Percakapan antara Sang Mage dengan Cheng Qiuye berlangsung hingga pukul empat sore, sementara Feng Han dan yang lain tetap duduk berjemur di gedung seberang sambil menyeruput teh. Seolah waktu berlalu tanpa terasa di taman indah bagai dunia dongeng ini.
"Semoga kerja samanya lancar!" Sang Mage tersenyum sambil mengulurkan tangan.
"Hm hm! Semoga kerja samanya lancar!" Cheng Qiuye buru-buru menggenggam tangan Sang Mage. Meski tak sehalus tangan perempuan, namun jemarinya terlihat panjang dan indah.
"Malam ini aku akan lembur, besok kita lanjutkan pembahasan detail!" ujar Sang Mage.
"Baik baik!"
"Setelah semua kesepakatan tercapai, baru kita tandatangani kontraknya."
"Baik baik!" Kalimat ini menjadi mantra andalan Cheng Qiuye sepanjang sore.
Pertemuan sepanjang sore itu seolah mengubahnya menjadi penggemar berat Sang Mage. Kini di matanya, Sang Mage memancarkan cahaya menyilaukan yang membuatnya sulit membuka mata lebar-lebar, lengkap dengan musik latar yang selalu mengiringi.
Bahkan di hatinya muncul perasaan "kualitas vokalku terlalu buruk, tidak pantas untuk lagu sebaik ini".
Sepupu kedua yang merasa agak malu memutuskan setelah pulang akan berlatih giat, tidak boleh mengkhianati lagu-lagu bagus ini!
Sayangnya tabungannya kurang mencukupi, bahkan dengan menjual semua harta hanya bisa membeli beberapa lagu. Dana yang perusahaan alokasikan untuknya bahkan tidak cukup untuk membeli satu lagu Sang Mage, dia harus mengeluarkan uang sendiri. Kalau tidak, dia benar-benar ingin mengosongkan stok Sang Mage.
Keduanya berdiri dan berjalan menuruni tangga, Cheng Qiuye dalam suasana hati yang sangat baik, terus bersenandung mengikuti melodi yang baru didengarnya.
Ini adalah lagu yang membuatnya terpikat begitu dalam, memikirkan bahwa mulai sekarang dialah penyanyi asli lagu ini, dia merasa seperti sedang bermimpi.
Saat melewati Feng Han dan yang lain, Feng Han menatapnya dan berkata: "Wah, sepertinya hasilnya sangat memuaskan!"
Cheng Qiuye dengan wajah penuh kepuasan diri menjawab: "Tentu saja!"
Setelah berkata demikian, dia melanjutkan langkahnya menuruni tangga dengan riang gembira.
Sang Mage mengikuti di belakangnya, di wajahnya juga terpancar ekspresi "apakah aku sedang bermimpi".
Hampir tidak ada usaha yang dilakukannya, hanya menerjemahkan lirik lagu dengan susah payah, tapi sebentar lagi akan mendapat uang banyak!
Benar-benar... terlalu mirip mimpi!
Sang Mage sudah memutuskan, uang ini pasti tidak boleh disimpan di tubuhnya sendiri. Jika tidak, entah kapan bisa lenyap. Dia harus mencari seseorang untuk menjagakan uang ini, pilihan satu-satunya tentu Sang Kepala Stasiun! Dalam keseharian, dia bersikeras tidak membawa sepeser pun. Kapan pun ingin makan kue, dia akan minta uang ke Sang Kepala Stasiun, minta ratusan yuan untuk membeli banyak kue, membagikan satu untuk setiap orang di hotel, sekaligus memenuhi kulkas!
Sambil berpikir demikian, senyum mengembang mulai merekah di wajahnya.
Bahkan rasa kue seperti apa yang enak sudah dia pikirkan!
Feng Han melirik semua orang, melihat pandangan Lin Yuanwu mengikuti pergerakan siluet Cheng Qiuye dan Sang Mage, berkata: "Kita sepertinya sudah harus kembali, kalau tidak segera pergi, Bos Cheng akan menahan kita untuk makan malam."
Lin Yuanwu menunjukkan keengganan dan penyesalan, namun tetap tegas mengangguk lalu berdiri: "Baik."
