“Iya, ngapain heran?” Cheng Yan malah memandang mereka dengan tatapan bertanya, “Daging babi hutan kan biasa aja, di beberapa supermarket juga ada yang jual.”
“Su…supermarket mana yang jual?”
“Ini sepertinya dikirim teman sekelas Cheng Yun, tidak ada bedanya dengan yang dijual di supermarket!” Cheng Yan yang sebelumnya juga belum pernah makan daging babi hutan, mengira rasa babi hutan ternak di supermarket memang seperti ini.
“Teman sekelasnya?”
“Hm, dia punya teman sekelas yang tinggal di daerah Yixi, sering naik gunung berburu, kadang mengirimkan daging buruan liar ke sini.” Kata Cheng Yan dengan datar, “Ini sudah kali kedua.”
“Oh……”
Cheng Qiuye berpura-pura merenung.
Feng Han dan lainnya menunjukkan ekspresi yang berbeda-beda.
Tiba-tiba, Cheng Yun mendengar suara dari lantai atas lalu turun.
Feng Han dan lainnya segera menyambut sambil membawa hadiah, tersenyum lebar: “Bos Cheng, Selamat Tahun Baru!”
“Bos Cheng, kami datang memberi ucapan selamat Tahun Baru.”
“Bro, soal pertemuan sebelumnya, terima kasih banyak.”
"Hmm……Datang saja sudah cukup, kok repot-repot bawa banyak barang." Cheng Yun mengucapkan kalimat klasik itu, lalu berjalan ke sofa dan menendang betis Cheng Qiuye yang duduk manis menghabiskan tiga tempat duduk, sambil berkata pada yang lain, "Duduk-duduklah, jangan sungkan."
"Ini cuma hadiah kecil, tidak seberapa." Feng Han tersenyum sambil meletakkan kotak yang dipegangnya di atas meja kopi.
"Kali ini kami sengaja datang untuk berterima kasih. Kebetulan juga tahun baru, datang tangan kosong pasti malu." Lin Yuanwu juga membawa sebuah kotak.
Barang-barang yang mereka bawa dibungkus dalam kantong, jadi tidak terlihat isinya.
Setelah meletakkan barang, mereka mulai bertukar basa-basi.
"Sudah lama ingin berterima kasih pada Bos Cheng, tapi karena kesibukan tahun baru baru sempat sekarang. Kemarin dengar Qiuye akan ke Jinguan, langsung minta alamatmu padanya. Maaf kalau mengganggu." Feng Han tersenyum ramah.
"Jangan dipikirkan." kata Cheng Yun.
Di samping, Peng Manxuan membuka matanya lebar-lebar penuh rasa ingin tahu: "Kami juga baru tahu setelah mencari nama hotelmu di internet, ternyata hotelmu sangat viral di dunia maya!"
Lin Yuanwu juga mengangguk: "Benar, terlihat Bos Cheng sangat ahli dalam hal bisnis."
Cheng Yun menarik sudut bibirnya: "Ah mana mungkin, ini semua berkat loli kecil dan Cheng Yan."
Dari penuturan Cheng Qiuye, dia mengetahui bahwa Feng Han adalah generasi ketiga merah sejati. Di era sekarang pengaruh "keluarga" memang sudah jauh memudar dibanding dulu, tapi keluarga mereka masih memiliki pengaruh cukup besar di dunia politik barat daya. Keluarga Lin Yuanwu bergerak di bidang bisnis dengan aset mencapai miliaran, mungkin tidak sebesar para maestro yang terkenal seantero negeri, tapi tetap masuk kategori Jufu.
Pengetahuan Cheng Qiuye tentang Zhu Jiayan lebih terbatas, mungkin karena mereka belum lama kenal dan jarang bertanya hal-hal pribadi saat bertemu.
Penerus orang kaya baru ini memujinya ahli berbisnis, benar-benar menciptakan Momen Memalukan baginya.
Tiba-tiba Feng Han bertanya lagi: "Ngomong-ngomong, bagaimana dengan kedua orang itu?"
Di sebelah, Lin Yuanwu mendengar itu, wajahnya tidak menunjukkan perubahan ekspresi, namun dengan diam-diam meluruskan postur punggungnya sedikit.
"Mungkin sedang menyiram bunga di atap gedung, atau bermain di dalam kamar!" kata Cheng Yun dengan nada ragu-ragu. Ia tahu Feng Han menanyakan tentang Sang Mage dan Yin Nuxia.
"Kapan aku harus menemui Cai Zhifei untuk membicarakan hal itu?" Kali ini Cheng Qiuye yang bertanya, sepertinya sudah lama menahan keinginan ini.
"Terserah kamu, aku tidak menghalangimu!"
