Lentera di langit-langit memancarkan cahaya pucat pasi. Tirai jendela terbuka, di luar hanya kegelapan tanpa gemerlap lampu kota.
Dari kamar mandi terdengar suara gemericik air.
Cheng Yun duduk bersila di ranjang, mencoba menangkap aliran energi di udara.
Si loli kecil justru berbaring di hadapannya. Kedua cakar depannya terlipat di bawah tubuh, kepala menempel pada seprai sementara kelopak matanya terangkat mengawasi lelaki itu tak berkedip.
Ia bisa merasakan sejumlah kecil energi yang tertarik dan ditangkap oleh manusia ini saat melewatinya, lalu masuk ke dalam tubuhnya. Tapi energi di sekitarnya tidak berkurang, karena terus ada energi yang muncul entah dari mana, membuat jumlah energi di suatu lokasi tetap stabil. Apalagi pusat pergerakan energi paling deras di sekitar sini bukanlah di dekatnya.
Si loli kecil menguap malas-malasan, tetap mempertahankan postur petani sambil terus melamun.
Tanpa perlu bergerak atau melakukan sesuatu dengan sengaja, energi yang tak pernah habis terus mengalir deras ke tubuhnya, bahkan membuat kepadatan energi di sekitarnya meningkat drastis.
Mungkin perlu ada istilah seperti "tekanan air" atau "tekanan udara", misalnya "tekanan energi". Maka selama si loli kecil berada di suatu tempat, di manapun itu, "tekanan energi" dalam radius beberapa meter di sekelilingnya akan terus meningkat secara tiba-tiba.
Formasi Pengumpulan Spiritual Berbentuk Kucing!
Cheng Yun Memanfaatkan Segalanya Sampai ke Akar-akarnya!
Setelah beberapa saat, suara whoosh dari kamar mandi berhenti, disusul dengkur ancaman hair dryer.
Satu menit kemudian, Sang Mage keluar dari kamar mandi.
Rambutnya tidak sepenuhnya kering, hanya tak terlalu basah lagi, berurai secara acak dengan poni di dahinya yang bahkan menutupi matanya. Sejak terakhir kali memotong rambut sendiri, sudah lama ia tidak memangkasnya lagi. Potongan rambut yang awalnya lebih panjang daripada mayoritas pemuda kini semakin panjang, membuat penampilan netralnya perlahan mulai condong ke aura "mengesankan" yang feminin.
Setelah mandi, kulit Sang Mage tampak pucat bersih dengan aura segar. Jika mengabaikan postur maskulin di balik kaos oblongnya, ia terlihat seperti wanita cantik berambut pendek yang ganteng dan menawan.
"Hm?"
Ia melirik Cheng Yun, lalu melirik loli, lalu berjalan ke ranjangnya sendiri dan duduk.
Tak lama, Cheng Yun membuka mata.
Ia menoleh ke samping, tepat bertatapan dengan Sang Mage. "Kenapa kau menatapku?" tanyanya tertegun.
Sang Mage sambil menggeser-geser rambutnya agar cepat kering alami, menatapnya balik: "Kau sedang meditasi?"
"Berkultivasi."
"Sama saja, kami menyebutnya meditasi."
"Ada apa?"
"Ckck, agak aneh." Sang Mage menunjukkan ekspresi terkejut samar antara senyum dan skeptis. Jika orang yang tak tahu gendernya melihat ekspresi ini, pasti akan langsung terpana.
"Tak kusangka kau juga bermeditasi, Hmm... maksudku, tak kuduga kau butuh meditasi!"
“……”
Cheng Yun tidak menghiraukannya, mengambil perlengkapan mandinya lalu langsung masuk ke kamar mandi.
Kamar mandi masih menyelimuti kabut air yang samar, kehangatan juga belum turun, lebih hangat daripada di kamar. Yang menyatu dengan kabut air adalah aroma harum sabun mandi, wangi bunga samar yang bahkan Cheng Yun tak bisa mengenali jenis bunganya. Bagaimanapun ia tidak memakai sabun mandi, menurutnya benda itu membuat kulit terasa licin tidak wajar setelah dipakai.
Cermin pun tertutup lapisan kabut, di wastafel sudah terletak sebuah cangkir kumur berwarna hijau, di dalamnya dengan bebas tertancap sebuah sikat gigi dan pasta gigi.
