Total ada 16 jenis bahan.
Semua kesulitan lainnya diselesaikan oleh Sang Mage.
Tapi saat Cheng Yun mulai mencari, karena beberapa bahan bahkan penggantinya pun tidak bisa ditemukan di Bumi, Sang Mage terpaksa mensintesis komponennya dari berbagai bahan lain. Akhirnya jumlah bahan bertambah menjadi 21 jenis.
Separuh dari bahan-bahan ini bisa ditemukan di apotek sebelah, sebagian lainnya juga tidak sulit dicari.
Misalnya ada sesuatu yang disebut "Luo Cao" oleh Sang Mage, tanaman terdekat "Luo Cao" berada di pot bunga area rawat inap rumah sakit. Ada juga benda bernama "Pemakaman Bunga", Sang Mage pernah melihatnya di gunung belakang kampung halaman Cheng Yun.
Tapi bulu monyet ini, bunga ungu...
Cheng Yun menyimpan bola kristal sambil mengerutkan alis: "Jadi kita harus pergi ke pegunungan Xiling untuk mengumpulkan benda-benda ini?"
Sang Mage mengangguk: "Benar. Lagipula Xiling adalah gudang sumber daya alam terdekat dari sini. Meskipun ke kebun binatang Jinguan mungkin lebih mudah mencari bulu monyet, tapi akhirnya kamu tetap harus masuk ke Xiling untuk bahan-bahan lain."
Yin Nuxia segera berseru: "Aku yang pergi!"
Cheng Yun menepuk kepala Yin Nuxia dengan wajah pasrah: "Kau bahkan tak bisa mengingatnya, lebih baik kita pergi bersama."
"Kalau Nona Yu-ku..."
"Cheng Yan dan Yao Yao akan merawatnya di sini."
"Baiklah..."
Tiga orang kembali ke kamar pasien, Cheng Yun tidak menunggu lama, langsung berkata pada Cheng Yan: "Hotel di Teluk Bunga Air sudah waktunya check-out, kartu kamar masih di tangan kalian kan?"
"Hm."
Cheng Yan, Sang Mage, dan Yin Nuxia menyerahkan tiga kartu kamar.
Cheng Yun menerima kartu-kartu itu, berkata: "Aku masih ada urusan di kampung halaman, Yu Dian kuserahkan pada kalian. Setelah demamnya turun, beberapa hari lagi kita kembali ke Jinguan untuk pemeriksaan sumsum tulang."
Cheng Yan mengangguk: "Baik."
Gadis kecil Yu Dian berbaring di ranjang pasien dengan mata terbuka lebar, dengan suara lemah berkata: "Tolong kepala stasiwan bawa laptopku... Terima kasih."
"Sudah sakit masih mau main komputer?"
"Aku... ada sedikit urusan." Nada bicara Yu Dian sangat hati-hati, dia masih punya naskah cadangan yang belum diunggah.
"Tidak masalah." Kata Cheng Yun, "Kami akan bawa semua barang bawaan kalian."
Tang Qingying tertegun: "Kak Yin Dan juga pulang?"
"Hm."
“Apa Kak Yin Dan bisa mengatur barang bawaan……” Tang Qingying penuh keraguan, “Lebih baik aku pulang bantu mereka merapikan.”
“Tidak boleh!” Yin Nuxia menolak tegas.
“Mengapa?” Tang Qingying terpaku, gadis bodoh ini enggan merawat Kak Yu Dian di sini?
“Karena… karena……” Yin Nuxia gagap lama, lalu menegakkan pinggang berkata penuh wibawa, “Karena aku yang tertua, kalian harus dengar aku!”
“……”
“Biarkan loli tinggal.” Cheng Yan mencoba usul.
Loli memalingkan wajah meliriknya dengan sikap meremehkan, melompat ringan langsung menyusul Cheng Yun keluar pintu.
Beberapa saat kemudian, di bus pedesaan yang nyaris kosong.
Hanya tersisa beberapa kursi terakhir.
Deru mesin bus memenuhi udara, setiap belokan diiringi bunyi klakson panjang yang riuh.
Cheng Yun memeluk loli sambil memejamkan mata beristirahat.
Loli itu menghadap ke arahnya, fokus membatu tanpa berkedip mengamati resleting jaket bulu angsa-nya. Cakar kecilnya menyusuri resleting dari atas ke bawah dengan perlahan, pandangannya mengikuti ke bawah seolah sedang menghitung jumlah gigi di atasnya.
Yin Nuxia berkonsentrasi penuh mengingat-ingat bentuk beberapa bahan, diulanginya terus berkali-kali.
Sang Mage duduk di samping tak bergerak, bola kristal terpeluk di tangannya, seolah tenggelam dalam renungan mendalam.
