"Kak Ipar kayuh lebih cepat! Lihat kami sudah melebihi Anda!"
Tang Qingying memeluk pinggang Cheng Yan, memiringkan kepala dan menempelkan pipi di punggung Cheng Yan sambil berteriak sambil menyipitkan mata ke arah Cheng Yun.
Tak lama setelah teriakannya, Cheng Yun melihat Cheng Yan memutar kepala seolah mengatakan sesuatu, kemungkinan membentaknya dengan "Diam!" atau "Jangan beromong kosong!".
Cheng Yun langsung tertawa kecil, tetap mengayuh dengan tempo santai.
Punggung dua gadis yang sedang bersepeda perlahan menjauh, angin pantai mengangkat rambut mereka yang terlihat sangat mengesankan.
Di sebelah, Yin Nuxia yang memboncengkan Yu Dian kecil menatap tajam kedua orang di depan dengan wajah tak mengakui kehebatan. Tapi meski tuas gas motor listriknya sudah diputar habis, tetap saja tak bisa mengejar mereka. Ini membuatnya merasa sangat tak adil!
Brrrak! Xiao Fashi juga melesat melewati mereka dengan motor listriknya.
Yin Nuxia tertegun sejenak, lalu kembali menatap punggung Xiao Fashi.
Waah, rasanya ingin meledak!
Atas dasar apa dia kalah cepat dari mereka!?
Yin Nuxia menunduk memandangi motor hitam 'Kura-Kura Kecil' pilihannya yang dianggapnya 'ditakdirkan' ini. Dipikirnya motor ini pasti kencang, tapi tak disangka benda tak berbakat ini justru mengecewakannya!
Grrr! Sungguh menyebalkan!
Yin Nuxia mengembungkan pipi sambil terus memutar tuas gas, sambil dalam hati mengerahkan energi gelap -
Cepaaat! Lari lebih cepat dong!
Huu~ huu~ huu~ gemuruh dahsyat...
Sesaat kemudian, deru dahsyat dalam mulut Yin Nuxia berubah menjadi helaan nafas tak berdaya.
Cheng Yun mendengar suara sepeda motor listrik mereka terdengar lebih berat dibanding sepeda motor listrik lain, membuatnya pusing.
Yin Nuxia yang masih mengayuh di sampingnya bertanya dengan wajah keberatan: "Kepala Stasiun, mengapa mobilku tidak bisa cepat?"
Cheng Yun membalikkan mata, malas menjawabnya.
Tiba-tiba, Sang Mage juga melewati sisi Cheng Yun: "Kepala Stasiun, aku akan menyusulmu!"
Setelah berkata demikian, ia langsung mempercepat laju dan mendahului ke depan.
Loli kecil berdiri di dalam tas punggung Cheng Yun yang telah diberi alas, sehingga kedua cakar mungilnya bisa dengan pas bertumpu di bahu Cheng Yun, menyembulkan kepala dari balik kepala Cheng Yun untuk melihat ke depan.
Melihat Sang Raja Padang Salju yang agung ternyata terus disalip oleh orang-orang biasa, ia langsung tidak senang. Dengan cakar kecilnya, ia terus menepuk-nepuk bahu Cheng Yun seolah mendesaknya untuk mengayuh lebih cepat.
Akhirnya Cheng Yun pun mulai mempercepat laju.
Di belakang tersisa hanya Yin Nuxia dan gadis kecil Yu Dian.
Tak berapa lama bersepeda, Cheng Yun melihat beberapa orang di depan berhenti di tepi jalan, seolah menunggu mereka. Tanpa sengaja ia memperlambat kecepatan dan berhenti mendekati mereka.
Sang Mage membelakanginya, menatap ke arah pantai.
Cheng Yan berdiri dengan ekspresi tenang, sementara Tang Qingying langsung menunjuk ke kejauhan saat melihat Cheng Yun: "Kakak Ipar, lihat! Laut, di sini ada laut!"
