Keesokan hari, pagi.
Kota Mentari Sore tidak sedang ada hari pasar hari ini, tapi karena alasan Tahun Baru Imlek, jalanan tetap ramai dengan kerumunan orang.
Rumah Sakit Kecamatan mungkin menjadi tempat paling hening di seluruh area pasar.
Gadis kecil Yu Dian yang baru saja menjalani tes darah lengkap, duduk di kursi dingin koridor rumah sakit sambil menunggu hasil deteksi didampingi semua orang.
Kata "tes darah lengkap" yang terdiri dari tiga karakter itu membuatnya ketakutan bukan main, sampai sekarang belum bisa tenang.
Beberapa saat kemudian, gadis kecil Yu Dian memalingkan wajah, melihat dengan suara lemah ke semua orang yang menunjukkan ekspresi serius... serta loli yang sedang menguap dan Sang Mage yang sedang menatap kosong dua anak kecil bermain pingpong di lantai bawah. Ia menundukkan kepala ragu-ragu sejenak, lalu berkata: "Sebenarnya tidak perlu semua orang menemani saya. Kondisi saya sekarang sudah jauh lebih baik daripada semalam... Saya akan sangat malu jika sampai mengganggu waktu bermain kalian."
Cheng Yan dengan ekspresi datar berkata: "Jangan bicara omong kosong. Selama kamu... bisa cepat sembuh, akan ada banyak waktu untuk jalan-jalan nanti."
Tang Qingying mengangguk berkali-kali: "Kak Yu Dian harus cepat sembuh. Pasti tidak akan ada masalah."
Gadis kecil Yu Dian tersenyum mendengarnya, meski wajahnya masih terlihat pucat dan senyumnya terasa lemah.
Yin Nuxia tetap tak bersuara, juga tidak menatap gadis kecil Yu Dian. Ia hanya diam-diam menunduk, terus bergumam sesuatu tanpa henti.
Tes darah rutin adalah jenis pemeriksaan penunjang yang sangat umum, biasanya hasilnya bisa keluar dalam belasan menit.
Dengan cepat, seorang perawat junior muda keluar membawa laporan hasil tes. Matanya langsung menangkap sekelompok orang dengan tingkat kecantikan rata-rata yang sangat tinggi ini. Ia mendekat sambil berteriak, "Yu Dian?"
Yu Dian mengangkat kepala, matanya berkilauan: "Ya, saya."
Perawat junior mengangguk, melirik sekilas si loli kecil, lalu menyodorkan laporan tersebut ke arah Yu Dian. Namun Cheng Yun lebih dulu merebutnya.
Perawat itu tertegun sejenak, lalu tetap melanjutkan ke Cheng Yun: "Anda ingin memeriksa leukemia ya? Saat ini hasil tes darah rutin menunjukkan peningkatan sel darah putih, kemungkinan mengindikasikan leukemia. Tapi tetap belum bisa dipastikan. Diperlukan tusuk sumsum tulang untuk konfirmasi. Untuk prosedur itu, harus ke setidaknya kabupaten. Di sini tidak bisa."
Gadis kecil Yu Dian menundukkan kepala, tetap diam.
Sebaliknya, Yin Nuxia langsung mengangkat kepala, menatap tajam perawat itu. Mulutnya terbuka, tapi tak tahu harus berkata apa.
Tang Qingying pun terpaku.
Tang Qingying bisa merasakan Cheng Yan yang duduk di sampingnya tiba-tiba menangkap tangannya, menggenggam erat. Tenaga Cheng Yan yang besar mencengkeramnya hingga agak sakit. Namun saat ia memalingkan wajah, yang terlihat hanyalah raut tenang Cheng Yan, hanya kulitnya yang tampak sedikit lebih pucat dari biasanya.
"Ini masih kemungkinan, belum diagnosis pasti. Jangan kalian terlalu dini khawatir berlebihan." Suara Cheng Yan datar tanpa gejolak jelas, "Lagipula leukemia bukan vonis mati, masih bisa diobati."
"Hm." Cheng Yun juga membenarkan. Ia masih memegang laporan tes sementara matanya menyisir data darah. Dengan susah payah ia menemukan kategori "Hitungan Sel Darah Putih" di antara seabrek istilah dan angka, tapi tetap tak paham maksud deretan angka dan simbol di bawahnya. Akhirnya ia mengeluarkan ponsel dan mulai mencari level normal sel darah putih.
Perawat junior di sebelahnya ikut menghibur, "Benar, lebih baik lakukan biopsi sumsum tulang. Biopsi sumsum tulang, pemeriksaan apusan biopsi sumsum tulang."