Kini Yin Nuxia bisa dibilang seorang "Kultivator" junior. Ia dengan jelas merasakan gejolak "energi dewa" yang terus memancar dari tubuh orang di sebelahnya. Efeknya luar biasa - setiap kali ia sudah berhasil mengingat betul bentuk benda-benda itu, beberapa menit kemudian energi itu kembali mengganggu ingatannya sampai lupa lagi. Sungguh menyebalkan!
"Apa yang kamu lakukan?!" wajahnya menggembung seperti genderang, kedua pipinya mengembang bak dua bakpao daging.
"Hm?" Sang Mage membuka mata.
"Aku tanya kamu."
“Aku sedang mempelajari ilmu kuno yang diperlukan untuk membuat ramuan ini. Juga beberapa mantra,” kata Sang Mage. "Waktu kita sangat terbatas. Tak hanya harus menemukan bahan obat, aku juga harus menyelesaikannya sebelum Kak Yu Dian menjalani tusukan sumsum tulang. Dengan segala kesulitannya, aku harus menyisakan jeda waktu agar tidak terjadi kesalahan."
"Oh." Yin Nuxia segera menunduk patuh, "Sudah bekerja keras ya."
"Urusan sepele," Sang Mage melambaikan tangan dengan santai. "Ini tantangan bagiku. Seorang Mage harus terus mencoba untuk mencapai breakthrough."
Yin Nuxia mengangguk-angguk dengan ekspresi sangat setuju.
Lima menit berlalu.
"Kepala Stasiun, pinjam bola kristal lagi."
"Belum hafal juga?"
"Sudah, sudah!"
Lima menit lagi terlewati.
"Kepala Stasiun, tolong perlihatkan lagi..."
……
Hingga rombongan turun di Teluk Bunga Air, Yin Nuxia baru saja selesai melihat bola kristal untuk terakhir kalinya.
Mengambil barang-barang, melakukan check-out, lalu menitipkan semua bagasi di resepsionis hotel. Cheng Yun membawa berdua dan satu makhluk menuju kampung halamannya.
Target pertama—Pemakaman Bunga.
Benda ini bisa ditemukan di gunung belakang kampung halaman, hanya bunga liar biasa yang tak istimewa.
Selanjutnya adalah bulu monyet.
Monyet di Xiling cukup umum, bahkan di area wisata pun ada kemungkinan bertemu tanpa harus masuk ke hutan belantara.
Masuk ke area wisata untuk mencari adalah pilihan yang bagus, tapi dua bahan lain harus dicari di kedalaman gunung. Akhirnya Cheng Yun memilih masuk ke pedalaman.
Selain jalur hiking area wisata Dafeishui Xiling, rute dari belakang kampung halaman adalah satu-satunya jalan yang diketahui Cheng Yun.
Cheng Yun membeli makanan dan perlengkapan penting lalu melemparkannya ke ruang node. Tanpa singgah ke rumah, ia langsung mengajak berdua dan satu makhluk masuk ke gunung.
Ia bisa melihat monyet terdekat melalui bola kristal. Makhluk itu sedang bergerak. Menangkap monyet di hutan lebat seperti ini sulit, untungnya mereka hewan sosial. Jika bisa mendekati satu, pasti akan menemukan sekelompok.
Cheng Yun bergerak lurus bagai panah mendekatinya.
Cuaca cerah beberapa hari terakhir, tapi kelembapan masih tinggi setelah masuk ke gunung.
Sandal dan ujung celana mereka cepat basah, dilapisi lumpur khas pegunungan.
Satwa liar biasanya menjauhi permukiman manusia, jadi harus masuk lebih dalam. Perlahan trio dan makhluk itu mulai melihat kabut menyelimuti gunung di depan - mengambang elegan, seolah menyembunyikan kehidupan transenden.
Embun di rumput hijau depan sudah banyak yang menghilang. Di jalan setapak kecil dekat aliran sungai terlihat jejak kaki samar-samar. Jika bukan penduduk sekitar desa yang masuk gunung untuk bersantai, kemungkinan besar grup Feng Han sudah menemukan pemandu dan masuk ke dalam hutan. Sesekali terlihat beberapa ekor sapi di sekitar—bukan sapi liar, melainkan ternak warga kaki gunung yang dibiarkan merumput. Sapi-sapi ini berkeliaran bebas di pegunungan, namun tetap memiliki pola pergerakan tertentu. Para penduduk selalu punya cara untuk melacak dan menggiringnya turun gunung setelah sapi-sapi itu dewasa.
Semakin jauh melangkah, semakin hening suasana.
Di tanah, embun beku dan salju mulai terlihat.
