Kedua gadis saling pandang, lalu berbisik-bisik sembari sesekali mengeluarkan ponsel. Berlagak mengagumi pemandangan, mereka mendekati Sang Mage dan mengintip profil wajahnya.
"Waah..."
“Mirip sekali……Jangan-jangan dia ya?”
Sorot mata keduanya dipenuhi keheranan.
Setelah berbisik-bisik, salah satunya menghampiri Sang Mage sambil memegang ponsel. Dari belakang, ia menepuk bahunya: "Nona, permisi… Boleh tanya…"
Wajah Sang Mage langsung menghitam: "Sibuk!"
Ia menduga gadis ini hendak minta tolong memotretnya.
Apa generasi muda sekarang sudah tak bisa membedakan pria dan wanita?
Gadis itu malah kaget dibuatnya. Beberapa saat kemudian baru gagap: "A… Aku cuma mau tanya… Apa Nona ini… Dewi Laut Utara yang viral di internet…"
Wajah Sang Mage semakin gelap: "Bukan!"
"Ta… Tapi…"
"Tidak ada tapi! Sudah kubilang bukan! Jangan ganggu!"
"Aku… Aku tidak bermaksud mengganggu… Cuma ingin foto bersama…"
"Wah masih aja ngeyel!"
Sang Mage mengerutkan alis menatapnya, enggan meladeninya lebih jauh. Melihat seorang gadis lain diam-diam mengangkat ponsel di belakang, ia langsung berbalik pergi dari situ.
Kalau tak bisa melawan, setidaknya aku bisa menghindar...
Menyebalkan! Cuma mau menikmati pemandangan saja diganggu, itu pun langsung panggil 'Nona-nona' dan 'Dewi Sekolah'...
Sang Mage benar-benar tak tahu harus berkata apa.
Setelah berlayar lebih dari satu jam, kapal pesiar hampir sampai di Pulau Weizhou. Sang Mage pun kembali ke kabin dan duduk menunggu.
Tak lama kemudian, orang lain mulai berdatangan satu per satu.
Beberapa menit kemudian, kapal merapat ke dermaga. Semua penumpang turun sambil membawa koper.
Yin Nuxia masih menoleh tajam memandangi kapal baja raksasa itu. Meski sudah lama di dunia ini, ia tetap tak bisa menahan decak kagumnya.
Seandainya di dunia sebelumnya ada kapal seperti ini...
Bukankah aku...
"Ayo pergi."
Cheng Yun menarik lengan sang pendekar wanita.
“Oh oh oh.” Yin Nuxia buru-buru mengikuti di belakangnya, ilusi One Piece di kepalanya langsung hancur.
Turun dari kapal masih harus berjalan belasan menit untuk mencapai pulau, jarak ini masih termasuk area pelabuhan. Cheng Yun sambil berjalan mulai menjelaskan tentang pulau tersebut -
“Pulau ini tidak terlalu besar, tapi juga tidak kecil. Banyak spot wisata, lebih bagus dari Beihai.”
“Air di sini sangat jernih...”
“Seluruh pulau ditanami pisang dan pisang raja, berbuah sepanjang tahun, benar-benar pantas disebut Pulau Pisang. Bahkan babi dan ayam di sini makan pisang tumbuh besar.” Bibir Cheng Yun menyungging lengkungan saat berkata, “Pisang di sini enak banget, cuma ukurannya kecil. Tapi harganya murah, lima yuan bisa beli dua tiga tusuk, satu tusuk isinya belasan buah. Kalian harus cobain.”
Tiba-tiba teman sekelas Tang Yao Yao berkata: “Berarti kita sama dengan babi dan ayam di sini dong?”
Mendengar itu, Cheng Yan dan Cheng Yun sama-sama melotot ke arahnya.
"Hanya kamu yang pinter!" kata Cheng Yan.
"Orang sini juga menjadikan pisang sebagai camilan, dulu juga pernah makan, enak banget," kata Cheng Yun.
Tang Qingying menjulurkan lidah.
Keluar dari pelabuhan, sudah ada mobil bisnis penginapan yang menjemput mereka.
Pulau Weizhou sedang musim sepi, turis sedikit. Cara menarik pelanggan jadi urusan paling menyita perhatian para pemilik penginapan. Rombongan Cheng Yun jelas target empuk. Baru keluar pelabuhan sudah dikerubungi beberapa orang yang terus membuntuti meski sudah dijelaskan bahwa akomodasi mereka sudah dipesan. Tingkah mereka benar-benar bikin jengkel.
Andai bukan karena Sang Kepala Stasiun yang menindas situasi, pasti Sang Mage dan Yin Nuxia sudah mulai mengusir mereka dengan gemuruh.
Setelah menemukan mobil penginapan dan naik ke dalam, barulah orang-orang itu mundur karena kesulitan.