Cheng Yun memalingkan wajah dan tersenyum: "Ini kan kota tepi pantai, mana ada yang aneh?"
Tang Qingying berpikir sejenak lalu memiringkan kepala: "Ini agak berbeda dengan yang kubayangkan."
Cheng Yun kembali tertawa.
Ia kurang lebih tahu gambaran pantai dalam imajinasi Tang Qingying - kebanyakan gadis yang terinspirasi drama TV membayangkan pantai sebagai hamparan samudera luas yang menyatu dengan alam, dengan pasir kuning keemasan di antaranya.
Namun laut di Beihai jarang memiliki pemandangan seperti itu, setidaknya laut yang bisa dilihat di mana-mana di tepi jalan ini tidak seperti itu. Laut di sini berbatasan langsung dengan kota, tapi tidak menyambung dengan gedung pencakar langit. Bahkan jalan lingkar pantai yang mereka lewati sekarang juga berjarak tertentu dari laut. Di antaranya mungkin ada pabrik, lahan kosong, desa nelayan kecil yang terdiri dari rumah-rumah tanah rendah, tanjakan kecil, dan sejenisnya. Tentu ada juga pantai dengan lebar pasir yang bervariasi.
Kondisi seperti inilah yang membentuk garis pemisah antara kota kecil yang baru berkembang karena pariwisata beberapa tahun terakhir ini dengan luasnya lautan.
Si loli kecil juga terpaku berbaring di punggungnya sambil menatap ke arah kanan.
Tang Qingying mengusulkan: "Mari kita parkir mobil di sini, lalu pergi main ke pantai!"
Matanya berbinar-bintang penuh antusiasme!
Cheng Yun tersenyum: "Ayo lanjut ke depan. Tidak jauh dari sini ada Pantai Perak. Pantai Perak jauh lebih indah dengan pasir putih yang halus, enak diinjak."
Mendengar itu, Tang Qingying buru-buru menarik Cheng Yan masuk ke mobil.
Tiba-tiba, Yin Nuxia baru datang terlambat.
Cheng Yan melirik motor Yin Nuxia, mengerutkan kening: "Kak Yin Dan motormu nggak bisa kenceng ya?"
Yin Nuxia wajahnya masam: "Hm! Nyatanya emang nggak berbakat!"
Cheng Yun: "……"
Beberapa saat kemudian, Cheng Yan mengajarinya cara menyesuaikan kecepatan rendah-tinggi, lalu berkata: "Kalau diatur ke jalan tol seharusnya kecepatannya sama kayak kita, tapi tetap harus pelan-pelan, perhatikan keselamatan. Jangan sampai Kak Yu Dian terjatuh."
Yin Nuxia langsung berseri-seri, tapi tertegun sebentar, lalu memalingkan wajah ke Cheng Yun dengan geram: "Kepala stasiun kenapa nggak kasih tau dari dulu? Aku juga udah nanya tuh!"
Cheng Yun dalam hati: Emang ini bakal ngaruh?
Elu sendiri beratnya berapa brengsek, nggak ngira-ngira dikit?!
Yin Nuxia mengerutkan kening, lalu dengan wajah serius berterima kasih ke Cheng Yan.
Sesaat kemudian, semua orang mulai berangkat.
Seperti yang diduga Cheng Yun, mereka kembali meninggalkan Yin Nuxia, tapi kali ini masih lumayan, nggak terlalu jauh ketinggalan.
Kira-kira sepuluh menit kemudian.
Semua orang memeluk kelapa besar masing-masing masuk ke Pantai Perak, menginjak pasir yang halus dan lembut, menatap lautan tak berujung di kejauhan.
