Gemerincing nada dering tiba-tiba memenuhi udara dari arah pintu tangga.
Tang Qingying sambil menggendong tas ransel turun tangga, menunduk mengambil ponsel dan menjawab telepon.
Semua makhluk hidup di resepsionis serentak memalingkan wajah ke arahnya.
Si loli hanya terus terpaku menatap tajam... ponsel di tangannya.
"Tang Qingying mengklaim tinggi badannya 170 sentimeter. Cheng Yan selalu bilang dia menambah 2 sentimeter, tapi sebenarnya gadis utara memang lebih tinggi dibanding gadis selatan. Tinggi Tang Qingying seharusnya tidak banyak unsur pengisi. Suhu di Jinguan jauh lebih dingin daripada Beihai, tentu dia tidak mungkin memakai rok pendek lagi. Sebagai gantinya, dia mengenakan celana jeans, sepatu olahraga, dan jaket bulu angsa tipis. Rambutnya dibiarkan terurai, siluet tubuhnya anggun, memancarkan aura keremajaan yang bersih."
"Membuat orang tak kuasa berdecak kagum: Gadis seusia ini selama berpenampilan menawan, bagaimanapun caranya tetap akan terlihat cantik!"
"Bahkan Cheng Qiuye dan Feng Han pun harus mengakui, tingkat kecantikan orang-orang di hotel ini benar-benar di atas rata-rata!"
"Tang Qingying menyambung telepon itu sambil turun ke area resepsionis."
"Halo... Aku masih di hotel."
"Aku segera berangkat ke sekolah!"
"Aiyo takut apa sih? Takut aku menginap di hotel dan semalem diam-diam tidur di ranjangmu?"
"Tidak takut? Tidak takut aku tidur di ranjangmu? Atau yang ditakutkan bukan aku yang tidur di ranjangmu?"
"Salah salah......"
“Aiya aku sudah tahu salah, kamu harus tahu batas、jangan kejar terus musuh yang sudah terjepit……”
“Nggak mau ngomong lagi, aku mau pergi!”
Tang Qingying buru-buru menutup telepon, ekspresi tergesa-gesanya seolah jika tidak cepat mematikan ponsel akan ada eksistensi mengerikan yang menerobos keluar dari layar!
Sorot mata si loli mengikuti pergerakan ponselnya, akhirnya tertuju pada saku jaketnya.
Lalu makhluk itu memiringkan kepala, terhisap dalam perenungan.
Ia mendengar suara dari dalam ponsel yang mirip suara orang biasa, sementara kotak ajaib kecil ini sepertinya bisa digunakan untuk berbicara dengan orang jauh.
Sekali lagi ia melirik Cheng Yun.
Tiba-tiba Tang Qingying yang menggendong tas menghampiri Cheng Yun, lalu melirik yang lain: “Aku berangkat ke kampus!”
Cheng Yun mengangguk: “Hati-hati di jalan malam.”
Cheng Qiuye berdiri: “Mau kuantarkan? Aku juga sebentar lagi pergi.”
“Tidak perlu, terima kasih Kak Qiuya!” Tang Qingying melambaikan tangan, tersenyum manis ke arah Cheng Qiuye, lalu berkata, “Dari sini ke kampus cuma belasan menit naik sepeda kuning kecil, sebentar juga sampai.”
“Malam-malam harus hati-hati.” Cheng Qiuye kembali duduk.
“Tidak apa-apa, sepanjang jalan ini adalah jalan besar, ada satu jalan jajanan, tidak ada gang kecil.”
“Baiklah.”
Tang Qingying memasang earphone, melambaikan tangan ke semua orang, lalu pergi meninggalkan tempat.
Cheng Qiuye baru kemudian berkata ke Cheng Yun: “Yao Yao itu resepsionis part-time yang kamu rekrut di Universitas Yi?”
Cheng Yun tertegun: “Ngapain nanya itu?”
Cheng Qiuye mengangkat alisnya: “Hm? Kakak tidak boleh peduli sama adiknya?”
“Bisa dibilang begitu...” Cheng Yun menjawab samar.
“Sepertinya kalian dekat sekali.” Cheng Qiuye menatap Tang Qingying di luar yang sedang membuka kunci sepeda kuning, punggung gadis dengan tas sekolah itu terlihat sangat mempesona, memiliki aura yang tak dimiliki wanita dewasa, “Dia teman sekelas Cheng Yan?”
“Bisa dibilang begitu...”
“Hm? Bicara baik-baik dengan Kakak!”
“……Teman satu kampus.”
“Benarkah? Mereka terlihat dekat juga. Jarang melihat Cheng Yan punya teman dekat seperti ini.” Cheng Qiuye kembali menunjukkan sikap sebagai kakak senior.
“Kurasa begitu.”
“Ngomong-ngomong, aku belum pernah tanya namanya. Jangan-jangan namanya memang Tang Yao Yao?”
“Y...ya, namanya Tang Yao Yao.” Cheng Yun menjawab dengan wajah serius.
