“Kalian beli sayur tidak?” tanya Cheng Yun.
“Ada, ada……” Gadis kecil Yu Dian mengangguk dengan lemah.
“Sayur apa?”
“Hmm... kentang, ada juga……”
“Sudahlah, saya sendiri yang naik melihat. Cek apakah cukup untuk masak dua hidangan.” Cheng Yun menatap tiga orang yang sedang makan lalapan dingin, lalu berdiri sambil berkata.
“Tidak perlu... repot-repot.” Gadis Yu Dian mengangkat kepala memandangnya, wajahnya memerah dengan suara lirih.
“Repot apanya? Sekarang justru waktumu butuh nutrisi tambahan!” Cheng Yun langsung berbalik menuju tangga.
Sang Mage ragu sebentar, menangkap beberapa potong daging dan satu paha ayam di tangannya, buru-buru menyusul.
Setelah menggesek kartu dan masuk, Cheng Yun membuka kulkas.
"Satu kantong besar mie Kang Shifu Ayam Rebus Jamur Shiitake, jenis kemasan 10 biji, sudah dimakan setengahnya. Dua bungkus pangsit beku, mungkin mereka tidak tahu kalau benda ini harus disimpan di bagian bawah kulkas? Lalu setengah piring tumis akar teratai yang agak gosong, setengah piring tumis tomat telur yang teksturnya mungkin keras, ditambah sedikit kimchi dan setengah piring nasi yang dimasak dengan baik."
"Bahan mentah mencakup beberapa kentang mentah yang jelek, dua terong yang sudah layu. Tidak ada daging, mungkin keahlian masak mereka belum sampai ke level itu."
"Hmm......"
Cheng Yun merasa sangat kesulitan.
"Membeli sayur saja tidak bisa pilih yang bagus?"
Cheng Yun menaruh pangsit beku di bagian bawah kulkas, lalu mengambil sepotong daging dari bagian tengah, merencanakan untuk membuat terong tumis daging cincang.
Pada saat itu, suara androgini Sang Mage terdengar dari pintu: "Obatnya sudah saya siapkan."
"Sudah diberikan ke dia?" Cheng Yun tetap tak mengangkat kepala.
“Belum, baru saja selesai dibuat.”
“Seperti apa bentuknya, biar saya lihat!” Cheng Yun menunjukkan rasa ingin tahu.
Di Bumi juga ada obat leukemia, tapi tidak 100% bisa menyembuhkan. Tingkat keberhasilan pengobatan bervariasi tergantung jenis leukemianya. Ada obat yang bisa menekan perkembangan penyakit sehingga pasien bisa hidup normal, tapi harus dikonsumsi terus-menerus tanpa putus dengan biaya sangat tinggi. Karena itu Cheng Yun sangat tertarik dengan "pil dewa dan obat ajaib" dari dunia paralel ini.
“Nih!” Sang Mage yang sudah mempersiapkan diri, menggunakan satu tangan untuk mengeluarkan botol kaca dari belakangnya.
“Emm…” Cheng Yun menatap "bubuk wijen hitam" di botol kecil itu, menarik sudut bibirnya. “Harus kuakui 'obat' ini… penampilannya cukup berbeda dari bayanganku. Lagipula botol ini…”
“Bekas cola.” Sang Mage menjawab dengan tenang.
“Baiklah.” Cheng Yun menerima botol bubuk wijen itu, tangannya penuh minyak, “Kau yakin benda ini tidak ada efek samping?”
“Plak!”
Sang Mage dengan lihai menjentikkan jarinya, gerakannya sangat keren. Jika saja tidak melihat tangan satunya yang mencengkeram segenggam daging.
Sebuah antarmuka semi-transparan langsung muncul di depan Cheng Yun, mengambang di udara. Latar belakang berwarna pink membuatnya tertegun-tertegun.