Cheng Yun mengangkat kelapa dan menyodorkan sedotan ke belakang, si loli langsung menggigit sedotan putih itu dan mulai menghisap. Beberapa detik kemudian Cheng Yun menurunkan kelapa, lalu memakai sedotan ungu untuk minum sendiri. Si loli berbaring di bahunya sambil mengecup bibir, masih belum puas menikmati rasa air kelapa, sambil menatap lantai sambil menunggu manusia ini selesai minum untuk kesekian kalinya menyodorkan kelapa padanya - diam-diam ia akan mengganti sedotan lalu melanjutkan minum.
Tang Qingying mengeluarkan suara "slurp" dari mulutnya. Beberapa saat kemudian barulah ia menghela "Ah!" panjang, bagai pejabat senior yang sedang minum teh, baru kemudian berkomentar haru: "Ternyata rasa air kelapa segar seperti ini ya!"
Cheng Yan mengangguk diam-diam. Selama ini dia juga mengira rasa jus kelapa sama seperti "jus segar" yang dijual di supermarket.
Sejujurnya menurutnya jus kelapa segar ini tak seenak versi supermarket, rasanya hambar dan sedikit sepat. Tapi untuk kali pertama, cukup lumayan.
Sang Mage di samping berkomentar: "Rasa yang alami!"
Apapun yang dimakan/minumnya selalu dianggap enak...
Loli melihat situasi lalu berpikir sejenak, kemudian memberikan ulasan singkat nan tajam.
Yin Nuxia mengangkat kepala, bersikap kontra: "Hmph! Mana ada yang lebih enak dari Sprite!"
Tiba-tiba Tang Qingying berteriak kaget.
"Waah!"
Cheng Yan langsung menatapnya dengan wajah bingung.
Tang Qingying tak peduli ekspresinya, menarik tangan Cheng Yan sambil mengguncang-guncang: "Cepat lihat, lihat kaki kita!"
Cheng Yan mengerutkan alis lalu menunduk. Seketika itu juga dia membeku.
Baru ketika sudah berjalan hingga belasan meter dari pantai, ia menyadari pasir pantai ternyata hidup dan bergerak—permukaannya dipenuhi lubang-lubang kecil sebesar sumpit. Lubang-lubang ini merupakan pondok kepiting mini yang sedang beraktivitas, namun langsung menerobos masuk begitu merasakan kedatangan manusia, mirip... latihan pencegahan serangan udara.
Saat ini tak ada lagi kepiting kecil di sekitar mereka. Cheng Yan harus melihat ke kejauhan baru menemukan penghuni kecil itu.
Begitu mereka mendekat, pasir pantai langsung hidup kembali. Berduyun-duyun kepiting kecil menghindar ke dalam gua-gua mereka bagai mengungsi.
Tiba-tiba ia melihat Tang Qingying—yang dulu di musim panas tahun lalu dianggapnya memiliki kemiripan karakter—berubah menjadi Hashi Yao, melesat cepat ke depan. Sepertinya ia ingin menangkap seekor kepiting.
Cheng Yan tetap berdiri kaku di tempat dengan ekspresi melihat orang bego.
Kemudian Yin Nuxia yang enggan tertinggal juga berlari bergabung dalam "bisnis penangkapan kepiting".
Cheng Yan tetap dengan ekspresi memandangi orang bego.
Keduanya melompat ke kiri-kanan seolah tak berhasil menangkap kepiting kecil, sementara yang lain hanya berdiri menyaksikan mereka.
Kepiting kecil ini terlampau waspada, sementara Yin Nuxia tak bisa menunjukkan kecepatan supranatural di depan orang banyak, hingga akhirnya mulai kesal.
“Huu!”
Loli di belakang mencengkeram bahu Cheng Yun.
Cheng Yun buru-buru menyodorkan jus kelapa.
Loli ragu sebentar, lalu asal pilih sedotan dan meneguk besar, tetap mencengkeram bahu Cheng Yun sambil menggesekkan kaki ke tas: “Huu huu!”
Cheng Yun tertegun, baru memahami maksudnya, lalu segera membuka tas dan menurunkannya.
