“Yueshi adalah nama Tao yang diberikan Shifu kepadaku, karena pada malam dia menerimaku sebagai murid terjadi gerhana bulan. Orang tua itu merasa karakter 'Shi' (makan) tidak baik, jadi menyebutku Yue Shi (Bulan Gerhana).” Chang Yao mengangkat kepala sedikit, wajahnya menunjukkan kilasan nostalgia, "Ternyata sudah ratusan tahun. Selama ini aku lebih banyak mengembara di dunia, jarang ada yang memanggil nama Tao-ku. Kebanyakan memanggilku kultivator, pengemis, atau 'pria itu'."
“Kalau begitu, orang yang memanggil nama Tao-mu pastilah yang lumayan akrab denganmu?” Cheng Yun menyipitkan mata bertanya.
“Akrab memang, tapi belum tentu hubungan baik.” Kata Chang Yao, “Sekarang ini, dari yang bisa menyebut nama Tao-ku, setidaknya dua pertiga adalah iblis besar yang pernah berperang denganku!”
"Oh! Jadi 'Chang Yao' adalah nama lahirmu?" Cheng Yun menggenggam labu arak dengan satu tangan dan botol kaca di tangan lainnya, dengan hati-hati menuangkan cairan dari labu ke dalam botol. Aroma arak samar terus tercium selama proses ini.
"Apa maksudmu nama lahir? Itu nama pemberian orangtuaku sebelum aku mulai berkultivasi... Sisakan sedikit untukku!"
"Apa di zamanmu tidak ada konsep nama lahir..." Cheng Yun berpura-pura tak mendengar protesnya, tetap fokus menuangkan sambil bertanya, "Jadi harus kupanggil Kultivator Yue Shi atau Chang Yao?"
"Chang Yao saja. Kultivator Yue Shi... sudah tiada. Menambahkan 'kultivator' di belakangnya terasa agak aneh, tapi terserah, yang penting kau nyaman. Lagipula nama hanya sekadar label."
"Baiklah." Cheng Yun mengangguk, "Tadi kau menyebutkan shifumu, berarti kau punya garis perguruan resmi?"
"Aku mewarisi ilmu dari Sekte Pedang Tiga Domba, dibimbing oleh Kultivator Qing Shui."
“Sekte Tiga Domba Pedang……Lalu mengapa kau akhirnya meninggalkan sekte dan mengembara?”
“Karena sekte itu sudah hancur total!” Kata Chang Yao dengan santai saat membicarakan hal ini.
“Hancur total?”
“Hm, takdir para sekte pedang.” Ujar Chang Yao, melihat Cheng Yun masih bingung, ia menjelaskan, “Mayoritas praktisi mempelajari jurus pedang, karena jurus ini mudah dikuasai dan bisa membuatmu jadi sangat kuat. Di tengah kekacauan dunia iblis ini, setidaknya harus punya kekuatan tempur untuk bebas menjelajah jagat. Hanya anggota sekte pedang yang secara khusus mempelajari jurus pedang, dan hanya jurus pedang - mengkhususkan diri pada jurus pedang adalah hal yang sangat membosankan, karena ilmu-ilmu seru dan menarik lainnya sulit kau pelajari.”
“Lalu mengapa sekte pedang hanya berkultivasi jurus pedang? Sekte pedang adalah organisasi kultivasi yang berada di pinggiran wilayah kekuasaan iblis, atau yang bertugas menindas kekuatan makhluk jahat. Makna keberadaan mereka adalah untuk menangkal iblis dan bertarung melawan makhluk jahat. Dalam pertempuran, kemenangan dan kekalahan adalah hal biasa.”
“Oh begitu.” Cheng Yun mengangguk sambil menuangkan arak hingga hampir penuh, lalu mengembalikan labu arak itu ke Chang Yao Daoren, “Jangan bilang aku tidak menyisakan untukmu!”
“……” Begitu menerima labu itu, Chang Yao Daoren langsung tahu berapa sisa arak di dalamnya. Ia menghela napas pasrah, “Cuma dua teguk kau sisakan!”
“Tak apa, akan kuambilkan ember air!” Cheng Yun mengangkat botol arak dan mengambil mangkuk serta sumpit yang tersisa, lalu membuka pintu lebar-lebar.
“Cepatlah!” seru Chang Yao Daoren sambil menengadah dan menenggak habis dua teguk arak itu.
“Jangan minum langsung dari mulut botol!!”
……
"Mangkuk-mangkuk semua taruh di sini, biar aku yang cuci!" Cheng Yan berkomentar tenang.
"Aku ikut bantu!" Tang Qingying juga menawarkan diri.
"Baiklah, jarang-jarang kalian berdua semangat membantu seperti ini." Cheng Yun meletakkan semua peralatan makan di bak cuci piring.