Cheng Yun mengeluarkan cangkir kumurnya dari tas penyimpanan, lalu menempatkannya di sebelah cangkir hijau itu.
Berdampingan rapat.
Secara tak terduga, ia merasa ada yang tidak beres.
Ia pun mengerutkan kening, mengamati sekeliling dengan saksama, baru menyadari sumber perasaan ganjil itu——
Dua cangkir yang terletak sejajar seperti ini, getaran yang tercipta...
Cheng Yun menarik sudut bibir, buru-buru menaruh cangkir kumurnya di sisi lain, lalu mengeluarkan handuk dan bersiap menggantungkannya di rak handuk.
Kini ia tak bisa berbuat apa-apa — rak handuk hanya mampu menampung dua helai handuk. Saat itu sehelai handuk kuning sudah tergantung di sana, sementara handuk putih dari hotel diletakkan di bagian atas. Sang Mage sengaja menyisakan separuh kursi kosong untuknya.
Cheng Yun menghela napas.
Setelah menggantungkan handuk, ia melepas baju dan membuka keran air. Sambil mandi ia mengeluarkan sikat gigi anak yang disiapkan untuk si loli dari cangkir kumur dan meletakkannya di samping, berencana menggabungkan langkah-langkah cuci muka, sikat gigi, dan mandi sekaligus.
Saat keluar dari kamar mandi setelah mandi, Sang Mage terbaring kaku di ranjang dengan mata terbuka lebar menatap ke atas.
Seolah sedang memandangi langit-langit, tapi tidak sepenuhnya — titik fokus pandangannya terkumpul di suatu titik dalam angkasa.
Cheng Yun bertanya dengan tertegun: "Apa yang sedang kau lihat?"
“Baca novel.” Sang Mage menjawab sambil lalu.
“Hm?”
Sang Mage tidak membalas, hanya menjentikkan jari. Seketika antarmuka mengambang semi-transparan muncul di udara di hadapannya. Antarmuka dengan latar belakang merah muda memiliki banyak elemen, namun pandangannya hanya bergerak di sekitar jendela tengah. Jendela itu dipenuhi tulisan rapat, diselingi banyak simbol yang jelas berbeda dari karakter biasa.
“Ini novel?” Cheng Yun tertegun.
“Hm.”
“Novel tentang apa?”
“Biografi Grand Mage ahli ruang-waktu zaman purba.” Sang Mage tetap berbaring kaku seperti ikan asin, menatap teks di antarmuka, “Setiap kali punya uang, aku selalu beli buku. Perlahan banyak buku yang belum terbaca terakumulasi.”
“……”
Cheng Yun memilih tak menanya soal simbol-simbol itu. Melirik si loli, ia mulai menyuruhnya cuci muka dan sikat gigi.
Lalu meditasi lagi.
Setelah ribet hingga larut, akhirnya mereka tertidur.
Keesokan harinya, ketika Jinguan masih diselimuti kabut pagi, langit di luar sudah terang benderang.
Tak ada kabut pagi, hanya sinar matahari melimpah dan langit biru nan luas.
Karena semalam lupa menarik tirai jendela sebelum tidur, Cheng Yun yang membuka matanya pun tak bisa tidur lagi dan terpaksa bangun.
Si loli tidur menempel padanya dengan rapat, sehingga ketika Cheng Yun sudah bangun, dia pun dengan mengantuk terpaksa bangkit... lalu membangunkan Sang Mage juga.
Suhu luar sekarang mirip musim semi di Jinguan, agak sejuk tapi tidak sampai disebut "dingin". Cuaca hari ini cerah, menjelang siang mungkin akan semakin panas. Maka Cheng Yun hanya memakai mantel tipis di atas kaos oblong lengan pendek. Saat dia selesai mengenakan baju dan sandal lalu berdiri, si loli juga sudah memakai rompi tipis warna krem muda sendiri. Di rompi itu tertulis coretan kartun berbunyi "Larangan menyentuh Wang" dengan tinta merah muda.
Ia bahkan mengangkat kepalanya dan menatap lurus ke Cheng Yun. Saat pandangan manusia dan makhluk itu bertemu, ia kembali menundukkan kepala, lalu dengan cakar kecilnya memutar-mutar jepit rambut dan dasi di dekat kakinya sebelum kembali menatap Cheng Yun, memberi isyarat agar Cheng Yun membantunya mengenakannya.