Semua orang mulai berdiri dan berjalan menuju lantai bawah.
Saat itu Yin Nuxia sedang asyik bermain game di resepsionis. Karena tak ada orang di sana dan hotel belum beroperasi kembali, ia mengatur volume pengeras suara sangat keras, efek suara permainan terdengar gila!
Begitu sampai di resepsionis, mereka langsung mendengar suara "Triple Kill!".
Hanya Yin Nuxia dan Tang Qingying yang ada di resepsionis. Tang Qingyang sedang menonton siaran langsung di sampingnya, sementara Yin Nuxia fokus total mengoperasikan permainan.
Dia masih melakukan duel dengan "supreme".
Dengan Supreme Riven yang stabil membawa ritme permainan, tingkat kemenangan Yin Nuxia meningkat drastis. Jarak menuju peringkat The Strongest King semakin dekat. Bersamaan dengan itu, bergabungnya "Pendekar Jalanan Terkuat" yang memukau ini juga membawa gelombang popularitas besar ke ruang siaran langsung Supreme Riven. Sejak kemarin hingga hari ini, banyak orang yang sengaja datang bukan untuk melihat Supreme Riven memamerkan Riven, melainkan untuk menyaksikan Yin Nuxia mengobrak-abrik pertempuran.
Hal saling menguntungkan seperti ini tentu disambut antusias oleh kedua belah pihak.
Satu-satunya masalah adalah Yin Nuxia yang terlalu mencolok, hampir sepenuhnya mencuri sorotan dari Supreme Riven selaku penyiar. Bahkan selama siaran langsung, Supreme Riven sering kali harus memotong kamera ke sisi Yin Nuxia kapan pun ada kesempatan, demi memuaskan penonton yang ingin menyaksikan operasi tingkat dewa sang pendekar perempuan.
Dia juga harus menjadi komentator untuk Yin Nuxia, membuatnya benar-benar kelelahan mental.
Namun seiring eksposur Yin Nuxia terus meningkat, berbagai manuver tingkat dewa yang berubah menjadi gif viral beredar luas. Popularitas live streaming supreme juga semakin melonjak. Terkadang ID "supreme" masih terlihat dalam cuplikan aksi spektakuler Yin Nuxia, membuatnya merasa semua usaha ini sepadan.
Perlu diketahui bahwa bahkan atlet profesional pun sulit menampilkan rangkaian gerakan "gif" dalam pertarungan normal. Streamer biasa mungkin hanya bisa menghasilkan 1-2 gif viral dalam beberapa bulan, tapi Yin Nuxia hampir di setiap match bisa menciptakan beberapa gif spektakuler bagai produksi massal. Ketika orang melihat ID dalam cuplikan teamfight, mereka akan berkomentar "Loh ini bukan streamer supreme ya?" atau "Bukannya ini dari live streaming si anu?"...
Baru saja mereka menghadapi tim profesional yang terorganisir. Yin Nuxia tetap mendominasi di early game, tapi jalur lain terhajar habis-habisan hingga akhirnya kalah. Penonton langsung menyindir bahwa streamer dan krunya terlalu payah, bahkan Yin Nuxia pun tak sanggup mengangkat mereka.
Namun di bawah dukungan Yin Nuxia, Supreme Riven pernah berhasil menekan seorang mid laner yang bahkan di antara atlet profesional pun termasuk yang terbaik. Meskipun di tahap akhir tidak stabil, pembunuhan tunggal itu saja sudah membuatnya merasa usaha ini sepadan. Nanti harus minta orang bikin GIF untuk diunggah, biarkan semua tahu mantan "Riven Nomor 1 di Server Nasional" yang biasa main top lane ini bahkan saat bermain mid lane pun bisa setara dengan atlet profesional level tinggi.
Ronde kali ini jauh lebih baik, sepertinya akan menang.
Cheng Qiuye mendekat dan melirik layar: "Lagi main LoL?"
Tang Qingying mengangkat kepala dengan senyum manis, tetap menjaga sopan santun terhadap kakak iparnya: "Iya."
