"Kalian bertiga menginap di sini hari ini?" Cheng Yun tertegun, sebelumnya saat Feng Han menelepon hanya memesan satu kamar.
"Hm, tapi kami bertiga bisa tidur sekamar." Feng Han mengangguk padanya, "Maaf merepotkan, Bos Cheng."
"Maaf merepotkan maestro!" Zhu Jiayan juga membungkuk hormat, "Aku dengar Kak Feng dan Kak Yuanwu tergila-gila gaya hotel yang Bos buka, jadi tadi ikut ramai-ramai datang. Jika ada yang mengganggu, mohon dimaafkan!"
"Bukan masalah besar, hanya hal sepele. Cuma aku khawatir kamar standar untuk tiga orang akan terlalu sempit."
"Tidak perlu khawatir, dulu kami pernah bertiga berdesakan di tenda saat jalan-jalan!" Feng Han tersenyum.
Lin Yuanwu juga mengangguk setuju.
Zhu Jiayan tertegun sejenak, berpikir sebentar lalu berkata: "Jika Yang Mulia merasa tidak nyaman membiarkan tiga orang tinggal di satu kamar, saya bisa datang lain kali!"
Cheng Yun melambaikan tangan: "Tidak ada yang tidak nyaman, saya hanya khawatir kalian tidak merasa nyaman."
Zhu Jiayan segera membungkuk sedikit lagi: "Kalau begitu terima kasih banyak, Yang Mulia!"
"Tidak usah sungkan."
Cheng Yun menarik sudut bibirnya, kenapa dia selalu merasa anak ini agak aneh... Apa dia baru pulang studi dari Jepang?
Setelah mengatur kamar untuk mereka, mereka pun naik ke lantai atas.
Sang Mage tiba-tiba berkata: "Kepala Stasiun, soal itu... Sebelumnya saya bilang ingin pergi mengobrol dengannya."
Cheng Yun melambai-lambaikan tangannya: "Pergilah! Aku benar-benar tidak mengertimu. Di luar sana banyak pria tampan tidak kau minati, malah nekat pergi ke tempat hantu itu ngobrol ngalor-ngidul dengan seorang paruh baya pemabuk..."
Sang Mage wajahnya menghitam: "Kepala Stasiun..."
Cheng Yun langsung menutup mulutnya dan bergegas naik ke lantai atas.
Sang Mage buru-buru mengikuti.
……
Pukul enam setengah malam.
Keempat orang dan satu makhluk telah menyantap makan malam. Gadis kecil Yu Dian kembali bersemangat merebut tugas mencuci piring, sementara Sang Mage mulai bertugas jaga. Yin Nuxia meringkuk di sofa resepsionis sambil memeluk kaleng Sprite, sedangkan Cheng Yun juga menggendong si loli kecil sambil mengusap-usap bulu di punggungnya.
Tak lama, Cheng Yun bertanya: "Apa saja yang kalian bicarakan hari ini?"
Yin Nuxia waspada mengangkat kepala, namun setelah menyadari Sang Kepala Stasiun tidak sedang berbicara dengannya, ia pun menundukkan kepala kembali sambil terus menggigit sedotan dan menyeruput perlahan-lahan.
Sang Mage berpikir sejenak: "Campur aduk. Dia bertanya apakah aku tertarik mempelajari sistem kultivasi dari dunianya."
"Bagaimana jawabanmu?"
Sang Mage memandangnya dengan bingung, seolah bertanya-tanya mengapa pertanyaan seperti ini muncul: "Aku ini Mage lho! Sudah punya jalan kultivasi sendiri yang tak akan kuselesaikan seumur hidup. Ngapain mencari jalan lain?"
Setelah berpikir sejenak, ia menambahkan: "Dan meskipun peradabannya misterius dan memiliki banyak kelebihan, tetapi pada dasarnya masih relatif feodal - sistem kultivasi dan ilmu pengetahuannya dikuasai oleh organisasi yang disebut sekte, dan dilarang diajarkan ke orang lain. Ini adalah pola pikir feodal yang khas. Secara objektif, pola pikir seperti ini sangat merugikan perkembangan peradaban. Jadi peradaban mereka kekurangan pelopor reformasi dan seribu tahun pengembangan terbuka. Dibandingkan dengan kita yang sudah melakukan Reformasi dan Keterbukaan selama ribuan tahun, mereka masih agak tertinggal. Tapi jika memungkinkan, saya ingin mencatat sistem kultivasi peradaban mereka untuk dipelajari, dibandingkan, dan menyerap kelebihannya. Namun kecil kemungkinan saya beralih ke sistem itu."