Sesekali mereka melihat rumah tanah yang terbengkalai dengan genting sebagai atap dikelilingi pagar kayu. Beberapa bangunan terhubung membentuk kompleks, sementara yang lain berdiri menyendiri di lereng gunung raksasa. Siluet-siluet itu samar-samar di balik awan putih, seolah begitu jauhnya hingga kita bisa membayangkan asap hijau mengepul dari cerobong saat jam makan tiba.
Ini adalah rumah tangga yang tinggal di pegunungan raksasa sejak zaman dahulu kala. Pada masa itu, membangun rumah di tengah gunung dan membuka beberapa mu tanah gersang belum tentu bukan pilihan yang baik.
Biasanya Yin Nuxia pasti akan penasaran melihat pemandangan ini, tapi sekarang hatinya tak tertarik. Justru si loli yang mengikuti di belakang Cheng Yun sesekali berhenti untuk melontarkan pandangan penasaran ke belakang, atau mengikuti suara di hutan sebelah untuk menyelidiki lalu cepat-cepat kembali.
Tenaga ketiga orang ini sangat baik. Sepanjang perjalanan mereka berjalan cepat tanpa menunjukkan tanda-tanda kelelahan.
Beberapa jam kemudian, trio manusia dan satu makhluk berhenti di depan sebuah sungai kecil. Masing-masing mencari batu besar untuk duduk dan beristirahat.
Cheng Yun mengeluarkan "makanan" yang dibeli sebelumnya. Meski sudah matang, sekarang semuanya terasa dingin.
Sang Mage mengangkat sebuah bakpao dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya melukiskan sejumlah garis di udara. Di ujung jarinya muncul jejak putih yang membentuk pola aneh. Pola itu ditempelkannya ke bakpao yang segera memerah.
Tak lama, Cheng Yun mencium aroma wangi bakpao yang mirip dengan yang biasa ia cium di toko bakpao.
Yin Nuxia juga menghirup napas dan mengangkat kepala.
Bakpao di tangan Sang Mage kini memancarkan uap panas, kontras yang semakin jelas dengan suhu dingin pegunungan. Dengan cepat ia melempar-lemparkan bakpao itu antar kedua tangannya sambil mengembuskan napas, seolah merasa kepanasan.
Cheng Yun membeku, "Ada cara seperti ini?"
Yin Nuxia menelan ludah, "Bakpao dingin mana bisa enak dibanding yang panas mengepul!"
Tiba-tiba, bayangan putih melesat cepat seperti kilat.
Sang Mage tetap mempertahankan gerakan melempar bakpao dari tangan kiri ke kanan, namun objek yang ia lempar telah lenyap.
Sang Mage tertegun, memandang ke depan. Di sana terlihat si loli sedang menggigit bakpao miliknya sambil berjalan mendekati Cheng Yun, lalu menggesek-gesekkan tubuhnya ke tangan Cheng Yun.
Setelah si makhluk kecil ini menyerahkan bakpaonya ke Cheng Yun, bahkan ia menoleh kembali dan kembali menatap tajam ke arah Sang Mage.
Sang Mage: "……"
"Cuma teknik pelapisan mantra sederhana saja." Dengan kepasrahan, Sang Mage mulai menjalankan perannya sebagai microwave berwujud manusia.
Awalnya ia menempatkan dirinya di posisi terdepan, tapi dari sorotan mata si loli... Diperkirakannya kini ia harus antre paling belakang untuk bisa makan.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Yin Nuxia telah menghabiskan setengah ayam panggang dan lima bakpao. Sambil meneguk Sprite dari kaleng, bola matanya bolak-balik mengamati Cheng Yun dan Sang Mage.
Cheng Yun langsung paham maksudnya. Ia berdiri dan berkata: "Ayo berangkat. Kira-kira masih ada sepuluh kilometer lagi. Tak lama lagi jalan aspal akan habis, kita harus mulai menerobos melintasi hutan."
Yin Nuxia mengangguk: "Baik!"
Setelah ragu sebentar, ia menambahkan: "Kepala Stasiun, bagaimana kalau kugendeng saja? Sepuluh kilometer pasti akan lebih cepat kita tempuh."
Cheng Yun: \"……\"
Sekitar setengah jam kemudian, air sungai kecil telah membeku, embun putih di permukaan tanah juga berubah sepenuhnya menjadi salju yang menumpuk dan es. Di permukaan jalan seperti ini mereka bisa melihat jejak sepatu pendahulu dengan lebih jelas, tapi sayang sekali, jalan setapak di sini sudah sampai di ujung. Mereka harus berjalan ke arah lain.
Sepuluh menit kemudian, kaki Cheng Yun sudah mati rasa karena kedinginan.
Tiba-tiba, Yin Nuxia membentak pelan: \"Hati-..."
Bersamaan dengan itu ia melangkah ke kiri, secepat kilat mengulurkan tangannya menggenggam sesuatu.
\"...hati!\"