Loli membuka matanya lebar-lebar dan melesat ke depan, lalu menoleh ke belakang melihat jejak bunga plum kecil yang ditinggalkannya di pasir pantai. Ia menunduk dan dengan serius menginjak beberapa pola bunga plum lagi, baru mulai menggali lubang kecil di bawah kakinya.
Tatapan Cheng Yan berubah. Ia tak lagi memperhatikan Tang Qingying dan Yin Nuxia, melainkan menatap tajam si loli tanpa berkedip.
Dengan cepat, si loli menggali jebakan kecil dan segera menemukan bayangan kepiting kecil.
Cheng Yun buru-buru berseru: "Dilarang menggigit dengan mulut!"
Loli menoleh memandang Cheng Yun, benar-benar tidak menggunakan mulut, hanya memainkan cakar untuk menggeser kepiting kecil yang masih tertutup pasir basah.
Sang Mage tertawa: "Lihat, Yang Mulia Loli sudah menangkap kepiting, kalian masih berusaha!"
Yin Nuxia menoleh ke belakang, langsung merasa kesal.
Si loli juga melotot kesal ke arah Sang Mage.
……
Demikianlah mereka bermain selama setengah jam.
Kemudian Cheng Yun, gadis kecil Yu Dian, dan Sang Mage juga bergabung. Cheng Yan tidak ikut menangkap kepiting kecil, dia hanya mendampingi loli sambil rajin membantu memasukkan setiap kepiting yang berhasil ditangkapnya ke dalam kantong kecil.
Sampai di tepi pantai, semua orang mencuci tangan dengan air laut lalu berdiri tegak memandang ke kejauhan.
Loli juga termenung memandangi lautan.
Inikah yang disebut laut?
Biru safir, burung-burung beterbangan di langit, benda-benda aneh mengambang di permukaan, suara burung laut dan deburan ombak, serta pasir keemasan di tepian. Lapisan demi lapisan gelombang energi terus mendorong ke arah pantai. Sangat berbeda dengan laut Kutub Utara yang pernah dilihatnya dulu. Laut di sana hitam pekat dan dingin menusuk, tanpa kehidupan - hanya es yang membeku, tanpa pasir, tanpa gejolak energi.
Apalagi kepiting kecil.
"Si loli berpikir demikian," dengan tidak tenang ia menoleh tajam melihat kantong berisi kepiting kecil di tangan Cheng Yan—ia benar-benar takut orang biasa bodoh ini akan memakan kepiting kecilnya ketika lengah!
Tang Qingying menulis nama-nama di pasir pantai dengan jarinya, satu per satu. Ia ragu sebentar, lalu menambahkan nama si loli juga.
Namun begitu ombak naik, separuh nama-nama itu telah terkikis.
Dengan senyum tak mempedulikan, ia terus menulis.
Cheng Yan ikut menulis bersamanya. Baru sekarang ia merasa ini seru, tak lagi menganggapnya kekanak-kanakan.
"Sayangnya kami tidak pakai sandal lembut, harusnya dari tadi pakai celana pendek dan sandal untuk main air," ujar Tang Qingying. "Kalau tidak, bisa langsung nyebur!"
"Ini sederhana!" Cheng Yan berkata datar.
Langsung ia melepas sepatu olahraga dan kaus kakinya, menggantungkannya di tangan. Kedua tangannya menarik celana olahraga ke atas perlahan—betis ramping dengan lengkungan menawan pun tersingkap, putih berkilau membutakan mata.
Cheng Yan langsung masuk ke dalam air, lalu menoleh tajam ke arah Tang Qingying, menarik sudut bibirnya menunjukkan cemoohan halus.
Tang Qingying terpaku melihat celana jeans ketat dan sepatu kanvas tinggi yang dikenakannya, menggigit bibirnya.
Wanita ini benar-benar ahli bikin kesal orang!
