambil terkekeh: "Nona, watak jangan meledak-ledak begitu! Asal melempar barang itu berbahaya. Syukurlah kakak ini ahli, kalau orang lain yang terjatuh dari ketinggian itu sampai patah tulang, kau pasti kena masalah."
Baru saja selesai bicara, penglihatan tepinya menangkap siluet dari udara yang melaju—Braak!—menghantam tanah lalu terus meluncur kencang ke arah mereka. Baru berhenti di ambang jarak dekat dengan pengereman mendadak, menyemburkan gumpalan salju besar.
Pemuda itu buru-buru mengangkat lengan menahan serbuan salju. Sorot matanya menyiratkan keheranan: Di sini bukan area untuk gerakan melayang, satu-satunya cara jika ingin...
Melompat!
Seperti menghindari rintangan dengan menekuk lutut lalu melaju, tapi siapa bisa melompat setinggi itu?
Setelah salju mendarat, Yin Nuxia mengerutkan alisnya dengan aura dunia persilatan yang kental, bertanya: "Ada apa? Ada yang mau buat onar?"
Melihat siluet mungil Yin Nuxia, pria muda itu merasa lega. Tadinya ia mengira yang datang adalah pacar atau mitra kerja siswi tersebut.
Ia membuka mulut, belum sempat bicara, sudah ada lagi siluet yang meluncur cepat dari atas.
Gesek!
Orang itu juga melakukan pengereman mendadak! Berhenti tepat di depan mereka.
Tampak seorang pria bertubuh tinggi kekar dengan postur sekitar 1,9 meter, mengenakan sepatu ski dan papan seluncur, membuat pria muda itu harus mendongak untuk menatapnya.
"Ada masalah?" Lin Yuanwu juga bertanya dengan lembut.
Matanya beralih ke pria muda itu, ekspresinya masih sabar tapi memancarkan kewibawaan alami.
Pria muda itu tersenyum kecut: "Bukan apa-apa, saya lihat cewek ini jatuh, cuma bercanda saja."
Cewek...
Wajah Sang Mage langsung berubah gelap.
Cheng Yun di sebelah merasa pusing, mengerutkan kening, akhirnya memutuskan untuk membela orang dalam: "Candaan tidak boleh sembarangan. Kau mungkin terbiasa menggoda gadis-gadis di sini, tapi temanku punya watak yang tidak bisa dianggap remeh."
Lin Yuanwu juga mengerutkan alisnya mendengar hal itu.
Pemuda itu tertegun, wajahnya memerah tapi tetap membela diri dengan keras: "Apa maksudmu menggoda? Cuma bercanda. Jangan asal tuduh. Apa bedanya bercanda dengan orang lain dan dengan siswi kalian?"
Wajah Sang Mage semakin menghitam: "Diam!"
Pemuda itu terkejut: "Siswi, watak terlalu meledak bisa cepat berkerut..."
Belum selesai bicara, Sang Mage dengan marah melemparkan papan seluncur ke arahnya, lalu maju sambil menggulung lengan baju ingin berkelahi.
Cheng Yun yang melihat itu buru-buru menarik lengan Sang Mage.
Saat itu, loli kecil yang menempel di bahu Cheng Yun kembali melompat turun, mendarat di hamparan salju. Ia mengangkat kepala dan menatap tajam pemuda itu sambil menggeram dan mengaum.
"Brengsek!!"
Semua orang seolah merasakan suhu sekitar turun drastis.
Cheng Yun menarik Sang Mage ke belakang, lalu segera maju dan mengangkat si loli yang sedang bersiap mengeluarkan "teriakan naga jahat".
Sementara pemuda itu masih terdiam kaget oleh sifat temperamental Sang Mage yang langsung bertindak tanpa basa-basi. Ia berdiri kaku menatap tajam, sambil khawatir melihat Lin Yuanwu yang bertubuh kekar dan Cheng Yun di sampingnya - mungkin masih ingin menjaga sedikit harga diri, ia tak berani meluapkan amarah.