Cheng Yun pasrah, terpaksa berjongkok dan membantunya memasang aksesori tersebut.
Padahal sebenarnya ia bisa melakukannya sendiri...
Setelah keluar kamar, ia mengetuk dua pintu di sebelah secara bergantian.
Kamar Yin Nuxia yang pertama terbuka. Perempuan itu sudah berdiri rapi di depan pintu sambil menatap Cheng Yun, di dalam terlihat gadis kecil Yu Dian sedang duduk di tepi ranjang dengan wajah bosan.
Tak lama kemudian Tang Qingying juga membuka pintu, "Kakak ipar, kok baru bangun sih?"
Cheng Yun menarik sudut bibirnya, "Apa memang sudah siang..."
Ia memiringkan kepala dan melihat Cheng Yan masih asyik main ponsel di atas ranjang. Koper-koper mereka sudah terlihat rapi, sepertinya semua orang sudah bangun sejak lama.
Menarik kembali pandangan, ia dengan sadar berkata: "Baiklah baiklah, beri aku sepuluh menit untuk mandi dan menyiapkan barang-barang, kita segera berangkat."
Mata Tang Qingying berbinar samar: "Aku bantu menyiapkan barangmu, kamu cukup mandi saja."
Cheng Yun tertegun, terus melambaikan tangan: "Sudah-sudah, kembalilah ke kamarmu, aku akan cepat selesai."
Tang Qingying mengeluarkan suara "Oh" penuh kekecewaan.
Beberapa menit kemudian, semua orang meninggalkan hotel.
Sarapan di warung pinggir jalan, mereka menyewa dua taksi menuju Kota Beihai, Jalan Yinhai.
Cheng Yun memesan akomodasi beberapa hari di sebuah hotel liburan.
Setelah check-in dan menaruh koper, mereka berkumpul di kamar Cheng Yun berdiskusi tentang destinasi wisata.
Cheng Yun mengingat sejenak dan berkata: "Hal pertama yang harus dilakukan di sini adalah menyewa sepeda motor listrik. Hotel ini sepertinya menyediakan layanan sewa sepeda motor listrik. Tadi saat naik ke kamar saya lihat semuanya masih cukup baru, harganya hanya empat puluh yuan per hari. Setelah menyewa, kita bisa mengendarainya untuk menjelajahi seluruh kota. Sebenarnya kota ini sangat kecil, tak jauh dari sini sudah ada pantai. Kalian bisa jalan-jalan menyusuri pantai, atau memarkir kendaraan lalu bermain di pasir pantai. Tapi harus perhatikan keselamatan dan jangan lupa pakai sunscreen."
Yin Nuxia langsung mengepal tangan dengan gembira: "Apa kita masing-masing naik kendaraan sendiri?"
Mendengar itu, gadis kecil Yu Dian berkata dengan suara lemah: "Aku... aku tidak bisa mengendarai sepeda motor listrik..."
Cheng Yan melirik ke arah Sang Mage: "Cai Qing juga tidak bisa, kan? Dua hari lalu baru saja belajar naik sepeda."
Begitu ucapannya meluncur, Cheng Yun tiba-tiba merasakan hawa dingin menyelimuti seluruh tubuhnya.
Namun Sang Mage berkata: "Menurutku tidak ada masalah."
Barulah Cheng Yun merasa lega.
Yin Nuxia berkata pada gadis kecil Yu Dian: "Tidak apa-apa, jangan takut, aku yang akan mengantarmu!"
Cheng Yun merenung sejenak, lalu berkata: "Kalau begitu Kak Yu Dian sebaiknya menyewa satu mobil bersama Yin Dan. Dia yang mengantarmu, sekalian kau awasi dia jangan sampai bermain terlalu liar atau tersesat."
"Tenang saja!" Yin Nuxia langsung menyanggupi.
Cheng Yun lalu menatap yang lain: "Kalian masing-masing naik motor listrik sendiri-sendiri?"
Tang Qingying ragu-ragu, berkata: "Sebenarnya aku juga belum pernah banyak naik motor listrik, tidak terlalu mahir..."