"Hmm... Tidak maukan menghubungkan kakakmu ini langsung dengannya..." Cheng Qiuye terlihat agak malu-malu.
"Untuk apa dihubungkan..."
"Cheng Yun, kamu tidak sayang lagi sama kakak..."
"……" Cheng Yun langsung membalikkan matanya ke arahnya.
"Aku akan pergi sendiri!" Cheng Qiuye berdiri dengan wajah menggembung seperti genderang, bersiap menuju lantai atas.
Peng Manxuan yang menyimak tiba-tiba tertarik, buru-buru bertanya, "Kabarnya ada taman kecil yang cantik di atap penginapan kalian, bolehkah kami naik untuk melihat?"
"Bisa, memang sudah terbuka untuk umum." Cheng Yun berkata.
"Kalau begitu terima kasih Bos Cheng~" Peng Manxuan mengedipkan mata ke arah Cheng Yun, lalu menarik tangan Feng Han berdiri, "Ayo kita lihat seperti apa taman atap yang ramai dibicarakan di internet!"
"Baiklah." Feng Han berdiri sambil bersikap sopan, "Maaf merepotkan."
Lin Yuanwu juga ikut berdiri menyusul di belakang.
Zhu Jiayan melirik punggung tinggi gagah Kakak Yuanwu, ekspresinya terlihat agak kompleks.
Cheng Yun merenung sejenak, lalu berdiri sambil memandang Cheng Qiuye dengan pasrah: "Lebih baik aku yang menemanimu naik."
Cheng Qiuye langsung tersenyum riang.
Feng Han sambil menaiki tangga mengamati dekorasi interior hotel dan bunga-bunga aneh di sudut tembok, berkata: "Seperti ada perasaan jiwa yang tenang begitu masuk ke sini, kalian merasakan juga?"
Peng Manxuan tertegun: "Aku tidak menyadarinya!"
Lin Yuanwu yang mendengar itu mengerutkan kening, tapi tetap diam.
Dalam beberapa hari ini, ia memang terus-menerus jiwa tak tenang, bahkan saat turun dari mobil di pintu hotel masih ada sisa kegelisahan. Tapi begitu masuk ke dalam hotel, semua pikiran kacau itu lenyap seketika. Hanya saja ia tidak menghubungkan ini dengan hotel tersebut, hanya merasa ada alasan lain.
Melihat mereka tidak bereaksi, Feng Han tak bisa tidak menggelengkan kepala.
Latar belakangnya memberinya garis start yang lebih tinggi, sekaligus beban lebih berat. Hampir selalu ia memperlihatkan ekspresi "penuh beban pikiran". Hanya saat dalam perjalanan wisata, berdiam di klub panahan, atau berburu di gunung, kondisinya sedikit membaik. Tapi di tempat ini, tiba-tiba semua keresahan itu seolah diusap halus oleh suatu kekuatan.
Ini adalah perasaan yang belum pernah ia alami sebelumnya - membuat otak tetap tenang, hati tak lagi resah. Sensasinya bagai baru memakan permen mint, kesejukan dan kenyamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya, langsung menarik perhatiannya.
Berapa tahun sudah tak merasakan relaksasi seperti ini?
Feng Han tak bisa menemukan jawabannya.
Langkah demi langkah melangkah ke depan, ia merasa mungkin ini masalah dekorasi hotel. Jika memang begitu, sepertinya harus desainer tingkat tertinggi dunia yang mendesainnya.
Paling tidak...
Ia juga tidak menguasai bidang bangunan, desain, dan isyarat psikologis dan lain-lain, hanya bisa menebak ke arah yang paling keterlaluan.
Atau... daya penularan orang-orang ini?
Yang ini agak Xuan.
"Bos Cheng, belum buru-buru buka usaha lagi?" tiba-tiba Feng Han bertanya.
"Belum, main beberapa hari dulu, tidak perlu buru-buru." Bos Cheng memiliki laci penuh keyakinan, bertindak semaunya.
"Santai, baru bisa disebut hidup!" Feng Han berdecak kagum, lalu menggelengkan kepala dengan sinis.
"Mungkin saja." Cheng Yun tersenyum kecil.
Ia tidak seperti Feng Han yang kontak dengan lapisan atas dan hak negara ini, tidak seperti Lin Yuanwu yang memiliki kekayaan ratusan juta, tapi sama sekali tidak merasa hidupnya lebih menyebalkan atau lebih buruk dari mereka. Sekarang begitu, dulu juga begitu.
Dengan cepat, semua orang sampai di atap gedung.
Baru sampai di pintu tangga, Cheng Qiuye dan Peng Manxuan langsung mengeluarkan teriakan kaget: "Waah!"