Cheng Yun mengangguk setelah mendengarkan, menunjukkan persetujuannya.
Memang, sebuah peradaban feodal sulit menandingi peradaban yang terbuka. Tidak mudah mengatakan sistem kultivasi dunia pria paruh baya mana yang lebih unggul dibanding sistem Dunia Kun Zhen, namun jelas bahwa Dunia Kun Zhen telah memulai reformasi keterbukaan terlebih dahulu dan saat ini berada di depan.
Kebijaksanaan segelintir orang takkan bisa menandingi kecerdasan seluruh dunia.
Pola pikir tertutup juga kalah dengan mentalitas terbuka Sang Mage yang "mempelajari segala sesuatu yang memiliki kelebihan".
Inilah perbedaan utama antara zaman kuno dan modern.
Tentu bukan berarti peradaban feodal pasti lebih rendah dari yang terbuka, hanya kemungkinannya sangat kecil - jalan yang ditempuh peradaban feodal dalam sepuluh ribu tahun, mungkin bisa diselesaikan peradaban terbuka dalam 100 tahun. Jadi membandingkan Dunia Kun Zhen saat ini dengan dunia pria paruh baya itu tidak adil, perbandingan yang lebih setara seharusnya antara Dunia Kun Zhen seribu tahun lalu dengan dunia pria paruh baya.
Untuk sementara kita sebut Dunia Cincin - pria paruh baya pernah mendengar "Tuhan Ruang-Waktu" dari dunianya menyebut alam semesta mereka sebagai Semesta Cincin.
Namun "dunia" dan "alam semesta" jelas berbeda: Alam semesta merujuk pada seluruh ruang dan waktu, sedangkan istilah dunia seharusnya juga mencakup segalanya. Tapi seringkali dipahami secara sempit seperti ruang hidup manusia di planet atau permukaan bumi, bahkan menyempit hingga area budaya tertentu.
Dunia Cincin, istilah yang digunakan Cheng Yun untuk merujuk pada planet si pria paruh baya.
Tiba-tiba Sang Mage melirik Yin Nuxia: "Dia juga meminta saya bertanya pada Nuxia, apakah tertarik mempelajari sistem kultivasi dari dunianya."
Yin Nuxia yang sedang menggigit sedotan dan menyeruput Sprite terpaku, berkata dengan wajah takjub: "Apa urusanku..."
Sang Mage mengangkat bahu: "Dia sangat ingin melanjutkan warisan peradaban dunianya. Ini mungkin satu-satunya keinginannya sekarang, sekaligus kehendak utama yang menopangnya."
"Bagaimana jika keinginannya sudah terpenuhi?" tanya Cheng Yun.
Sang Mage terdiam sambil berpikir, setelah beberapa saat ia menggelengkan kepala dan berkata: "Aku juga sulit mengatakannya. Dari interaksiku dengannya selama dua hari ini, kurasa mungkin dia akan melakukan hal yang diinginkannya tanpa beban, melepaskan simpul di hatinya. Tapi mungkin juga dia merasa telah menyelesaikan keinginannya, tidak ada lagi yang menopangnya untuk terus hidup di dunia ini... lalu mengikuti akhir seperti semua makhluk di dunianya..."
Cheng Yun mengerutkan kening dalam-dalam mendengar itu.
Sang Mage berhenti sejenak, lalu melanjutkan: "Ini tergantung apakah dia bisa keluar dari bayangan kehancuran alam semesta. Jika bisa, dia akan kembali menjadi dewa pedang yang bebas dan tak terikat. Jika tidak, dia hanya akan menjadi seorang kakek tua yang hancur oleh kehancuran alam semesta, kebanggaannya remuk, dan sudah cukup hidup."
"Pusing!"
Cheng Yun tak bisa menahan diri menarik sudut bibir: "Ini kembali ke dirinya sendiri, sulit bagi kita untuk membantunya. Aku juga tak punya banyak waktu untuk menasihatinya. Paling-paling aku bisa usahakan agar dia tidak menganggur, tidak tenggelam dalam masa lalu, lebih banyak berinteraksi dengan dunia ini, dan hidup lebih berwarna. Lebih dari itu bukan tanggung jawabku. Jika nanti kukirim dia ke dunia lain, walau setelah meninggalkan warisan dia tetap memilih bunuh diri, itu urusannya. Lagipula aku tak akan menyaksikan."
Sang Mage mengangguk: "Sudah lebih dari cukup. Ngomong-ngomong, rencana apa untuknya?"
"Dia bisa apa?" Cheng Yun membalas bertanya.