Cheng Yun mengangkat kepala dan berkata: "Terima kasih."
Perawat junior tersenyum tipis, tidak banyak bicara, berbalik dan kembali ke ruang pemeriksaan.
Saat itu, Tang Qingying seolah teringat sesuatu. Ia menatap gadis kecil Yu Dian sambil gemetar bertanya: "Kak Yu Dian, apakah orangtuamu bukan..."
Yu Dian malah mengangguk, berbisik pelan: "Ayahku berpulang karena leukemia."
Semua orang terpaku seketika, ekspresi serius luar biasa. Udara di koridor seakan membeku.
Bahkan Sang Mage di lantai bawah menarik kembali pandangannya dari meja pingpong, mengerutkan kening memandangi Yu Dian.
Hanya si loli yang masih terpaku menatap mereka, tak paham omongan bodoh para manusia biasa ini. Mengapa wajah si manusia pendek yang biasanya ceplas-ceplos itu terlihat khawatir?
Leukemia itu sendiri bukan penyakit keturunan dan tidak bisa diwariskan, namun biasanya disebabkan oleh beberapa faktor yang sebagian di antaranya memang bersifat genetik. Jika memiliki faktor-faktor tersebut, probabilitas terkena leukemia akan sedikit lebih tinggi dibandingkan orang biasa.
Sebenarnya gadis kecil Yu Dian pernah membayangkan dirinya mengidap leukemia, tapi itu lebih seperti pemikiran yang "hampir ilusi".
Ayahnya meninggal sangat awal, tak lama kemudian ibunya juga meninggalkan dunia. Masa kecil di panti asuhan sama sekali tidak bisa disebut indah. Di keheningan malam, dia sering bertanya-tanya mengapa dulu orangtuanya tidak membawanya pergi bersama, mengapa meninggalkannya sendirian menderita di dunia ini. Bahkan setelah dewasa dan mulai paham, dunia masih belum memberinya keindahan, malah sebaliknya, beban hidup nyaris membuatnya sesak napas, seolah menunjuk hidungnya sambil berteriak "Inilah makna sebenarnya dari penderitaan!"
Dia bertahan hidup dengan diam-diam, terus berhati-hati, kadang berpikir "sepertinya mati saja juga tidak buruk!"
Jika ditempatkan setahun lalu, hasil ini bisa dia terima sepenuhnya.
Benar, dia benar-benar mampu menerimanya.
Leukemia memiliki kemungkinan penyembuhan, tapi dia rasa tak akan memilih itu. Masih ada "mimpi yang tak mungkin terwujud", biasanya dia hanya punya naskah cadangan 1-2 hari, sehingga akan cepat kembali ke alamatnya, terus giat berusaha menyelesaikan kisah yang dikonstruksinya sambil menunggu kedatangan ajal.
Beberapa pembaca masih menanti!
Tapi sekarang semuanya berbeda.
Hidupnya mulai berwarna-warni, tidak lagi abu-abu pucat.
Dia memiliki pekerjaan stabil dan nyaman yang disukainya, tempat tinggal yang hangat, serta seorang sahabat baik yang selalu membuatnya tak tenang. Setiap hari dijalani jauh lebih nyaman daripada masa lalu. Telah merasakan kehangatan, persahabatan ribuan tahun, perhatian tulus. Menyantap banyak hidangan yang dulu hanya dilihat orang lain tapi tak pernah dicobanya. Menyaksikan gunung bersalju, merasakan luncuran salju...
Gadis kecil Yu Dian mengangkat kepalanya perlahan. Pandangannya menyapu satu per satu semua orang yang berada di lokasi.
Bos yang selalu bersikap sabar, Cheng Yan yang ekspresinya tak enak dilihat tapi sebenarnya mudah bergaul, Tang Qingying yang lincah dan jenaka... Serta gadis bodoh yang selalu menganggap dirinya srikandi.
Akhirnya tatapannya membeku pada Yin Nuxia.
Saat itu Yin Nuxia sedang meminta laporan medis dari Cheng Yun, seolah ingin memverifikasi sesuatu sendiri. Namun hasilnya sangat jelas——
Dengan limbung ia memegang kertas laporan, beberapa detik kemudian menjulurkannya kembali ke Cheng Yun.
Biasanya hal-hal yang tidak ia pahami hanyalah "kalimat utuh yang tidak dimengerti, tapi setiap huruf individual masih bisa dibaca". Ini memberinya ilusi bahwa "kalau aku serius dan berusaha memahami, pasti bisa mengerti". Namun deretan angka di laporan itu bagai cacing-cacing kecil merayapi kertas, membuat matanya limbung tak tahu harus memandang ke mana. Terutama dengan campuran simbol-simbol seperti "%", "^", "-" ... jenis cacing kecil ini.