“Ini hasil kalkulasi komputer pribadi dan chip pendukungku. Berdasarkan deviasi operasional saat pembuatan obat dan perbedaan evolusi kecil tumbuhan identik di dunia ini dengan dunia kami di lingkungan berbeda, efek samping memang ada. Tapi sangat kecil, tidak berarti. Menurutku efek samping sedikit ini bisa diabaikan.” Sang Mage menggigit paha ayam sambil berbicara.
“Komputermu yang itu sudah bisa dibangunkan?”
“Hm, hanya saja fungsi belum terlalu lengkap. Beberapa mantra di dunia ini kehilangan kemanjurannya, entah nanti bisa pulih atau tidak.” Suara Sang Mage terdengar tak jelas, mungkin karena mulutnya penuh makanan.
“Efek sampingnya apa?” Cheng Yun juga tak mengerti tulisan di antarmuka itu, grafiknya pun tidak dipahami. Perhatiannya sepenuhnya tertuju pada antarmuka berwarna pink itu.
“Cuma tidur lelap.” Sang Mage menjawab datar.
“Oh.”
“Sekarang tergantung bagaimana Kepala Stasiun membujuk Kak Yu Dian untuk meminum ramuan ini. Ini dosis hari pertama, total harus diminum tiga hari. Masih ada dua botol lagi di tempatku.”
“Benda ini baunya apa?”
“Tidak pahit, tapi aroma obatnya sangat kuat.”
“Oh ya?” Cheng Yun mendekatkan hidung ke mulut botol dan mengendus, “Ini mudah. Nanti aku akan memasak bubur untuknya, bilang ini bubur obat untuk menguatkan badan. Diam-diam akan kucampurkan benda ini ke dalamnya.”
“Terserah kamu.” Dengan jentikan jari, Sang Mage menarik kembali antarmuka itu.
Cheng Yun terus mengamati zhīmahú, tetap merasa penampilan benda ini terlalu aneh—bahkan ia bisa melihat di dalamnya terdapat titik-titik putih seperti pada zhīmahú biasa, namun sesekali muncul gelembung yang membuat orang tak berani menganggapnya sebagai zhīmahú biasa. Bersamaan dengan itu, ketika ia merasakan dengan seksama, masih dapat mendeteksi partikel energi yang mengitari botol namun seolah terjebak oleh sesuatu.
Beberapa saat kemudian, barulah ia meletakkan botol dan melepaskan pisau dapur, lalu mengeluarkan sekarung beras ketan dari lemari di bawahnya untuk mulai merebus bubur.
Sang Mage seolah melihat keraguan di wajahnya, berkata: "Karena ini obat yang kubuat dengan 'metode tradisional', hasil akhirnya memang mirip ramuan alkimia kuno. Ditambah lagi masalah bahan baku dan teknik pembuatanku yang kurang memperhatikan estetika, wajar saja penampilannya kurang menarik. Kalau untuk dijual komersial, mungkin aku perlu mencari cara menghilangkan unsur 'pengisi'-nya dan mengubahnya jadi serbuk atau pil. Tapi karena ini untuk pemakaian internal, tidak masalah lah."
Setelah berkata demikian dia menambahkan: "Dulu para apoteker yang ikut legiun atau korps bayaran juga begini. Membuat ramuan untuk rekan satu tim tidak perlu estetis - semakin jelek dan semakin tidak enak rasanya, semakin bagus. Biar tidak ada yang menyangka ini makanan."
Cheng Yun mengangguk: "Baiklah."
Setengah jam kemudian, bubur sedang mendidih di panci tekanan sementara botol kecil 'hitam' itu tergeletak di sebelahnya. Tumisan terong dengan daging cincang Cheng Yun pun siap disajikan.
Setelah berpikir sejenak, ia mengeluarkan nasi dari kulkas dan menggoreng setengah ember nasi goreng telur, lalu membawanya turun bersama kimchi.
