"Aku hanya ingin bertanya... apakah kau punya minit menjadi penghubung pertukaran budaya antara dua dunia."
"Hah?? Apa?!"
"Jangan meniru Yin Nuxia terus, sehari-hari cuma bisa bilang 'apa apa apa'!"
"Bukan! Mempromosikan pertukaran budaya antar dua dunia? Gagasan seagung ini!?" Mata Sang Mage membelalak memandang Cheng Yun, "Kukira kau ingin membicarakan sesuatu... Tak disangka... Visinya setinggi ini!"
"......" Wajah Cheng Yun menjadi gelap, "Jadi apakah kau berminat menjadi jembatan komunikasi antara duniamu dan dunia kita?"
"Bagaimana... bagaimana caranya? Tidak, maksudku metode komunikasinya seperti apa?" Sang Mage sudah terlihat sangat bersemangat, ia tiba-tiba merasa dirinya menjadi sosok yang agung. Ia bukan lagi calon magister atau resepsionis hotel, bahkan dalam hatinya muncul perasaan "Aku akan mengukir nama dalam sejarah!"
"Ini... pertukaran budaya kan... mari mulai dari seni." Sang Kepala Stasiun terus mengarang sambil berbicara.
"Seni? Maksudmu seni kuno atau modern? Mantra larangan menyapu medan perang atau armada kapal perang yang menembak serentak?" Sang Mage tertegun sejenak dengan ekspresi "Ini masalah rumit".
"Bukan itu yang kumaksud."
"Ha? Lalu yang mana?" Sang Mage mulai bingung.
"Di matamu hanya kekerasan dan pembunuhan yang disebut seni?" Cheng Yun mengelus selangkangannya kesal.
"Ini adalah puncak seni dalam pandanganku!"
"...Maksudku yang levelnya lebih rendah."
“Lebih rendah? Serangan Dragon Rider ke Korps Mage? Pesawat luar angkasa memburu kapal komando? Ini juga sulit diwujudkan, Srikandi bilang umat dunia kalian tak bisa berkultivasi. Meski hidup sepuluh ribu tahun sendirian, tetap tak mungkin kuciptakan ini semua!”
Cheng Yun sudah di ambang kepasrahan: "Di matamu, musik, tari, kaligrafi... ini semua tak pantas disebut seni?"
"Oh... yang itu." Sang Mage terpaku mengangguk.
"...Bukannya kau sangat menyukai musik?"
"Ya... memang. Tapi aku lebih suka yang kusebut tadi." Sang Mage mengerutkan alis, "Jadi maksudmu, Kepala Stasiun..."
"Mulailah dari yang paling sederhana. Kebetulan kau punya dasar di bidang musik..." Cheng Yun melanjutkan, "Apa kau tertarik menyebarkan musik dunia kalian lebih luas, bahkan hingga ke dunia lain? Membuat komposer asli duniamu punya pendengar lintas dimensi."
"Bisa saja!" Sang Mage langsung mengangguk.
"Hm?" Cheng Yun malah tertegun, "Setuju begitu cepat ya..."
"Sang Kepala Stasiun sudah bilang begitu, tentu aku tidak keberatan." Sang Mage berkata dengan wajah serius, "Lagipula jarak antar dunia begitu jauh, para pencipta lagu itu juga tidak bisa memberikan pendapat. Bahkan jika suatu hari mereka datang ke dunia ini dan menemukan hal ini, ingin membantah... mereka harus bisa datang ke dunia ini dulu. Kalau tidak salah ingat, ini masuk wewenang Sang Kepala Stasiun kan?"
"Benar." Cheng Yun memandangnya dengan takjub.
"Jadi tidak masalah. Berikan aku perangkat penyimpanan, akan kupelajari dan salin semua lagu di komputerku." Mata Sang Mage berkilauan, "Ini bisa menghasilkan uang, kan?"
"Bisa..." Cheng Yun mengangguk seperti robot.
"Eh tunggu!" Tiba-tiba Sang Mage teringat sesuatu, tertegun sejenak, "Kamu sebelumnya bilang... ada yang memintamu bertanya padaku, bukan tentang ini kan?"
"Justru tentang ini." Cheng Yun mengangguk, "Dia ingin menyanyikan lagu dari duniamu. Tentu, dia akan membayar."
"Hmm..." Sang Mage mengedip-ngedipkan matanya.
"Ada apa?"
“Tidak ada apa-apa……Lagu yang kusanyikan sebelumnya itu ya?”
“Seharusnya begitu.”
“Apakah ini permintaan Kakak Sepupu?”