Cheng Yan mengangkat alis, langsung menanggapi: "Motor listrik itu sederhana. Asal bisa naik sepeda, tanpa perlu belajar lagi. Pokoknya aku tidak mau satu mobil dengan orang yang semalaman bersemangat sampai tak bisa tidur, lalu sebelum fajar sudah membangunkanku dan membuatku duduk di ranjang menunggu bodoh dari jam enam sampai delapan!"
Tang Qingying agak malu-malu mendengarnya, bergumam mencoba menjelaskan: "Aku... aku cuma mau..."
Beberapa saat kemudian, dia menyerah: "Sudahlah, tak usah dijelaskan. Lagipula maksudku bukan ingin kau memboncengiku, teknikmu saja masih belum bisa kupercaya!"
Cheng Yan langsung mengerutkan kening.
Tepat seperti dugaan, Tang Qingying merunduk dan secepat kilat menyelinap ke samping Cheng Yun, menyandarkan lengannya sambil menatap manis ke atas. Matanya berubah menjadi dua bulan sabit: "Kakak ipar pasti mau memboncengiku, kan?"
"Ehm..." Cheng Yun tampak geli di selangkangan.
"Apa lagi yang kau ragukan?!" Tang Qingying tidak suka, pipinya langsung mengembung. Ia menunjuk garis laut samar-samar di luar jendela sambil membujuk karyawan: "Lihat, pantai! Bayangkan, mengayuh motor listrik kecil menyusuri pantai sambil menikmati pemandangan, di kursi belakang ada gadis cantik super tak terkalahkan manis. Betapa menyenangkan!"
"Ehm..."
“Jangan ragu lagi, kesempatan tidak datang dua kali……Aduh! Aduh lepaskan lepaskan, saya mengakui kesalahan saya……”
“……” Dengan ekspresi tenang, Cheng Yun menatap Tang Qingying yang digiring kembali oleh Cheng Yan seperti anak ayam. Seolah ia sudah mengantisipasi pemandangan ini.
Tang Qingying masih berteriak: “Pelankan pegangan, saya salah, saya tidak naik mobil kakak ipar lagi! Saya naik punyamu, naik punyamu……”
“Mimpi kali!” Cheng Yan berkata dengan wajah dingin.
“Aiya Yan-yan jangan marah, kalau saya mengayuh sendiri takut nanti nabrak orang gimana?” Tang Qingying memandang Cheng Yan dengan wajah penuh keluhan.
“Urusan saya apa!”
“Yan-yan~~ jangan kekerasan hati dong!”
“Jangan banyak gaya!”
“Kalau kamu boncengin saya……” Tang Qingying menarik-narik ujung mantel luar Cheng Yan yang terbuka, seolah berpikir keras sebelum akhirnya menggigit gigi berkata, “Malam ini saya tidur denganmu!”
“Lepas cengkeram!”
Cheng Yan menepis tangan Tang Qingying dengan tamparan, lalu langsung pergi sambil bergumam: "Membalas budi dengan kejahatan!"
Tang Qingying berdiri kaku di tempat dengan ekspresi semakin memelas.
Tak lama kemudian, mereka semua naik lift ke lantai bawah.
Meski belum melewati Tahun Baru Imlek, libur tahunan sebenarnya sudah berakhir. Hanya para pelajar yang masih punya waktu untuk jalan-jalan. Terlihat kota ini masih cukup sepi. Harga hotel rendah dan pengunjung sedikit, menciptakan suasana lengang.
Di dalam lift hanya ada enam manusia plus satu makhluk.
Cheng Yun bertanya: "Kalian sudah pakai sunscreen kan? Jangan lupa di tangan dan leher."
Semua mengangguk setuju.
Hanya si loli yang terpaku, melirik Cheng Yun lalu menatap manusia-manusia lain dengan bingung.
Cheng Yun mengabaikan ekspresinya, melihat jam di pergelangan tangannya: "Baru lewat pukul sembilan. Kita bisa jalan bersama atau pisah-pisah, terserah kalian. Yang penting saat makan siang kita kumpul lagi. Habis itu baru jalan-jalan sore."
Semua orang menyetujui dengan cepat.
Di depan hotel, mereka mulai memilih sepeda motor listrik.
Ekspresi semua orang penuh kegembiraan, terutama Yin Nuxia yang paling bersemangat.