"Bukan begitu, sih!" Tang Qingying buru-buru membantah, dia tidak ingin meninggalkan kesan pemalas di hati kakak iparnya, "Sebenarnya Kak Yu Dian terlalu rajin, aku selalu kalah cepat darinya! Kalau Kak Yu Dian tidak ada, pasti tiap hari aku yang cuci piring!"
Cheng Yan di samping mengingatkan dengan santai: "Bicara jangan terlalu mutlak, nanti benar-benar terjadi."
Tang Qingying membalikkan matanya sambil menggosok piring: "Cih! Kamu tidak mengerti, bisa mencuci piring untuk kakak ipar itu suatu kebahagiaan. Lagipula kakak ipar yang masak, aku yang cuci, kalau dipikir-pikir..."
"Diam kau!" Cheng Yan memotongnya.
"Kakak ipar lihat betapa jahatnya dia..." suara Tang Qingying terdengar merengek penuh keluhan, dengan nada yang sangat imut.
“Diam! Aku sampai merinding!” Cheng Yan terus membentaknya.
Melihat Cheng Yun tidak mau menjadi pelindung yang tepat, Tang Qingying pun terpaksa menutup mulutnya untuk menghindari kena pukul.
Tiba-tiba, Cheng Yan tertegun. Matanya menatap tajam peralatan makan di bak cuci piring yang sudah dicuci sekali dan siap dibilas ulang. Sekilas dia merasa jumlahnya tidak sesuai, lalu menghitungnya satu per satu. Ternyata memang tidak sesuai.
“Kenapa ada satu set mangkuk dan sumpit tambahan?”
“Apa?” Tang Qingying menatapnya dengan curiga.
“Kita cuma enam orang di sini, tapi ada tujuh mangkuk dan tujuh pasang sumpit. Aneh...”
“Ada juga kucing siluman.” kata Tang Qingying.
Awalnya si loli kecil yang sudah kenyang itu hanya berbaring di sofa sambil memeluk boneka hiu kecilnya tanpa mau bergerak. Tapi mendengar itu, ia seketika mengangkat kepala dan memandang ke arah dapur kecil dengan tatapan penuh kebencian—hanya saja fitur wajahnya yang berbeda dengan manusia. Jika sama, pasti terlihat jelas makhluk kecil ini sedang mengerutkan alis erat-erat, seolah siap menyerbu kapan saja.
Tapi setelah melirik Cheng Yun yang di sebelah, ia menggerutu sesaat sebelum akhirnya terjatuh kembali ke posisi semula, terus memeluk boneka hiu sambil menatap kosong.
"Loli kecil pakai mangkuk makan, lagipula dia tidak bisa pakai sumpit," kata Cheng Yan sambil mengerutkan alis.
Cheng Yun yang sudah lama duduk di sofa akhirnya membalikkan matanya, "Apa kamu kecanduan jadi Sherlock Holmes? Saat aku memasak lauk pauk, apakah perlu pakai mangkuk terpisah untuk menyimpan isian daging, memukul telur, atau mencampur kecap?"
Cheng Yan menyadari kebodohannya sendiri, tidak bersuara lagi.
Beberapa saat kemudian, Tang Qingying berkata lagi: "Ngomong-ngomong! Jurusan kami akan mengadakan perlombaan olahraga akhir bulan ini, kalian bagaimana?"
"Minggu depan berikutnya." Cheng Yan menjawab.
"Hampir tidak beda beberapa hari! Sudah mendaftar belum?"
"Sudah."
"Apa yang kau daftarkan?"
"Banyak." Cheng Yan berkata, "Konselor akademik bilang selama aku mau membantunya dapatkan sedikit harga diri di perlombaan, bolos sekolahku bisa sedikit dimaklumi."
"Konselor segitu lucunya... Banyak itu contohnya apa saja?"
"Lari jarak jauh, lari pendek, lari menengah dan lari gawang. Lompat statis, lompat momentum, lompat tiga tingkat dan lompat tinggi." Cheng Yan menjelaskan, "Meski tiap orang cuma bisa dapat kredit dari tiga proyek, tapi dapat beberapa piagam masih bisa diterima."
“……”
"Kalau kamu?" Cheng Yan bertanya.
"Aku... Aku tidak mendaftar apa pun." Tang Qingying berkata, "Hari perlombaan itu sama dengan libur tiga hari!"
"Benar-benar tidak mendaftar apa pun?"
“Ya, jelas sudah bukan saat kecil lagi. Sekarang dada berkembang terlalu besar, tidak cocok untuk olahraga. Kalau tidak, sedikit saja mulai berlari langsung bergelombang dahsyat, terlalu menjadi beban, apalagi ada risiko terus-menerus ditatap tajam oleh sekumpulan kaum cupu yang mengira 'aku mengintip di kerumunan, pasti tidak ketahuan'.” Tang Qingying menghela napas, lalu melirik Cheng Yan dengan penglihatan tepi, “Sungguh aku iri padamu!”