Tentu saja ia tak tahu bahwa dua orang yang ditakutinya justru makhluk terlemah di antara yang hadir.
Cheng Yun merasa pusing, namun diam saja sambil menariknya beberapa langkah menjauh.
Yin Nuxia berjalan mendekati pemuda itu, sama sekali tidak menghiraukannya. Ia hanya mengambil papan seluncur Sang Mage lalu meluncur mendekati Sang Mage dan Cheng Yun.
Pukul tiga sore.
Barulah semua orang meninggalkan arena ski, masih terasa belum puas.
Yin Nuxia dengan wajah penuh kekaguman berkata pada Cheng Yun: "Umat manusia di dunia kalian benar-benar ahli dalam menciptakan hiburan!"
Cheng Yun hanya tersenyum, tidak berbicara.
Dari arena ski, naik gondola terus ke atas akan sampai di RYueping. Dari sini mulailah pemandangan indah Gunung Salju Xiling yang sebenarnya.
Alasan tempat ini dinamai RYueping adalah karena di lokasi ini terdapat probabilitas tinggi untuk melihat fenomena matahari dan bulan bersinar bersamaan. Matahari di satu sisi, bulan di sisi lain. Selain fenomena tersebut, tempat ini juga terkenal sebagai spot terbaik untuk menyaksikan Lautan Awan dan Cahaya Buddha.
Cahaya sepuluh ribu zhang memancar, pelangi mengelilingi mentari...
Masih ada Hutan Panda, Panggung Pengamatan Awan, serta Paviliun Du Fu yang diukir oleh karya dewa dari alam, dan lain sebagainya...
Tentu saja, pemandangan paling termasyhur di Gunung Salju Xiling adalah Yin-Yangjie.
Yin-Yang terletak di sekitar Bukit Pasir Putih. Ini merupakan punggung bukit yang menjulang seperti punggung pisau dapur, dengan jalan selebar dua meter yang diapit tebing jurang sepuluh ribu zhang di kedua sisinya.
Secara geografis, wilayah ini juga menjadi garis pemisah antara iklim Dataran Tinggi Qinghai-Tibet dan cekungan. Di kedua sisi punggung bukit yang mirip Puncak Barat Gunung Hua ini, selalu muncul dua kondisi klimatis ekstrim: satu sisi cerah berkilauan dengan pandangan jelas, sementara sisi lain diselimuti awan hitam menutupi matahari dan kabut pekat menyelubungi gunung. Jika timing tepat, kabut dari wilayah cekungan akan perlahan naik hingga sejajar dengan punggung bukit sementara sisi berlawanan tetap cerah - inilah manifestasi Yin-Yang paling sempurna.
Du Fu pernah menggubah syair khusus: "Memandang Bukit Pasir langit tak rata, Yin-Yang dua dunia terpisah jelas. Selatan bukit cerah sepuluh ribu li, Utara bukit awan gelap mengimpit kota."
Inilah yang dimaksud dengan Yin-Yang.
Namun setelah seharian bermain, Cheng Yun dan Cheng Yan masih baik-baik saja. Yin Nuxia dan Sang Mage tentu tidak perlu dikhawatirkan. Sedangkan gadis kecil Yu Dian dan Tang Qingying sudah mengalami konsumsi tenaga yang berlebihan. Setelah mencapai Puncak Matahari-Bulan, mereka masih harus berjalan jauh di dataran tinggi. Saat tiba di Yin-Yang, mereka sudah kelelahan.
Cheng Yun mengeluarkan cokelat yang sudah disiapkannya sebelumnya, mengisi kembali tenaga mereka. Mereka duduk di paviliun Yin-Yang sambil menikmati pemandangan, mengambil banyak foto, baru kemudian memulai perjalanan pulang.
Saat turun gunung, waktu sudah menunjukkan lewat pukul lima. Mereka tidak bertemu lagi dengan trio Lin Yuanwu.
Dari pintu kawasan wisata Gunung Salju Xiling, Cheng Yun memanggil taksi untuk kembali ke Teluk Bunga Air. Mereka makan malam bersama untuk mengisi perut yang sudah kosong.