Pulau Weizhou, Teluk Selatan.
Di sini merupakan area paling ramai di pulau, sekaligus dermaga penangkapan ikan, distrik perkumpulan bar, toko, dan restoran. Pasar seafood terbesar di pulau juga berada di sini. Dua objek wisata paling terkenal—Taman Buaya Hill dan Dripping Water Danping—juga terletak tidak jauh dari sini.
Nánwān hanya memiliki satu jalan raya, satu sisi bersandar pada gunung, sisi lain berbatasan dengan laut. Penginapan yang mereka sewa terletak di tepi jalan raya tersebut.
Setelah menempati penginapan, semua orang bisa melihat laut hanya dengan mendorong jendela.
Saat ini hari sudah siang. Setelah berdiskusi, mereka keluar bersama-sama menuju pasar seafood yang tidak jauh, membeli bahan segar lalu mengolahnya di salah satu toko.
Usai makan, mereka menyewa sepeda motor listrik dari penginapan dan berkeliling sesuka hati mengitari objek wisata di pulau.
Kali ini mereka sudah lebih cerdas—masing-masing telah mengenakan sandal lembut dan sandal terbuka.
Pantai Berwarna-warni!
Gelombang kemarin sudah menghilang, air laut saat ini jernih bagai tidak ada. Cheng Yun duduk di atas batu datar di tepi pantai, memandang dengan tenang ke arah semua orang yang bermain air dan loli kecil yang melompat-lompat di antara bebatuan.
Gemuruh tawa dan canda memenuhi udara.
Sesekali mereka menoleh tajam, meminta Cheng Yun memotret mereka, atau mengambil beberapa foto untuk Cheng Yun.
Sesekali loli kecil itu juga melirik ke arahnya.
Tak lama kemudian, Sang Mage menghampirinya.
Cheng Yun mengangkat kepala menatapnya, menyipitkan mata karena silau cahaya matahari yang menyengat: "Sudah puas bermain?"
Sang Mage tidak menjawab, hanya berkata: "Aku sudah cek di pasar seafood tadi, ada beberapa bahan yang kubutuhkan tapi tidak lengkap. Tidak semua bahan bisa dimakan, sisanya mungkin harus dicari pakai Bola Kun Zhen, lalu kita tangkap sendiri."
"Contohnya..." Ia mengeluarkan bintang laut kecil dari saku, warnanya bukan merah atau kuning biasa, tapi lebih gelap, "Seperti ini!"
Cheng Yun mengerutkan kening sedikit: "Bagaimana jika bahannya ada di laut dalam? Meski kita menyewa kapal, belum tentu bisa menyentaknya."
"Tidak perlu khawatir." Sang Mage berkata.
"Sudah kupikirkan itu. Bahan di laut dalam yang tidak termasuk dalam 'daftar menu' manusia, sudah kuganti dengan bahan lain atau disintesis. Target paling sulit yang kita cari hanyalah karang di kedalaman puluhan meter, atau makhluk air yang sulit ditangkap."
"？？？" Cheng Yun menatapnya dengan tatapan tertegun.
Sang Mage ragu sejenak: "Untuk kedalaman puluhan meter, ilmu bisa mengatasi tekanan air dan oksigen. Soal makhluk air... lebih mudah, banyak cara untuk memancing mereka keluar, lalu pukul sampai pingsan, setelah itu mereka akan mengambang sendiri."
"Baiklah, kapan kita mulai?"
"Kapan saja... tidak perlu terburu-buru." Sang Mage melirik kerumunan yang sedang bersenang-senang di kejauhan, dirinya belum puas bermain, "Perlu cari momen tepat, sebaiknya hindari mereka!"
"Hm."
“Tidak bicara lagi, aku lanjut main!”
“Baik.”
Tiba-tiba Yin Nuxia dan beberapa orang berkumpul di pinggir kolam kecil menangkap ikan-ikan kecil. Sang loli juga masuk ke dalam air. Sang Mage buru-buru ingin bergabung dengan mereka.
Waktu berlalu cepat dengan penuh keceriaan. Semua orang menikmati liburan dan mengambil banyak foto. Baru saat senja mereka mengayuh sepeda kembali ke puncak gunung di belakang Nanwan, duduk berderet menyaksikan ombak menyapu pantai di bawah.
Di dermaga, kapal nelayan berlabuh dan burung laut pulang ke sarang. Nanwan tiba-tiba terasa hening.
Di kejauhan langit dipenuhi awan senja, matahari perlahan terbenam. Suara klakson kapal yang mendengkur menyertai angin yang semakin kencang dan dingin.
Sang loli berjongkok tenang di sebelah Cheng Yun, tapi angin membuatnya menyipitkan mata.
"Kita pulang yuk?" kata Tang Qingying.