"Jarang melihat gadis yang suka main game ini." Cheng Qiuye merasa agak heran. Meski tak bisa main League of Legends, dia tetap punya pengetahuan dasar tentang game itu.
"Sebenarnya lumayan banyak kok." Tang Qingying tersenyum.
"Kamu juga bisa main?"
“Hm, dia bahkan diajari olehku!” Tang Qingying mengangkat kepala sambil berbicara pada Cheng Qiuye, kedua matanya yang besar menyipit karena tersenyum bagai dua jembatan melengkung.
“Hebat sekali!” Cheng Qiuye berdecak kagum.
“Kalian bahkan suka main League of Legends?” tanya Zhu Jiayan heran di belakang Cheng Qiuye.
“Pertanyaanmu aneh sekali, kenapa kami tidak boleh suka main League of Legends?” Tang Qingying mengerutkan kening.
“Bukannya kalian...”
“Apa?” Tang Qingying tampak bingung.
“Ah bukan apa-apa, maksudku aku juga suka main League of Legends, kita bisa saling tambah teman dan main bersama.” Zhu Jiayan menunjukkan senyum "menjilat", lalu merendah, “Meski skillku biasa saja, tapi game seperti ini lebih seru kalau main ramai-ramai daripada main solo di mode sepadan.”
“Tier-mu berapa?” Yin Nuxia tiba-tiba angkat kepala di sela-sela operasionalnya, bertanya.
“Menerobos III.” Zhu Jiayan menyembunyikan kebanggaan di sorot matanya sedalam-dalamnya, sangat takut jika para "pemain" ini menyadarinya dan menganggapnya tidak hormat.
“Distrik mana?”
“Hitam Mawar.”
“Oh, memang tidak terlalu bagus.” Yin Nuxia meniru nada bicara Guru Tang Yao Yao yang membantunya chatting dengan Riven supreme selama dua hari ini, setelah berkata demikian ia kembali tertunduk, fokus bertarung dalam pertempuran tim.
“Eh… Kalau…”
“Tiermu terlalu rendah, lupakan saja, bermain bersama dengan terpaksa juga tidak seru.” Yin Nuxia melanjutkan.
“Eh…” Ekspresi Zhu Jiayan terlihat sangat tidak nyaman.
Tiba-tiba ia mendengar beberapa suara keluar dari komputer, diakhiri dengan gaung quadra kill yang memenuhi udara. Sambil bertanya, ia sambil menuju ke dalam resepsionis, berusaha tampil natural: “Apakah rekan tim kalian yang melakukan quadra kill?”
“Aku.” Jawab Yin Nuxia dengan tenang.
“Ranked?”
“Hm.”
“Mendapatkan quadra kill di ranked itu sangat sulit, benar-benar hebat!” Zhu Jiayan kembali memberikan pujian yang terselubung.
“Tidak-tidak.” Yin Nuxia merendah, “Semua karena tim lawan dan rekan setim terlalu noob.”
“Rank apa ini?” tanya Zhu Jiayan dengan santai.
“King-tier.”
“……” Ekspresi Zhu Jiayan tiba-tiba berubah dramatis, “Di...distrik mana?”
“Distrik 1.”
“……Dewa!” Zhu Jiayan ingin menangis tapi tak punya air mata.
Jadi apakah grup "pemain" ini dalam segala aspek bisa membunuh kita para "NPC" dalam sekejap? Apakah tujuan keberadaan kami "NPC" hanya untuk dijadikan bahan hiburan para pemain ini?
“Huu...dor!”
“victory！”
Setelah mendengar suara kemenangan di ronde ini, Zhu Jiayan kembali melirik ekspresi kepasrahan Yin Nuxia yang "merasa permainan ini belum memuaskan", membuatnya merasakan kesedihan mendalam sebagai "NPC".
Bagaimana akhirnya ia bisa keluar dari hotel, sudah tak bisa diingatnya lagi. Yang tersisa hanyalah kekosongan total di pikirannya.
"Latar belakang keluarga apa, kekayaan apa……"
Fatamorgana, oh fatamorgana!
Di depan para 'pemain', segala sesuatu hanyalah fatamorgana!