Tang Qingying dan Yu Dian yang kelelahan langsung kembali ke kamar untuk tidur, bahkan tidak sempat berendam di pemandian air panas.
Cheng Yun dan yang lain justru masih berenergi meluap. Hanya saja perubahan ketinggian yang ekstrem dalam sehari menyebabkan sedikit pusing atau telinga berdenging, tapi mereka pulih dengan cepat. Dulu Cheng Yun bahkan sampai mengalami mata merah karena reaksi dataran tinggi, namun kini berkat buff dari Tua Master Hukum, efek samping itu seolah hilang. Kecepatan pemulihannya kini menyamai Yin Nuxia dan Sang Mage, mungkin karena peningkatan kekuatan tubuh.
Cheng Yan sebagai perempuan memang lebih kebal terhadap reaksi dataran tinggi, ditambah fisiknya yang bagus, sama sekali tak terpengaruh.
Maka keempat orang + satu makhluk (coret "satu makhluk") berembuk, memutuskan untuk jalan-jalan ke distrik komersial Teluk Bunga Air, mencari jamur-jamuran murah untuk dibeli dan direbus menjadi sup.
Cuma makanan berbahan jamur khas daerah ini yang layak di mata Cheng Yun, sisanya kualitasnya sangat rendah.
Sekitar pukul delapan, langit telah gelap gulita. Area resor berubah menjadi lautan lampu neon, sementara dentuman musik alunan dansa lapangan kembali memenuhi udara. Barulah mereka kembali ke hotel.
Tang Qingying duduk di kamar menunggu dengan bosan. Begitu mendengar suara familiar dari luar pintu, ia langsung membuka pintu dan menerobos keluar. Dengan mata besar nan indah yang penuh aura dendam, ia melototi semua orang: "Bagus! Kalian berani jalan-jalan diam-diam tanpa aku!"
"Siapa suruh kamu tidur?" Cheng Yan berkata datar.
"Aku capek, nggak boleh tidur apa?" Tang Qingying melipat tangan di pinggang, masih kesal.
"Ayam lemah..."
“……”
"Sudah, kami bawa sate panggang. Cepat makan selagi hangat, musim dingin cepat dingin," kata Cheng Yun. "Yu Dian mana?"
"Mungkin masih tidur. Aku malu membangunkannya. Sudah ku-kirim pesan, belum dibalas."
"Oh." Cheng Yun mengangguk puas sambil mengusap perutnya. "Makan makanan larut malam bikin kenyang. Ada yang mau ke pemandian air panas? Ayo pergi bersama."
Loli itu juga melirik perut kecilnya, ia sudah makan banyak sate daging sapi, juga mi panci tanah liat dan blewah, perutnya sudah kenyang.
"Ayo pergi bersama!" seru Yin Nuxia dengan gembira, "Aku akan panggil Nona Yu."
"Tunggu aku dan Kak Yu Dian menghabiskan sate dulu," kata Tang Qingying sambil membawa kantong sate mengikuti Yin Nuxia masuk ke kamar mereka.
Cheng Yun dan Sang Mage juga kembali ke kamar mereka.
Cheng Yun menutup jendela, menyalakan AC, lalu mandi air hangat dengan riang untuk membersihkan keringat dari aktivitas ski dan mendaki hari ini. Ia hanya mengenakan celana pendek rumah dan kaos oblong sambil duduk di ranjang, malas mengeringkan rambutnya yang masih basah.
Loli itu berbaring di sampingnya, memeluk erat boneka hiu kecilnya sambil menatap kosong ekornya yang bergoyang-goyang.
Sang Mage duduk di kasur sambil asyik membuka-buka satu per satu foto yang diambilnya hari ini lewat ponsel.
"Sebenarnya saat ini ia seharusnya sedang membaca data teknologi dunia ini atau mempelajari ilmu, namun materi hari ini terlalu kaya. Meski tenaga fisiknya masih meluap-luap, mentalnya telah menerima terlalu banyak hal hingga mencapai titik kelelahan. Maka ia memilih untuk bersantai sejenak."