Makanan diletakkan di meja resepsionis agar mereka bisa menikmatinya sambil menonton Gala Tahun Baru dan menyantap lalapan dingin.
Awalnya Cheng Yun mengira ketiga orang ini sudah makan sedikit di malam hari, jadi seharusnya tidak bisa menghabiskan banyak. Ternyata ia salah – mereka melahap makanan seolah belum makan sama sekali sejak malam.
Satu ekor ayam kaleng khas kampung halaman, dua jin daging sapi dan satu jin daging kenari, tumpukan kimchi, plus terong tumis daging cincang buatan Cheng Yun yang masih panas, disantap mereka bagai menemukan hidangan istimewa. Masing-masing menghabiskan satu mangkuk nasi goreng telur dengan cepat. Gadis kecil Yu Dian awalnya agak malu-malu, tapi belakangan ikut menyendok nasi dengan lahap seolah hanya butuh kimchi dan nasi goreng telur untuk puas.
Cheng Yun sulit membayangkan bagaimana mereka bertahan selama dua hari ini.
Loli di sebelah menatap mereka makan, tak lama kemudian memalingkan wajah penuh harap ke arah Cheng Yun, menunjukkan ia juga ingin makan.
Akhirnya bahkan Cheng Yun sendiri mengambil mangkuk kecil menyendok sedikit, menyantap dua suap nasi dengan kimchi.
Jujur saja, setelah banyak makan makanan berminyak, menyantap kimchi dan nasi goreng ternyata cukup membangkitkan selera dan menghilangkan rasa enek.
Sayang sekali, nasinya terlalu sedikit.
Melempar mangkuk, Yin Nuxia yang sudah memenuhi standar bersendawa "Hikk".
Melihat tingkahnya, gadis kecil Yu Dian semakin merasa bersalah, ia yakin semua ini karena tak mampu merawat mereka dengan baik.
Cheng Yun menyuruh Yin Nuxia dan Sang Mage mencuci piring, sementara ia sendiri duduk bersama Yu Dian, diam-diam menonton Gala Tahun Baru.
Beberapa saat kemudian, ia membuka mulut bertanya: "Kak Yu Dian, kamu belum periksa ke rumah sakit kan?"
Yu Dian tertegun, dengan grogi menjawab: "Belum…… belum."
Ia agak takut dengan hasil deteksi, sehingga secara insting menolak ide tersebut.
Cheng Yun mengangguk: "Ingin menjalani pemeriksaan setelah Tahun Baru Imlek?"
"Hm." Gadis kecil Yu Dian berbisik menjawab, pandangannya masih tertancap pada layar komputer meski pikirannya sudah melayang entah ke mana, kilatan di matanya tak menentu.
"Tidak apa-apa." Cheng Yun tersenyum, "Sekarang sedang masa perayaan, beberapa hari lagi periksa juga tidak masalah."
"Hmm......"
"Jangan terlalu khawatir, besar kemungkinan tidak ada masalah." Kata Cheng Yun.
"Ibu tidak perlu menghiburku..." Yu Dian berucap pelan sambil menunduk, kilau air mata sudah menggenang di sudut matanya - saat ini dia benar-benar merasa berat untuk meninggalkan dunia ini.
"Bagaimana jika hasil tes menunjukkan tidak ada masalah? Pernah terpikirkan?" Tiba-tiba Cheng Yun bertanya.
"Kalau benar begitu..." Yu Dian tertegun.
"Pernahkah kau berpikir? Sudah sampai di tepian hidup dan mati, momen keputusasaan seperti ini. Jika ternyata ini hanya candaan langit, atau ada dewa yang menyelamatkanmu secara gaib, bagaimana kau akan bersikap?" Cheng Yun berhenti sejenak, "Aku lihat di TV, orang-orang yang lolos dari maut biasanya mengalami perubahan besar. Maksudku, jika diberi tambahan umur puluhan tahun, bagaimana kau akan menghabiskannya?"