“Benarkah?” Cheng Qiuye menoleh memandangnya.
Si loli kecil juga memiringkan kepala mengamati Cheng Yun.
“Bukannya Yao Yao cuma nama panggilannya?” Cheng Qiuye melanjutkan sementara matanya menyiratkan pandangan menguji.
“Ahem... Nama lengkapnya Tang Qingying.”
“Tang Qing apa?”
“Tang Qingying.”
“Tang Qingying?” Cheng Qiuye tertegun, kemudian terhisap masuk ke dalam keadaan mengingat-ingat. Beberapa saat kemudian ia berseru, “Ah... Bukankah itu nama mantan pacarmu?”
“......Mantan pacarku bernama Tang Qingyan.” Cheng Yun melirik beberapa orang di sekitarnya, merasa agak canggung.
“Hmm, selisih satu karakter.”
“Ya, kebetulan!” kata Cheng Yun dengan canggung.
“……”
Cheng Qiuye mengamati ekspresinya, beberapa saat kemudian menarik kembali pandangan. Tak bertanya lebih lanjut, hanya melontarkan: “Kalian orang kota... benar-benar suka bermain-main!”
Cheng Yun: “……”
Tiba-tiba Sang Mage berdiri, berkata: “Aku akan naik ke atas untuk istirahat, kalian teruskanlah.”
Cheng Yun mengangguk: “Bagus.”
Cheng Qiuye juga buru-buru bersikap sopan: “Baik, Guru Cai silakan beristirahat. Besok pagi jam berapa saya datang menjemput?”
Sang Mage ragu sejenak: “Nanti saja, pukul sepuluh.”
“Pukul sepuluh?” Cheng Qiuye tertegun.
“Hm, memang agak siang. Karena obat yang kubicarakan sebelumnya sudah kudapat, besok pagi akan ada yang mengantarkannya. Setelah kuambil obatnya, barulah kau datang menjemput.”
“Sudah didapat?” Cheng Qiuye kembali tertegun.
“Hm.”
“Terima kasih Guru Cai!” Cheng Qiuye buru-buru mengucapkan terima kasih.
“Tidak usah sungkan.”
Setelah berkata demikian, Sang Mage pun berjalan menuju lantai atas.
Feng Han dan Lin Yuanwu tidak bersuara, hanya Lin Yuanwu yang terus mengangkat kepala menatap tajam Sang Mage.
Setelah Sang Mage pergi, Feng Han baru bertanya: "Obat apa itu?"
"Katanya ramuan langka yang bagus untuk suara." Cheng Qiuye tidak menyembunyikan, tapi juga tidak menjelaskan detail.
"Guru Cai ini benar-benar perhatian padamu." Feng Han tersenyum.
"Guru Cai memang baik hati." Cheng Qiuye menjawab.
Tiba-tiba Cheng Yun berdiri sambil berkata: "Jangan banyak omong! Kau juga cepat pulang, aku mau tutup toko."
Ia melirik jam tangannya: "Hmm, sudah lewat pukul sembilan. Aku mau ke atas melihat karyawanku main game."
Mata indah Cheng Qiuye langsung membeku, sikap manja penggemarnya tadi lenyap seketika. Dengan wajah masam ia protes: "Maksudmu apa?! Kakak baru duduk sebentar di sini, sudah mau mengusir kakak? Sungguh tak tahu sopan santun!"
Wajah Cheng Yun langsung menghitam. Tak mau berdebat dengan sepupu bebal ini, ia buru-buru melambaikan tangan: "Cepat pergi... Cepat pergi..."
Cheng Qiuye mendengus keras, namun akhirnya berdiri dan pergi.
Sebelum pergi, dia menyambar sebuah Apple dari meja kopi, mengelapnya pada bajunya sekali lalu menggigitnya. Kruuk-kruuk suara renyah apel yang berair memenuhi ruangan.
Feng Han dan Lin Yuanwu juga kembali ke kamar mereka.
Yin Nuxia terus live streaming sampai pukul sebelas malam. Jumlah penonton di live streaming-nya 500.000, barulah di tengah desakan penonton yang enggan melepas, dia menonaktifkan dan kembali ke kamar untuk berlatih kungfu.
Cheng Yun juga kembali ke kamarnya.
……
5 Maret, Senin.
Jingzhe (Guntur Musim Semi).
Hari ini menandai awal Musim Semi Pertengahan. Konon di hari ini, gemuruh guntur musim semi bergema di langit tiada henti, membangunkan makhluk-makhluk yang sebelumnya bersembunyi di dalam tanah tanpa makan-minum selama musim dingin. Setelahnya cuaca mulai menghangat, intensitas hujan meningkat, dan bumi Tiongkok memasuki musim membajak sawah.
Pukul tujuh pagi, Cheng Yun terbangun dalam keadaan berkunang-kunang.