"Tunggu, aku masih punya video yang belum selesai direkam!" Cheng Yan menggeser perlahan lensa ponselnya, konten di layar akhirnya berubah dari ufuk langit yang mulai redup menjadi adegan Cheng Yun dan si loli yang duduk manis berdampingan.
"Sudah, ayo kita kembali!" Cheng Yan menarik kembali ponselnya.
Para pengendara sepeda motor listrik pun mulai bergerak meninggalkan tempat itu.
Setelah bermain sepanjang sore, semua merasa agak lelah. Dengan perasaan gembira, mereka menyantap hidangan seafood sebelum akhirnya kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
Tang Qingying mandi terlebih dahulu, lalu berbaring lelah di ranjang dengan selimut menutupi bagian bawah tubuhnya, sambil asyik menggesek-gesek video pendek di ponsel.
"Lho, kamu berani mengunggah video pendek hasil jepretan hari ini? Cepat banget!" seru Tang Qingying terkejut.
"Kan tidak perlu diolah, pasti cepat," jawab Cheng Yan. "Kamu nemu video ini?"
"Oke! Kok kamu memasukkan aku ke dalam framemu juga sih." Tang Qingying menatap deretan komentar di bawah - selain penggemar setia si loli dan pertanyaan tentang lokasi shooting, sebagian besar justru membahas dirinya.
Karena cuaca di Pulau Weizhou sangat panas di siang hari, Siswa Tang Yao Yao mengoleskan tabir surya ke seluruh tubuhnya dengan licik, lalu mengenakan rok pendek bermotif bunga-bunga remuk dengan potongan satu bahu, ditambah sandal berikat. Penampilannya tak hanya menonjkan kulit putih dan kecantikannya, tetapi juga memperlihatkan payudara yang berisi dan kaki yang jenjang, sekaligus memancarkan aura yang begitu memukau.
"Siapa suruh kau menghalangi lensa!" kata Cheng Yan.
"Cih! Wanita berbohong! Aku tahu kau sengaja merekamku!" seru Tang Qingying, "Kau pasti merekam karena merasa aku cantik!"
"……Jangan malu-malu."
"Hah~~ Masih juga tidak mengaku!"
Setelah membalik ratusan komentar dan melihat pujian "Nona-nona cantik sekali" bertebaran, Tang Qingying tersipu malu. Namun bayangan sang kakak ipar yang tak acuh membuat sedih menyelinap di hatinya.
Kesedihan perlahan berubah menjadi kegelisahan——
"Jangan-jangan kakak ipar……"
"Hah!! Cih! Cih! Cih!"
Tang Qingying segera mengusir pikiran itu dan melanjutkan gesekan ke video berikutnya.
Langsung, dia terpaku.
Video pendek ini telah mendapat jutaan jempol, secara hitungan seharusnya termasuk video yang sangat viral.
Tapi masalahnya orang dalam video ini...
Dikenalnya!
Sang Mage duduk di sebuah jalanan, makan kue pasar bersama dua orang tua pengembara, sesekali memalingkan wajah untuk berbicara dengan mereka.
Video ini sama sekali tidak menggunakan efek khusus, tapi tingkat kecantikan Sang Mage sendiri sudah dengan mudah mengalahkan semua nona-nona cantik di aplikasi ini! Dan "keindahan"-nya sangat alami—bahkan terkesan kontradiktif: Anda bisa melihat lima organ indera dan kulit binatangnya tidak sempurna seperti hasil riasan, tapi Anda tak bisa menemukan cacat sedikitpun! Seberapa cerewet pun Anda, terpaksa harus mengakui bahwa ia sudah mendekati kesempurnaan!
Bahkan Cheng Yan yang sangat percaya diri dengan kecantikan dan posturnya, di hadapan Sang Mage hanya bisa mengakui kekalahan. Makanya Tang Qingying sering menggunakan Sang Mage untuk menyerangnya—siapa suruh dia dulu begitu sombong!
Dan postur Sang Mage mencapai 178 cm. Dengan santai duduk di anak tangga sambil meluruskan kakinya, bahkan tanpa perlu melakukan gerakan apapun, orang-orang langsung bisa merasakan betapa sempurna postur tubuhnya.
Entah itu pria atau wanita, postur seperti ini jelas luar biasa.
Video ini hanya sepuluh detik, Tang Qingying langsung menontonnya sampai selesai.
Kemudian ia melihat akun yang mengunggah video ini...
Bukan staf hotel?!!
Sebab hanya Cheng Yan dan dirinya yang aktif di aplikasi ini. Cheng Yan biasanya hanya mengunggah video loli kecil, sementara dirinya lebih sering men-scroll video. Tapi kali ini bukan mereka berdua yang mengunggah.
Di bawah video terdapat judul—
Dewi Beihai Tercantik! Tanpa tandingan, tidak menerima debat!