Samar-samar Yin Nuxia seolah kembali ke kaki tanjakan kecil di pinggiran hutan tahun itu. Di sana terbaring seorang tua bungkuk dengan tangan terputus, sekujur tubuh berlumuran darah, api kehidupan yang limbung bagai akan runtuh.
Dialah yang pernah bercerita padanya: "Dunia Atas tak mengenal musim dingin sepanjang tahun... tiap hari makan nasi putih..."
Ia termasuk sedikit "rekan seperjuangan" yang tersisa di dunia itu, sekaligus yang terakhir masih hidup.
Tak lama ia pun tewas, mati di depan matanya.
Perasaan tak berdaya, kesedihan itu, sangat mirip dengan hari ini.
Tiba-tiba Sang Kepala Stasiun batuk, menghancurkan duka Yin Nuxia dan keterharuan gadis kecil Yu Dian.
"Ahem, kenapa kalian semua memperlihatkan ekspresi... seperti itu. Ini belum ada hasil kok, lagipula kalaupun leukemia, saya ingat tingkat kesembuhannya sekarang sudah lumayan tinggi. Apalagi kalau kronis." Cheng Yun menundukkan kepala melihat ponsel, jelas isi ingatannya itu hasil Baidu langsung.
Yin Nuxia tersentak, merasakan dirinya terhisap masuk ke dalam kesalahpahaman umum - ini Dunia Atas lho!
Dunia Atas yang sesungguhnya! Ia pernah menyaksikan langsung seseorang Memecahkan Ruang Kosong datang ke sini.
Cheng Yun berkata: "Maestro belum sarapan kan? Manusia itu Besar, nasi itu baja. Situasi apapun harus selesaikan sarapan dulu."
Cheng Yan mengangguk: "Logikanya ada benarnya."
Setelah membeku sejenak, dia melanjutkan, "Demam Kak Yu Dian belum turun. Sekarang dokter sedang mengatur ranjang pasien. Aku akan menemani Kak Yu Dian di sini. Kalian pergi makan dulu, setelah selesi bawa kembali untuk kami. Kelaparan nih!"
Gadis kecil Yu Dian kembali berbisik, "Tidak apa-apa, aku bisa sendiri tanpa perlu ditemani."
“Boleh juga. Aku ingat di sebelah sana ada kedai mie tua yang sudah buka sejak aku masih kecil. Sebelumnya lewat sini kulihat masih ada. Entah sekarang rasanya bagaimana, yang pasti dulu enak banget. Setiap kali aku mengacau ingin ke Mentari Sore untuk buru-buru set, semuanya demi mi usus lemak rumah mereka.” Cheng Yun berusaha meringankan kondisi mental semua orang, “Aku traktir kalian ke sana.”
“Kalau gitu aku pesan mi usus lemak, tambah telur goreng.” Cheng Yan berkata datar, “Kak Yu Dian gimana?”
“Aku… sama saja lah.”
“Bagus.”
Cheng Yun pun membawa tiga manusia satu makhluk keluar.
Duduk di kedai mie, Yin Nuxia sesekali menatap Cheng Yun, sesekali melirik Sang Mage.
"Dia ikut Cheng Yun keluar jelas punya tujuan, kalau tidak, dia pasti sedang di rumah sakit menemani gadis kecil Yu Dian. Tapi Tang Qingying duduk di sebelah, dia agak malu-malu untuk bertanya."
Beberapa saat kemudian, Cheng Yun beralasan ingin makan permen karet, menyuruh Tang Qingying pergi ke supermarket membeli permen karet.
Yin Nuxia tidak membuka mulut, diam mengamati perkembangan.
Tepat seperti dugaan, dia melihat Sang Kepala Stasiun menatap Sang Mage, bertanya: "Tentang leukemia, apa kamu paham?"
Sang Mage mengangguk, sorot matanya penuh harap menatap tungku sederhana di area terbuka warung mie, menjawab: "Paham."
"Apa kamu punya metode menyembuhkan leukemia? Menurutku kamu sama sekali tidak terlihat khawatir." Cheng Yun berkata.
"Kenapa aku harus khawatir? Untuk apa khawatir?" Ekspresi tertegun Sang Mage membuat Yin Nuxia ingin memukulnya, tapi tiba-tiba dia menambahkan, "Ini bukan penyakit kecil saja?"
"Hm?"
“？？？”
Cheng Yun dan Yin Nuxia sama-sama tertegun.
Sang Mage menatap mereka dengan penuh harap, lalu mengulang dengan lemah: "Aku bilang, ini kan cuma penyakit kecil…"