"Ngomong-ngomong, foto yang ia ambil seharusnya yang paling berkualitas di antara mereka. Sayang sekali piksel ponsel low-end yang biasa-biasa saja membuat hasil fotonya tidak terlalu bagus."
"Tak lama kemudian, Sang Mage juga mandi. Dengan mengenakan kaos oblong dan celana panjang, ia keluar lalu duduk di sofa sambil terus bermain ponsel."
"Sesekali ia melirik apa yang sedang dilakukan Cheng Yun."
"Tepat saat itu, pintu kamar mereka diketuk dengan panik, disertai teriakan Yin Nuxia."
"Bum bum bum bum……"
"Kepala Stasiun, rencana besar dalam bahaya!"
"Cheng Yun tertegun, justru merasa teriakan Yin Nuxia itu mengandung unsur komedi. Ia lalu mengangkat dagu memberi isyarat ke Sang Mage."
"Sang Mage segera paham maksudnya, berdiri dan bergegas membuka pintu."
Saat pintu terbuka, Yin Nuxia langsung menyenggolnya ke samping kemudian menerobos masuk ke dalam kamar. Di belakangnya Tang Qingyang mengikuti dengan wajah grogi, keduanya menatap Cheng Yun dengan panik.
"Kepala stasiun, Nona Yu sakit!" teriak Yin Nuxia panik.
"Ha? Ada masalah apa?" Cheng Yun meluruskan badan sambil menatapnya.
"Dia... dia... dia ter-... Ah, lebih baik kau yang jelaskan!" Yin Nuxia menoleh ke Tang Qingying di sampingnya.
"Kak Yu Dian demam tinggi, sepertinya cukup parah," kata Tang Qingying. "Waktu makan sate tadi kupanggil tapi dia tidak bangun, bilang masih ngantuk. Kukira dia kecapekan. Setelah habis makan sate, kucoba panggil lagi untuk tanya mau ke pemandian air panas. Ternyata wajahnya merah membara, saat kuraba dahinya panas sekali."
"Cepat pinjam termometer dulu dari resepsionis," Cheng Yun langsung melompat turun dari ranjang mencari sandal.
Mendengar itu Yin Nuxia segera melesat keluar ruangan.
Loli juga meletakkan ekornya, melepaskan boneka hiu kecil, mengangkat kepala sambil menatap tajam mereka.
Sang Mage dengan tenang mengambil sweter dan jaket kapasnya mulai berpakaian. Saat dia selesai, ketiga orang Cheng Yun sudah lama tidak ada di dalam rumah.
Sang Mage mengambil syalnya, sampai di pintu masih sempat mencabut kartu kamar dengan hati-hati, baru kemudian menutup pintu dan berjalan ke kamar Yu Dian.
Beberapa saat kemudian, lima orang satu makhluk sudah berkumpul di sini, bersama seorang resepsionis, duduk dengan tenang menunggu hasil pemeriksaan termometer.
Sang Mage mendekat, berjinjit melewati Cheng Yan dan Tang Qingying untuk melihat gadis kecil Yu Dian. Lalu menyibak kerumunan, naik ke depan dan meraba dahi gadis kecil Yu Dian, kemudian berbalik meraba dahi Cheng Yun.
Sepanjang proses ini, Yin Nuxia terus menatapnya dengan penuh kewaspadaan, seolah sangat khawatir dia akan mengambil keuntungan dari gadis kecil Yu Dian.
Sang Mage merenung sejenak, mempertimbangkan sistem pengobatan dunia ini dan kondisi tubuh manusia, berkata: "Jangan ditunda lagi, ini sudah demam tinggi. Di duniamu... eh, pokoknya obat biasa mungkin tak mempan, bawa ke rumah sakit. Tapi di luar dingin, kalian harus pakai baju hangat."
Cheng Yun tertegun sejenak, lalu mengangguk mantap: "Baik!"