"Aku..." Gadis kecil Yu Dian ragu-ragu, "Tidak pernah kupikirkan. Tapi seharusnya akan lebih kuhargai. Jika benar ada dewa yang menyelamatkanku, akan kusampaikan terima kasih sepenuh hati."
"Tapi di dunia ini tidak ada dewa." Kata Cheng Yun.
"Hmm..." Gadis Yu Dian menyeret suara hidung panjang, tanda keraguan dan perenungan.
"Seperti yang kau katakan, jika semuanya berjalan baik, kita harus benar-benar menghargai sisa hidup... Lebih ceria dan penuh harapan daripada sekarang. Bukankah sebagian besar waktu kehidupan cenderung membaik? Hidup ini begitu singkat, ditambah banyaknya kecelakaan tak terduga. Tak ada yang bisa memastikan apakah nyawa kita akan tiba-tiba berakhir suatu saat. Karena itu, kita harus menjalaninya dengan penuh petualangan agar tak menyia-nyiakan kesempatan ini."
Ucapan-ucapan ini sangat kental dengan gaya Tua Master Hukum. Pengaruhnya sangat besar pada Cheng Yun.
Namun seiring perkataannya, suara Cheng Yun semakin berat, ekspresinya dipenuhi perasaan kompleks—Jika umurnya benar-benar setara dengan alam semesta, maka sekarang ia benar-benar sulit melihat batasnya. Ia mulai tak bisa membayangkan bagaimana harus melewati sisa hidup yang tak berujung ini.
Gadis kecil Yu Dian berpikir sejenak, menarik napas dalam-dalam dua kali, lalu mengangguk mantap seolah baru mengambil keputusan penting.
Meskipun dia merasa kemungkinan ini sangat kecil, cahaya harapan yang redup membuatnya kebingungan, namun dia tetap memimpikan sedikit kemungkinan itu dan diam-diam berdoa.
Jika keajaiban muncul, dia akan sepadan dengan orang yang sudah mati sekali... buanglah diri yang dulu!
Keputusan ini sudah menjadi keputusan yang sangat membutuhkan keberanian baginya.
Cheng Yun tersenyum, menepuk bahunya, lalu berdiri dan berkata: "Aku sudah memasak semangkuk bubur untukmu, ditambah ramuan pahit berkhasiat untuk memulihkan energi murni yang terkuras beberapa hari lalu. Tenang, aku tambahkan gula, pasti manis. Biarkan dingin dulu, nanti kalau laper bisa diminum sebagai makan larut... Ya ampun, nonton Gala Tahun Baru juga tidak siapin kuaci atau semacamnya!"
Gadis kecil Yu Dian mengangguk: "Hm, terima kasih bos."
Gadis kecil Yu Dian tidak menyelesaikan tontonan Gala Tahun Baru, mungkin karena benar-benar tidak tahan atau terlalu mengantuk, dia sudah naik ke atas untuk beristirahat pukul sebelas.
Yin Nuxia selama beberapa hari ini tidak boleh berpisah sedetik pun mengikutinya dan menjaganya, tentu juga bersamanya.
Dari kamar Cheng Yun mengeluarkan semangkuk bubur yang sudah dingin, gadis kecil Yu Dian bisa melihat biji teratai, beras hitam, kurma merah dan biji-bijian lain yang tak dikenalnya dalam bubur itu, meski ramuan pahit berkhasiat tak terlihat. Meski warnanya gelap, tampaknya cukup enak.
Sepiring besar penuh!
Gadis kecil Yu Dian meletakkan mangkuk di atas meja kamar, duduk lalu menyendok sesuap untuk dicicipi.
Ternyata memang manis.
Ada aroma obat, tapi sama sekali tidak sulit diminum!
Gadis kecil Yu Dian mengatupkan bibir, entah memikirkan apa, sorot matanya mulai berkristal basah lagi.