“Err……Benar, tidak bolehkah?” Cheng Yun bertanya dengan tegang.
“Ten…Tentu saja boleh.” Sang Mage seakan merenungkan sesuatu, dengan cepat ia menatap serius Cheng Yun, “Tapi kalau begitu, Sang Kepala Stasiun, omonganmu tadi tentang 'pertukaran budaya antar dua dunia' dan 'jembatan komunikasi' itu cuma bujuk rayu belaka ya?”
“Sama sekali tidak!” Sang Kepala Stasiun menyangkal dengan wajah serius.
“Baiklah kalau begitu.” Sang Mage mengangguk.
Cheng Yun menarik sudut bibirnya, merasa lega, lalu berkata: “Kukira ini akan jadi masalah besar, soalnya harus mempertimbangkan pendapat para pencipta asli lagunya.”
Sang Mage mendengar itu tersenyum, melambaikan tangan: "Tidak apa-apa, lagu yang kusukai semuanya lagu lama. Para pencipta aslinya sudah mati 70-80%. Bahkan jika mengikuti hukum internasional, masa perlindungan hak cipta lagu-lagu ini hampir habis. Di dunia kami, siapa saja boleh merekam ulang untuk tujuan komersial asal menyebutkan siapa pencipta aslinya."
Ia membeku sejenak, menatap Cheng Yun dengan tatapan bermakna: "Tentu saja ini dunia lain. Tidak harus menyebut pencipta. Tapi aku tetap ingin menyebut mereka... atau mungkin menyebut dunia kami."
Cheng Yun mengangguk: "Ternyata begitu ya."
Sang Mage dengan semangat mengepalkan tinjunya, berkata: "Untung kepala stasiun mengingatkanku, kenapa sebelumnya tidak terpikir! Sebagai seorang penjelajah... ah bukan, sebagai perwakilan dari dunia kami yang datang ke dunia ini, sudah sepantasnya saudara-saudara dari dunia kami menjadi balabantuanku! Para senior yang menggunakan ilmu mereka untuk membantuku, ini hal yang sudah semestinya!"
Cheng Yun: "……"
Andai tahu dia mudah dibujuk, tak perlu banyak omong.
Saat Sang Mage berteriak "Ini akan menjadi langkah pertama invasi budaya dunia kami ke duniamu" dan "Biarkan aku menjadi penyebar Jalan para senior" dengan ucapan kekanak-kanakan, masalah ini pun akhirnya diputuskan.
Cheng Yun mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan ke Cheng Qiuye: "Selesai."
Cheng Qiuye langsung membalas dengan tiga tanda tanya.
“？？？”
"Dia sudah setuju menulis lagu untukmu, tapi harga tidak boleh dikurangi, dan ada syarat tertentu," kata Cheng Yun.
"Syarat apa?"
"Mengenai keterangan pencipta lirik dan musik, mungkin juga akan melibatkan nama album, penyanyi asli, dan sejenisnya." Cheng Yun berpikir.
"Tidak masalah! Semua ini bisa dibicarakan." Cheng Qiuye langsung menyetujui.
"Kalau begitu beberapa hari lagi kamu datang ke sini untuk berunding dengannya."
"Bagus! Kebetulan dua hari lagi aku akan naik, nanti akan kuberitahu sebelumnya, siapkan makanan kakak." Cheng Qiuye menambahkan banyak emoji untuk mengekspresikan kegembiraan hatinya.
"Oke."
Cheng Yun meletakkan ponselnya.
Dia hampir harus mempersiapkan makan malam.
Masih harus memasak "bubur nutrisi" gadis kecil Yu Dian.
18 Februari 2018, hari ketiga bulan pertama Imlek.
Tang Qingying sudah membeli tiket pesawat kembali ke Jinguan.
Cheng Yun memanggil Yin Nuxia untuk menjemputnya di stasiun MRT.
Tang Qingying mengenakan baju baru, topi baseball merah, dan kacamata hitam. Ditambah dengan kecantikan alami, postur tubuh yang proporsional, kulit putih salju, penampilannya bak selebritas besar. Dia berdiam diri di pintu stasiun MRT bagai memiliki aura "jangan mendekati orang asing". Namun saat melihat Cheng Yun dari kejauhan, dia melompat sambil melambaikan tangan, menghancurkan citra angkuhnya seketika.
Saat pulang kemarin hanya membawa satu koper berisi kosmetik, komputer, mouse, dan keyboard. Kini kembali ke Jinguan dengan dua koper, salah satunya ditempeli tas ransel.
Cheng Yun segera tersenyum dan mendekat, "Kau pindah rumah ya?"