“……” Cheng Yan menggigit giginya.
“Aku serius, kadang aku benar-benar iri dengan posturmu seperti ini. Tapi hanya kadang-kadang saja…”
Tiba-tiba Cheng Yun yang sedang asyik bermain ponsel batuk dua kali.
“Ahem! Aku masih ada di sini!”
Cheng Yan memalingkan wajah ke arah Cheng Yun, pipinya yang cantik langsung memerah, lalu ia melotot ke arah Tang Qingying.
Tang Qingying hanya menjulurkan lidah dengan senyum lebar, membuat Cheng Yan sangat mencurigai ini sengaja dilakukan!
Saat itu Cheng Yun bertanya, “Kapan kompetisimu? Rabu, Kamis, Jumat minggu depan ya?”
“Ngapain kamu nanya itu?” Cheng Yan waspada.
“Aku mau nonton, sekalian nyemangatin kamu!” Cheng Yun tersenyum, “Abis lari marathon aku juga bisa kasih kamu glukosa!”
“Aku juga ikut!” Tang Qingying langsung angkat tangan, pikirannya sudah membayangkan duduk berdampingan dengan kakak ipar di lapangan hijau, jantungnya berdebar kegirangan.
“Gak perlu ada yang ngasih glukosa. Lari 3.000 meter mah gampang. Tiap hari aku lari santai aja bisa 7-8 kilometer. Mending kamu diem di rumah jadi ikan asin!” Ekspresi Cheng Yan datar. Dalam hatinya, kehadiran Cheng Yun di lokasi pasti bakal ganggu konsentrasinya—kayak murid SD yang dagdigdug takut ketahuan ortu mengintip di luar kelas, tekanan psikologisnya gila!
Mata Tang Qingying berkilat licik: “Aku yakin kakak ipar takut nanti cewek-cewek lain abis lari langsung dikerubinin cowok bawa glukosa, sedangkan kamu malah sepi. Nanti malu kan? Makanya dia… Wah perhatian banget sih kak!!”
Cheng Yan kembali menggigit giginya, melotot padanya sambil berkata perlahan: "Pertama, aku tidak akan merasa malu; Kedua, banyak orang yang akan mengantarkan glukosa untukku; Ketiga, OSIS jurusan itu dengan anak-anak polos mereka akan mengorganisir tim pendukung untuk atlet. Jadi tak perlu kalian repot-repot."
"Baiklah, kami hanya akan menonton saja," kata Cheng Yun. "Membawa glukosa untukmu saja aku malas mengangkatnya!"
"Tidak perlu! Kamu baik-baik saja jaga toko, jangan keluyuran terus!"
"Mengapa kamu selalu tak mau aku datang menonton?" Cheng Yun terpaku, tiba-tiba terpikir suatu kemungkinan, "Jangan-jangan kamu diam-diam punya pacar di sekolah, takut ketahuan oleh kakakmu ini?"
Cheng Yan belum sempat menjawab, Tang Qingying sudah mendesis tertawa.
"Hah!!"
Terlihat dia mengangkat satu tangan, menggunakan punggung tangan untuk menutupi mulutnya sambil mengatupkan bibir erat menahan tawa, mengeluarkan suara "Pu! Pu! Pu!", bahunya terus bergetar halus. Sudut mata dan alis yang tidak tertutup tangan dipenuhi senyum lebar.
"Apa yang lucu!?" Cheng Yan melotot!
"Iya, kenapa kau tertawa?" Cheng Yun juga bertanya dengan bingung.
"Maaf... Pu! Pu! Pu!... Benar-benar tidak bisa menahan tawa! Sungguh minta maaf!" Tang Qingying menjawab sambil terkekeh, "Kakak ipar ini sedang bercanda ya? Yan-yan kita bisa dapat pacar? Kalau sampai aku mati ketawa, kakak tidak akan menemukan adik ipar perempuan yang lincah manis, polos lugu berwajah malaikat dengan cup C seperti aku lagi!"
“……”
“……”
Beberapa saat kemudian, jerit kesakitan Tang Qingying memenuhi udara. Cheng Yun pura-pura tak mendengar, menunduk menggesek ulasan tamu tentang hotel di Meituan.
Di platform daring hampir seragam ulasan bagus!
Bahkan jika sesekali ada satu dua ulasan non-bintang lima, semuanya menyampaikan ketidaksukaan dan ketidakpuasan dengan sangat tenang dan objektif, lalu memberikan empat bintang atau tiga bintang.
Hampir tidak terlihat penilaian buruk satu bintang.
Cheng Yun bisa dibilang cukup puas.