Yin Nuxia di sampingnya menatap penuh harap, melihat ini tiba-tiba grogi, buru-buru bertanya: "Kenapa? Kenapa menangis? Apa ada cabai di dalamnya?"
"Pu! Pu! Pu!..."
Gadis kecil Yu Dian dengan mata merah tertawa keluar.
"Mana ada yang menaruh cabai di bubur! Ini karena aku tersentuh." Setelah berkata demikian, ia kembali menyendok bubur dengan sendok sambil berkata pada Yin Nuxia dengan suara terisak, meski berusaha tenang. Penampilannya yang lemah lembut namun berlagak kuat itu sangat memancing belas kasihan, "Mau tidak ikut makan sedikit? Manis, enak sekali."
"Tidak!" Yin Nuxia menggelengkan kepala seperti genderang, "Aku takut minum ramuan ini malah bikin sakit!"
"Ini ramuan pahit berkhasiat..."
"Tidak... Pokoknya aku tidak minum."
"Mengapa?" Gadis kecil Yu Dian tertegun. Biasanya apapun yang dimakannya akan dibagi setengah pada Yin Nuxia, dan Yin Nuxia selalu menerimanya dengan senang lalu melahapnya dengan lahap.
Hari ini ada keanehan.
"Sang Kepala Stasiun akan membunuhku kalau tahu." Kata Yin Nuxia.
"Aku... tidak akan memberitahunya."
"Jangan, jangan. Aku tidak sebodoh itu."
"Benarkah? ... Maksudku, oh begitu ya!" Gadis kecil Yu Dian semakin tersentuh, kembali menunduk menyantap buburnya.
Tak lama kemudian, dia mengeluarkan selembar kertas, sambil menyeruput bubur diam-diam merenungkan sesuatu sambil menulis di atas kertas.
Yin Nuxia diam-diam melirik, melihatnya menuliskan serangkaian kata di kertas dengan tulisan yang indah.
"Cahaya keemasan..."
"Keberanian..."
"Kemurahan hati..."
Yin Nuxia tak sengaja membacanya keras-keras.
"Ah!" Gadis kecil Yu Dian buru-buru menutupi kertasnya, "Bagaimana bisa kau mengintip tulisan orang lain!"
"Hmm... Aku ini orang bodoh, tak apa-apa."
“……”
Sekitar pukul sebelas setengah, Yin Nuxia membawa mangkuk kosong Yu Dian dan mengetuk pintu kamar Cheng Yun yang dibukakan oleh si loli.
"Laporan Komandan, target telah menghabiskan makanannya sampai bersih!"
"...Kau datang untuk mencuci piring?"
"Benar! Ada kabar baik juga untukmu!" Yin Nuxia menatap Cheng Yun dengan serius.
"Kabar baik apa?"
"Aku berhasil naik ke peringkat Ahli Larangan!"
"Apa?!"
“Aku sudah naik ke tier Master!” Yin Nuxia mengulangi, “Super... Super Master, tier baruku!”
“...Ini bisa disebut kabar baik apanya?” Cheng Yun bermuka hitam.
“Kenapa bukan kabar baik! Aku berusaha keras, nonton banyak video pertandingan, baru akhirnya bisa menang meski timku payah!” kata Yin Nuxia serius.
“Kalau... selamat ya, gimana caranya naik tier?”
“Gampang! Biasanya aku hancurkan lawan di lane phase, sekarang tambah belajar bantu anggota tim lain.” Yin Nuxia mengerutkan kening, “Cuma kadang harus kasih mereka bunuh beberapa kali, rasanya rugi banget.”
“Selamat... Cepetan cuci piring trus istirahat, aku juga mau tidur.” Cheng Yun masih pusing mikirin alasan belum pulang di Malam Tahun Baru Imlek besok.
“Hah~~”
Yin Nuxia menunjukkan ekspresi sedih.