"Dia... sebenarnya orang yang cukup mengalir. Dulu juga bukan sosok tinggi hati, lebih sering mengembara ke berbagai penjuru dunia. Kalau sudah berjanji mau bekerja, apapun tugasnya pasti akan dia jalani tanpa keberatan." Jawab Sang Mage.
“Tentu saja dia tidak akan keberatan. Sekarang ini, selain ingin aku mengirimnya ke dunia baru, dia tidak peduli apa pun!” Cheng Yun mengusap kedua sisi keningnya dengan ekspresi geli di selangkangan, “Aku kok merasa semakin mundur hidup ini. Bahkan beradi diskusi seperti anak-anak di sini membahas cara menyelamatkan anak kucing yang jatuh ke air.”
Mendengar itu, si loli langsung membalikkan badan, mengangkat kepala tinggi-tinggi untuk menatapnya, lalu secepat kilat menarik kembali pandangannya.
Sang Mage juga tersenyum kecil.
Beberapa saat kemudian, Cheng Yun bertanya lagi: “Menurut kalian, apa yang bisa dia lakukan? Kasih saran dong?”
Sang Mage mengusulkan: “Bagaimana kalau dia melakukan pekerjaan yang sama dengan Nuxia?”
Yin Nuxia langsung mengangkat kepala dengan wajah penuh kewaspadaan, sedotan di mulutnya sudah hancur tergigit-gigit.
“Merebut nasibku?!”
“Masih ada lantai dua!”
“Tapi lantai dua sudah dikerjakan Tante Tang!”
“Emm...”
Setelah beberapa saat, Yin Nuxia tiba-tiba matanya berbinar: "Di lantai atas kan ada kompor guokui yang ditinggalkan si raksasa, bisa disuruh jual guokui! Kalau hubungan sudah akrab aku bisa gesek dua biji, hehe..."
Sang Mage merenung sejenak: "Ini ide yang bagus."
Cheng Yun berkata: "Masih belum tahu apakah dia mau, meski tidak terlihat sombong, tapi hal seperti ini sulit dipastikan."
Sang Mage menguap panjang.
Si loli meringkuk di pangkuan Cheng Yun, kadang menoleh ke yang ini, kadang ke yang itu, sayangnya semua omongan mereka tidak dimengertinya, merasa sendiri tak bisa bersosialisasi.
Duduk sebentar, Yin Nuxia mengangkat pergelangan tangan melihat jam elektronik anak-anaknya, berteriak: "Ya! Aku harus live streaming!"
Setelah berkata demikian, ia menarik napas dalam-dalam lalu menghabiskan Sprite-nya. Suara guluk guluk terdengar saat ia menyedot habis minuman itu. Bahkan setelah itu, ia masih menggoyang-goyangkan kalengnya untuk memastikan benar-benar kosong, baru kemudian melemparkan kaleng minuman itu dan berlari menuju lantai atas. Kuncir kuda di belakangnya bergoyang riang.
Beberapa saat kemudian, Cheng Yun juga membawa loli ke atas untuk beristirahat. Di resepsionis hanya tersisa Sang Mage yang masih berjaga shift.
……
Xianyu Terapung adalah pulau-pulau yang mengambang di langit, hampir mirip dengan "Kota Langit" tempat ras dewa tinggal di dunia asal Sang Mage dahulu kala.
Di dunia ini terdapat tiga belas Xianyu Terapung. Konon di zaman kuno jumlahnya lebih banyak, namun beberapa kemudian jatuh. Pulau-pulau terapung ini menyembunyikan diri di balik awan putih sepanjang tahun. Tapi jika cuaca tak berawan, orang biasa di tanah pun bisa melihat bayangan samarnya. Legenda menyebut ini adalah tempat tinggal dewa, dan benar-benar ada yang pernah melihat "dewa" turun dari sana ke duniawi.
Langit gelap, diselubungi awan kelam bak kiamat, cahaya redup bagai waktu peralihan siang-malam.
Dunia semakin dingin, baru saja musim panas, sebagian besar daerah sudah turun salju.
Setiap hari banyak yang mati beku di seluruh penjuru dunia. Setiap negara dilanda pemberontakan rakyat. Terdengar teriakan "Dewa Langit murka", "Kiamat sudah dekat", "Raja tak berbudi menghina para dewa" yang memicu perang. Rakyat tak ingin berperunah, tapi sadar hanya dengan merampas gudang makanan pejabat dan pengusaha kaya mereka bisa bertahan di tahun tanpa panen ini.
Seluruh dunia terjerumus dalam kekacauan.
Para praktisi kultivasi juga tersiksa.
Energi spiritual di dunia semakin menipis dan kacau setiap hari. Baik kultivator maupun makhluk jahat, semua menderita dalam ketakutan akan hal tak dikenal.