Tiba-tiba, ia merasa seolah ada sesuatu yang menempel di lehernya, hangat dan lembap, dengan hembusan napas kecil nan hangat menerpa lehernya secara berirama.
Sensitivitas kulit di lehernya membuatnya menyadari irama mirip napas ini.
Tirai jendela tertutup rapat, kamar gelap gulita.
Cheng Yun mengulurkan tangan menyentuh, merasakan bulu lembut yang masih hangat.
Plak!
Ia menyalakan lampu.
Cahaya langsung membanjiri ruangan.
Benda yang bersandar di lehernya terkejut oleh cahaya, tanpa sadar menggeliat dan meringkuk lebih dalam ke lekuk lehernya, seolah ingin menjadikan lehernya tameng dari cahaya.
Cheng Yun langsung duduk tegak, menatap tajam benda kecil ini.
Benda kecil itu bahkan mengayunkan cakar di udara, seolah ingin meraba keberadaan Cheng Yun yang tiba-tiba menghilang.
Cheng Yun menarik sudut bibir, melihat di sampingnya ada boneka hiu kecil berwarna biru.
Benda kecil ini……
Kamar gelap tiba-tiba menjadi sangat terang, benda penghalang cahaya lenyap lagi, membuat loli yang sedang tidur pulas merasa tidak nyaman. Maka ia mengangkat kepala dan membuka mata sedikit, melirik Cheng Yun sebelum kembali merebahkan kepala. Dengan cakar kecilnya menutupi kedua mata, hanya memperlihatkan hidung mungil dan mulut imut, kedua "telinga"-nya pun terkulai.
Cheng Yun menarik sudut bibir, melihat di bantal berserakan banyak bulu putih, dengan wajah pasrah ia mencolek perutnya: "Bangun!"
Hm~~
Loli menggerakkan cakarnya, di depan mata membentuk celah sempit. Mata di balik cakar menyipit memandangnya.
Cheng Yun menghela napas: "Kamu punya ranjang sendiri, bagaimana bisa sampai ke ranjangku?"
Loli masih mempertahankan postur ini sambil menatap tajam padanya, seperti anak-anak yang baru dibangunkan orang tua di subuh hari untuk berangkat sekolah—masa transisi antara tidur dan sadar dimana mereka enggan bergerak sedikitpun.
Cheng Yun kembali menyentuhnya dengan jari.
Barulah loli bereaksi, tubuhnya menggeliat tanpa sadar di bawah bantal Cheng Yun, mengeluarkan erangan lembut "en...ning...".
Cheng Yun menghela napas, lalu berbalik dan langsung mulai mengenakan bajunya.
Saat ia selesai berpakaian, makhluk kecil ini pun telah bangun. Dengan malas ia berdiri, satu cakar depan menekan mainan hiu kecilnya, menatap Cheng Yun dengan tatapan takjub.
Cheng Yun bertanya lagi: "Kenapa kamu bisa sampai di sini?"
Ekspresi loli langsung berubah kebingungan.
Cheng Yun: ……
Cheng Yun menunjuk bekas tempat tidurnya sambil berkata: "Lihatlah! Sekarang bulumu semakin parah rontoknya. Masih juga nekat tidur di ranjangku—harus sampai memenuhi seprai dengan bulu barulah puas!"
Loli menundukkan kepala, menatap takjub ke arah yang ditunjuk jarinya.
Baru bangun, pikirannya masih kosong. Susah payah mencerna perkataan manusia ini, lalu ia mengangkat kepala menyapu pandang sekilas bantal Cheng Yun. Tiba-tiba berlari kecil beberapa langkah, menunduk mencari sehelai rambut hitam, menunjuk dengan cakar, lalu mengangkat kepala memandang Cheng Yun.
Cheng Yun："……"
Tak lama kemudian, Cheng Yun mulai mandi.
Loli sibuk lompat kesana kemari di kamar, berburu satu per satu bulu yang rontok dari tubuhnya, lalu mengumpulkannya ke dalam kotak sepatu.
Pukul delapan malam, Cheng Yun menyelesaikan sarapan. Satu per satu ia mengetuk pintu kamar Sang Mage, Yin Nuxia, dan gadis kecil Yu Dian.
Sekitar pukul setengah sepuluh, dari kamar Sang Mage terdengar suaranya—
"Beres!"
"Luar biasa!"
Yin Nuxia yang berada di seberang dengan sigap menangkap suara ini, memisahkannya dari deru mobil di luar. Maka dengan mata penuh rasa ingin tahu, ia turun dari tempat tidur mengenakan sandal, keluar kamar menuju ruangan Sang Mage.
Bersamaan dengan itu, di atas gedung, kuping loli kecil berkedut, juga mendengar suara tersebut.
Ia menatap ikan-ikan kecil dan kepiting tambahan di kolam ikan selama beberapa detik, akhirnya berdiri memutuskan untuk turun memeriksa situasi.
Sebagai penguasa wilayah yang kompeten, harus memahami setiap tanda bahaya sekecil apapun di daerah kekuasaannya!
