"Aku antar kalian pulang saja!" ujar Cheng Qiuye.
"Ha?" Cheng Yun tertegun.
“Usia masih muda telinga bermasalah…” Cheng Qiuye mengerutkan alis, kewibawaan kakak sulung seratus persen, mengulangi, “Aku bilang, aku yang antar. Di Tahun Baru Imlek begini naik mobil umum merepotkan buat kalian.”
“Apa yang merepotkan?” Cheng Yun mengernyit.
“Kelompok kalian banyak, lagipula kamu bawa hewan peliharaan. Kadang bus tidak mengizinkan hewan naik.”
“Brengsek!!”
“Kalau aku bicara baik-baik ke sopir, sebagian besar akan mengizinkan.” Cheng Yun mengelus ubun-ubun si loli, “Jaraknya jauh sekali, ngapain diantar!”
“Nggak jauh, aku masih bisa kembali untuk makan siang.”
“Kamu nggak naik gunung memberi salam tahun baru ke ‘orang tua’?”
“Lianxin akan mewakiliku, kan, Lianxin?” Cheng Qiuye menunduk memandang Cheng Lianxin di sebelah.
“Hm!” Cheng Lianxin mengangguk serius.
“…Lebih baik nggak usah.” Cheng Yun pasrah, “Uang bensin bolak-balikmu lebih mahal dari tiket kami, ribet lagi. Naik mobil umum lebih praktis.”
“Kalau sopir nggak mau hewanmu naik gimana?”
“Wu wu！！” Sang loli menatapnya dengan pandangan penuh amarah.
“Hmm, sembunyikan di tas lalu diam-diam bawa naik.” Cheng Yun mengarang alasan sembarangan dengan wajah pasrah.
“Ribet banget! Jangan banyak cingcong, ayo pergi!” Cheng Qiuye mengibaskan tangan dengan gerakan gagah, mengerutkan alis sambil berjalan keluar.
Cheng Yun hanya bisa mengikutinya dengan wajah pasrah.
Orang-orang lain pun berjalan mengikuti di belakang mereka.
Cheng Lianxin berjalan sambil berkata: “Paman Sepupu, setelah tahun baru aku mau main ke rumahmu dan Bibi Yan Yan, juga si loli, oh iya Tante Yin...”
Gadis kecil ini sudah lama terobsesi dengan Tante Yin.
Cheng Yun mengangguk, menarik suara panjang: “Baik~~”
“Ngomong-ngomong kenapa Paman tidak menikah saja dengan Tante Yin? Kalau Paman menikah dengan Tante Yin, aku bisa sering main ke rumah Tante Yin. Tante Yin juga tidak akan kabur.” Si kecil ini merencanakan dengan serius, bahkan menggunakan nada bicara sambil mengusulkan dan berdiskusi pada Cheng Yun.
“……”
Sampai di samping mobil Cheng Qiuye, Feng Yujia kembali berkata pada Cheng Yun: "San Ge, beberapa hari lagi aku akan main ke Jinguan mencari kamu."
"Boleh, nanti kumasakin makanan enak." Cheng Yun menyambut dengan gembira.
"Kak Yujia, kelas tiga SMA kan harus mulai sekolah lebih awal ya?" Cheng Yan memegang gagang pintu mobil, tiba-tiba bertanya.
"Hm." Si Kelinci Putih Feng yang tak sadar telah melanggar 'iblis raja' itu mengangguk polos, "Baru masuk tanggal 10 Imlek, masih ada beberapa hari bisa bermain."
"Oh begitu." Cheng Yan mengangguk dengan tenang.
Masih ada beberapa hari bisa bermain? Kayaknya kamu terlalu berharap.
Bukan cuma beberapa hari ini, akhir pekanmu yang cuma libur satu hari, waktu istirahat siang, bahkan obrolan santai dengan teman sekamar setelah lampu padam, semuanya akan dipenuhi lembaran ujian!
Dalam hati Cheng Yun membayangkan semua itu, tapi raut wajahnya tetap datar.
Kemudian, Feng Yujia melanjutkan perjanjian waktu dengan Cheng Yun.
Paman Cheng Yun terus menasihati Cheng Yun untuk segeralah mencari pacar dan membawanya pulang, yang tentu saja dianggap angin lalu oleh Cheng Yun.
Tiba-tiba, suara klakson memenuhi udara.
Cheng Qiuye menopang tangannya di jendela kursi pengemudi, menjulurkan kepala sambil menguap ke arah Cheng Yun: "Sudah selesaikan acara perpisahan sentimentalmu? Bukankah sudah waktunya kita berangkat?"
Cheng Yun tersenyum, melambaikan tangan pada yang lain, baru kemudian membuka pintu mobil dan duduk di dalam.
Cheng Qiuye segera menghidupkan mesin dan mulai menyetir. Matanya melirik dua manusia dan satu makhluk di kursi belakang, lalu melihat kursi penumpang depan yang kosong. Dengan napas berat dia berkata: "Sejak mobil ini kubeli, belum pernah ada lawan jenis yang duduk di kursi depan. Awalnya kukira kamu bisa memberkati kursi ini..."
Cheng Yun hanya bisa menghela napas tanpa kata.