“Iya! Menempati rumah kakak ipar! Waktu datang semester lalu tidak bawa apa-apa, sampai kadang harus mengenakan baju Cheng Yan. Kali ini aku sudah pinter, bawa semua baju untuk musim semi dan musim panas dari awal!” Tang Qingying mengangkat kepala sambil tersenyum manis, terlihat agak bangga, “Ngomong-ngomong aku juga bawa oleh-oleh khas, plus hadiah kecil lho!”
“Benarkah? Hadiah apa?” Cheng Yun penasaran.
“Benarkah? Hadiah apa?” Yin Nuxia menjadi burung beo, menatap tajam ke arah Tang Qingying dengan penuh harap.
“Kucing itu tidak ikut kan?” Tang Qingying menyembulkan kepala waspada sambil melihat ke sekeliling.
“Tidak, dia masih berkeliling di atap gedung. Ada apa?”
“Tidak ada.” Tang Qingying buru-buru menggelengkan kepala, menarik kembali pandangannya. Kemudian dia menyelipkan tangan ke saku jaket, mengeluarkan liontin segitiga yang dijahit dengan kain merah, lalu menyodorkannya ke Cheng Yun.
“Nih, hadiahnya!”
“Apa ini?” Cheng Yun menerima liontin itu, merasakan seolah ada kertas dilipat segitiga di dalamnya.
Sepertinya ia teringat sesuatu.
Tiba-tiba Tang Qingying berkata: "Ini jimat pelindung yang khusus kudatangkan dari Gunung Dongyue untukmu. Katanya benar-benar manjur! Kalau tidak mau memakainya, taruh saja di bawah bantal. Bisa melindungimu di saat kritis, sekaligus mengusir roh jahat dan menghindari iblis!"
Adik ipar ini benar-benar sangat khawatir akan keselamatan kakak iparnya.
Sayangnya sang kakak ipar malah tak paham, hanya mengernyit: "Untuk apa ini?"
"Mengusir roh jahat, menghindari iblis, mencegah kecelakaan." Tang Qingying mengedipkan mata indahnya yang besar.
"Hmm... Baiklah." Cheng Yun berbaik hati menerima jimat itu, dalam hati bergumam: "Andai pun ada kekuatan supernatural di dunia ini, pasti juga akan bersujud di hadapan Raja Padang Salju sambil menyanyikan lagu penyerahan."
"Aku juga minta satu untuk Kak Yu Dian, untuk jaminan keselamatan." Lanjut Tang Qingying.
"Pasti mahal sekali?" Tanya Cheng Yun sambil menarik salah satu koper dan mulai berjalan.
"Tidak pakai uang, itu kan kuil Tao, cuma lokasinya terpencil, jalannya juga susah dilewati. Tapi selama kamu datang, para daozhang malah akan menyediakan makan dan tempat tinggal. Tentu saja, orang yang bisa jauh-jauh ke sana pasti nggak cuma numpang makan tidur doang, jadi aku tetap menyumbang sedikit uang minyak wijen." Tang Qingying berjalan berlari-lari kecil di antara mereka berdua sambil menggendong tas, "Dua jimat ini baru kemarin aku dapatkan, masih segar lho!"
"...Masih hangat pula!" Cheng Yun menghela napas pasrah.
"Iya dong, efektivitasnya pasti jitu!" Tang Qingying sedang mencoba memberi 'kemampuan' pada dua jimat itu dengan kekuatan keinginannya.
Lalu ia melirik Yin Nuxia sambil tersenyum, "Aku juga bawa hadiah buat Kak Yin Dan, cuma ada di dalam koper, susah dikeluarin, nanti sampai rumah baru kuberikan ya."
Mata Yin Nuxia langsung berbinar, "Hadiah apa tuh?"
"Perangkat mouse dan keyboard mekanis khusus buat main game, pasti seru banget!" kata Tang Qingying.
"Wah!"
“Aku penasaran hadiah apa yang kamu berikan untuk Cheng Yan.” Cheng Yun tiba-tiba berkata.
“Aku membelikannya satu set rok pendek untuk dipakai musim gugur dan dingin.” Tang Qingying mengedipkan mata dengan agak nakal, “Katanya sejak masuk SMP, Yan-yan hampir tidak pernah pakai rok lagi. Di lemarinya juga tidak ada rok. Nah, sebagai sahabat baik, tentu aku harus membantunya mewujudkan keinginan memakai rok.”
Dia berbicara dengan sangat polos.
Entah mengapa, Cheng Yun juga mulai merasa penasaran.