Taman kecil di atap gedung dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran warna-warni memukau. Berbagai macam bunga menjadi warna dominan di bawah sinar keemasan sore. Kupu-kupu menari-nari mengitari pot bunga, terkadang melayang di udara, sesekali hinggap.
Seekor kucing cantik luar biasa berbaring di tepi pot bunga, sesekali mengulurkan cakar kecilnya mencengkeram udara, seolah ingin menggunakan "metode komentar pedas sesuai takdir" ini untuk menangkap kupu-kupu yang melintas.
Tumbuhan rambat hijau merambat di sepanjang pagar pengaman, permukaan tanah, dan pot bunga, tumbuh dengan merdeka. Di antara dedaunan tumbuhan rambat tersebar banyak bunga-bunga lembut yang beraneka ragam - ada yang berbentuk terompet, ada yang mirip keluarga mawar, ada yang berwarna merah muda, ada yang ungu muda... Ini adalah pemandangan yang hanya bisa ditemukan di jalan desa sepi di awal musim panas atau pada dinding-dinding lapuk bangunan bersejarah.
Ini kan masih bulan pertama!
Di luar itu, di pot-pot bunga lainnya tumbuh berbagai macam tumbuhan hias, ada yang unik, ada yang cantik memesona.
Mata semua orang seakan disucikan seketika, di kepala mereka tiba-tiba penuh warna-warni, perasaan hati pun menjadi cerah menyaksikan tanaman-tanaman yang tumbuh subur ini.
Di tengah-tengah pot bunga juga terpajang meja-meja kopi kaca dan kursi rotan yang rapi bersih, membentuk kontras berbeda dengan tanaman alami di sekitarnya.
Feng Han membelalakkan matanya, beberapa saat kemudian baru berkata: "Tempat Bos Cheng di sini... benar-benar mirip surga tersembunyi ya!"
Peng Manxuan matanya juga berbinar-binar: "Tak salah reputasinya!"
Cheng Qiuye bertanya: "Orangnya mana?"
"Di sana." Cheng Yun menunjuk ke balik Pohon Empat Musim di tengah.
Pohon Empat Musim kini tumbuh subur luar biasa. Di musim dingin, batangnya hitam pekat bagai tinta sementara daunnya putih bersih melebihi salju. Beberapa buah jarang tergantung di rantingnya, bak bunga plum di tengah salju. Siluet tubuh tinggi samar-samar terlihat di balik pohon.
Cheng Qiuye melangkah maju dengan hati-hati, khawatir menginjak sulur-sulur di tanah.
Tampak Sang Mage sedang memegang botol semprot, menyirami tanaman berbunga merah sambil bersenandung riang. Setelah membasahi dedaunan, ia dengan teliti mengelapnya perlahan menggunakan kain lap.
"Cahaya keemasan tengah hari menyinari profil samping sempurna di balik rambut pendeknya, bunga-bunga cantik di sekeliling bagai pelengkap yang membuatnya 'terlihat mempesona' seketika."
Lin Yuanwu tertegun sebentar.
Peng Manxuan dan Cheng Qiuye juga terdiam, mereka menyadari kepercayaan diri akan kecantikan mereka sebelumnya seakan menguap di hadapan Sang Mage.
"Hm?"
Sang Mage menoleh, menatap ke arah mereka.
Saat melihat siluet Lin Yuanwu, alisnya berkerut halus.
Cheng Qiuye ragu sejenak, melirik Cheng Yun di belakang sebelum akhirnya berjalan mendekat. Namun semakin dekat, semakin bingung mencari pembuka percakapan, akhirnya bertanya meski sudah tahu jawabannya: "Lagii... menyiram bunga ya?"
Sang Mage terkejut, seolah menangkap maksud tersembunyi gadis itu. Meletakkan penyiram, ia menjawab gugup: "Iya."
"Mari... mari kita duduk bicara."
"Setuju!"
Keduanya duduk di sekitar meja kopi kayu.
Cheng Yun ragu sejenak, akhirnya memilih tidak ikut ramai, malah berjalan ke tepi pot bunga lalu bersandar di sana, bertatapan dengan si loli yang malas-malasan berjemur.
Feng Han dan yang lain juga duduk manis, dengan bijak menjaga segmen jarak dari Cheng Qiuye dan kawanannya.
"Ini lokasi yang bagus, Ha!" Feng Han berdecak kagum.
"Benar! Aku bisa duduk di sini sepanjang sore!" Lin Yuanwu bersandar di kursi rotan, mata diam-diam melirik punggung Sang Mage di kejauhan, "Cahaya keemasan, bunga-bunga bermekaran, berbaring sambil tersipu malu..."
Zhu Jiayan mengintip diam-diam dari sudut matanya.