Tak lama kemudian, Cheng Yan mulai mengusap mata yang sudah mulai mengantuk.
Loli itu juga mengulurkan cakar kecilnya mengusap mata, lalu meregangkan badan di atas paha Cheng Yun sambil menguap.
"Kalian semua kurang tidur ya?" tanya Cheng Yun.
"Hm." Cheng Yan mengangguk dingin. Dia tidak terbiasa tidur bersama orang lain, jadi setiap kali Teman Sekelas Tang Yao Yao membandel di ranjangnya, dia selalu ingin memukulinya. Di kampung halaman karena keterbatasan kamar, dia selalu tidur bersama Cheng Qiuye dan Feng Yujia.
Loli itu menatap tajam Cheng Yun dengan wajah masam - Bukankah ini ulah manusia sepertimu yang membangunkanku subuh-subuh? Tidakkah kau tahu Wang masih dalam masa pertumbuhan dan butuh tidur yang cukup?
Cheng Yun menunduk memandangi loli itu dengan pasrah, lalu berkata: "Tidurlah di mobil, kubanting jadi bantal untukmu."
"Bagus."
Suara dingin nan merdu bergema.
Cheng Yun langsung tertegun.
Astaga! Loli bisa bicara!?
Tidak benar! Itu suara Cheng Yan!
Cheng Yun memalingkan wajah.
Sang loli juga menoleh tertegun ke arah Cheng Yan, beberapa saat kemudian menarik kembali pandangannya ke Cheng Yun, mulai meragui diri sendiri lagi.
Bagaimana mungkin... kata-kata manusia ini tadi sepertinya ditujukan padanya? Jangan-jangan ia salah paham?
Cheng Yun segera menunjukkan senyum mengembang, menepuk bahunya: "Jangan protes kalau bahuku keras ya."
Cheng Yan menguap panjang lagi, tidak menanggapi.
Sang loli menekan-nekan daging di paha Cheng Yun dengan cakar kecilnya, merasakan dengan serius. Meski area ini juga agak keras, tapi pasti lebih empuk daripada bahu.
Ia mengangkat kepala melirik bahu Cheng Yun.
Tak lama kemudian, Cheng Yan pun bersandar di bahu Cheng Yun dan tertidur lelap. Rambut panjangnya menjuntai alami, bergoyang-goyang ke kiri-kanan mengikuti guncangan mobil, sementara pipinya terus bergesekan di bahu Cheng Yun. Berkali-kali hampir terlepas dari bahunya, dia dengan gesit menyesuaikan postur, dengan gigih mencari posisi yang tepat berulang kali.
Setelah perjalanan satu jam lebih, mereka pun tiba di Jinguan.
Cheng Yun membangunkan Cheng Yan, lalu membangunkan si loli kecil. Satu manusia satu makhluk mengangkat kepala dengan mata masih mengantuk, serempak menatap ke luar jendela.
Mereka sudah sampai di pintu hotel.
Cheng Yun berkata pada Cheng Qiuye: "Mau masuk santai sebentar?"
Cheng Qiuye ragu sejenak, lalu menggelengkan kepala: "Sudahlah, aku masih buru-buru pulang untuk makan siang."
"Di sini juga ada makan siang."
"Simpan saja untuk Kakak, nanti beberapa hari lagi aku datang makan."
"Baiklah."
Cheng Yun turun dari mobil, mengeluarkan barang bawaan dari bagasi, lalu berdiri di pinggir jalan bersama Cheng Yan dan si loli, memandangi Cheng Qiuye berbalik arah meninggalkan tempat itu.
Begitu mereka berbalik, Yin Nuxia yang mendengar suara bergegas membuka pintu kaca sambil berteriak, "Sudah kembali?"
"Sengaja bertanya meski sudah tahu..."
"Akhirnya tak perlu lagi makan masakan Nona Yu dan si... itu tadi." Yin Nuxia menarik napas dalam-dalam. Sebenarnya dia bukan tipe yang tak tahan kuxiushi, cuma selera makannya sudah dijinakkan Cheng Yun selama lebih dari setahun ini. Keterampilan memasak Yu Dian dan Sang Mage memang sungguh sulit diungkapkan dengan kata-kata.
"Hei? Aku di sini!" Suara Sang Mage tiba-tiba muncul dari belakangnya dengan wajah berkerut masam.
Cheng Yan melirik keduanya lalu bertanya, "Kak Yu Dian mana?"
"Masih tidur."
"Ada apa? Apa dia sakit lagi?" Kekhawatiran langsung menyergap Cheng Yan.
“Kening……” Sang Mage menampakkan ekspresi agak memalukan, berkata dengan sedikit rasa bersalah, “Tidak ada masalah, dia hanya lebih sering tidur akhir-akhir ini, karena... karena rencana setahun terletak di musim semi, jadi dia perlu banyak tidur untuk memulihkan kondisi mental. Lewat beberapa hari ini pasti membaik.”
“……Bagaimana kalau aku bilang dia sedang hibernasi?”
“Ahem.”
Sang Mage berpikir keras, mana mungkin aku berkata "Aku yang membuatnya kesadaran memudar"? Kalau kalian dengar pasti sekali pun membunuhku!
