Siang hari.
Hidangan demi hidangan disajikan ke meja oleh Yin Nuxia dan gadis kecil Yu Dian. Sang Mage di resepsionis terus-menerus mengendus dan menelan air liur – ia benar-benar ingin menyelinap mencicipi sepotong saat Yin Nuxia naik tangga!
Harga diri seorang Mage mencegahnya!
Baru setelah hidangan terakhir disajikan di meja, Sang Mage meluruskan punggung, mengangkat kepala melewati resepsionis melirik meja kopi, tak kuasa berkomentar: "Hari ini benar-benar meriah ya!"
Gadis kecil Yu Dian mengangguk, mengeluarkan suara "Hm" pelan.
Ia duduk berdampingan dengan Yin Nuxia.
Tak lama kemudian, bayangan putih menyusuri tangga turun berlarian, langsung menuju meja kopi lalu melompat ke atasnya dengan lincah.
Seorang tamu yang lewat di depan resepsionis segera menatap Sang Mage berteriak: "Yang Mulia Loli mencuri makanan!"
Sang Mage langsung merasa dijebak—padahal di sebelah ada dua orang yang duduk, kenapa tidak teriak ke mereka malah ke aku? Ini jelas-jeras pengkhianatan!
Namun ia tetap tersenyum kepada tamu itu: "Yang Mulia Loli tidak akan mencuri makanan..."
Kalaupun Yang Mulia Loli mencuri makanan, apa gunanya memberitahu saya?
Sang Loli mengarahkan pandangan penuh amarah ke arah pria itu.
Orang itu berdiri kaku di tempat tertegun sejenak, melihat Sang Loli memang hanya duduk tegak di meja kopi sebelah mangkuk makannya, tidak mencuri makanan, baru berkomentar heran: "Ternyata di dunia ini benar-benar ada kucing yang tidak mencuri ikan!"
Sang Loli langsung berdiri, melengkungkan tubuh, mengeluarkan suara dengusan ancaman yang rendah!
Orang itu terkejut dibuatnya, buru-buru menuju tangga naik ke lantai atas.
Sang Mage kembali menatap ke atas tangga, benar melihat Cheng Yun turun dengan santai——
Biasanya Yang Mulia Loli akan menunggu hingga Sang Kepala Stasiun turun dulu baru ikut turun, hanya saja gerakannya lebih lincah dan larinya lebih cepat saja!
Sampai di pintu tangga, Cheng Yun tiba-tiba tertegun, berkata pada Yin Nuxia: "Paman Ketigamu? Kenapa tidak kau panggil dia turun?"
"Paman Ketiga?"
Yin Nuxia memiringkan kepala bingung, tapi dengan kelincahannya segera bereaksi, berdiri dengan enggan sambil berkata: "Akan ku panggil sekarang."
Gadis kecil Yu Dian hanya bisa terpaku, melirik ke kiri-kanan, hampir saja menuliskan kata "Paman Ketiga apa?" di wajahnya.
Bahkan Sang Mage dan loli pun menunjukkan kilatan kebingungan singkat di wajah mereka.
Cheng Yun duduk manis, tersenyum mengembang: "Paman Ketiga Yin Dan datang. Baru keluar dari RS, mungkin akan tinggal bersama kita beberapa waktu. Mengingat kita semua sudah seperti keluarga, pamannya ya pamannya kita juga. Ditambah dia sendirian yang memelas, biarlah makan bersama."
Gadis Yu Dian kembali terpaku.
Selama ini dia tidur dengan Yin Nuxia—eh, selama ini DITIDURI Yin Nuxia, kok tak pernah dengar ada paman ketiga? Bukannya katanya dia yatim piatu tanpa sanak saudara?
Sang Mage menarik sudut bibirnya. Geli di selangkangan hatinya tak tahu harus berbagi dengan siapa. Matanya iseng menoleh, tak disangka bertemu pandangan loli.
Di sorot mata loli hanya ada kebijaksanaan samar yang belum matang.
Beberapa saat kemudian, Cheng Yun memindai mereka satu putaran: "Ahem!"
Sang Mage segera meluruskan pinggangnya, bertepuk tangan sambil berseru: "Disambut meriah!"
Gadis kecil Yu Dian tertegun, ragu sejenak, lalu berkata dengan suara lemah: "Tambahan satu orang makan juga lumayan, lebih ramai."
Cheng Yun mengangguk mendengar itu, lalu melirik Sang Mage, bermaksud "Lihatlah pidato gadis kecil Yu Dian jauh lebih baik darimu, kesadaran Kawan kecil ini masih ketinggalan".
Sang Mage merasa kesal, beberapa saat kemudian memaksakan diri mengucapkan: "Sang Kepala Stasiun benar-benar Sejati baik hati!"
Cheng Yun langsung menarik sudut bibir mendengar kalimat ini, menarik napas dalam yang dingin, merinding memenuhi lengannya.
Loli memiringkan kepala, dengan kereaktifan yang lambat baru tersadar, mengangkat kepala: "Huu..."
Tak seorang pun mengerti maksutnya.
Tiba-tiba, Yin Nuxia turun membawa seorang pria paruh baya berjaket bulu angsa hitam usang dengan rambut semi-panjang terurai dan janggut pendek. Jaketnya yang terlalu lapuk warnanya terlihat keabu-abuan, menimbulkan kesan kusam. Yang paling menakjubkan adalah matanya - memancarkan kesan zaman layaknya pengembara, namun juga berkilau seperti cahaya yang biasa terlihat di mata anak muda penuh semangat.
Gadis kecil Yu Dian tertegun sejenak——
Penampilan "Paman Ketiga" ini benar-benar cocok dengan peran yang sedang ia garap akhir-akhir ini! Bahkan lebih kontras dari gambaran karakter dalam imajinasinya! Padahal dalam bayangannya, pengalaman hidup karakter tersebut sudah sangat kaya!
Tapi benarkah "Paman Ketiga" ini baru keluar dari rumah sakit? Bukankah biasanya rumah sakit akan memotong rambut pasien?
Berdiri di depan meja kopi, Yin Nuxia mengatupkan bibir sambil menggoyangkan bahu untuk menunjukkan keengganannya, baru kemudian berkata: "Perkenalkan, ini pamanku yang baru keluar dari rumah sakit, hm, Paman Ketiga."
Yu Dian Nuxia menatap tajam Chang Yao Daoren, sementara Sang Mage tak tahu harus memerankan apa.
Si loli memeriksa ke kiri-kanan. Tak ada yang bersuara. Kepalanya menunduk ragu-ragu sebelum akhirnya mempertahankan diam. Jangan sampai ia tampak tak selaras dengan grup orang biasa ini.
Yang paling terpaku adalah Chang Yao Daoren.
Keluar dari Rumah Sakit? Keluar dari rumah sakit apa?!
Apa settingan ini? Kok tidak diberitahu sebelumnya?!
Resepsionis terdiam sesaat.
Yin Nuxia bingung menghadapi situasi ini. Setelah berpikir sejenak, ia berkata: "Paman Ketigaku ini otaknya masih belum beres. Jika dalam beberapa hari ini dia melakukan kebodohan, mohon dimaklumi."
Usai berkata, ia menyatukan tinju dan menggelengkan tangan.
Mata Chang Yao Daoren membelalak.
Tiba-tiba ia merasa Kepala Stasiun dan Srikandi ini telah mengalokasikan "pekerjaan tersembunyi" untuknya. Adapun "pekerjaan tersembunyi" ini sebenarnya apa... Di hatinya tersirat firasat buruk!
Cheng Yun kembali batuk.
"Ahem!"
“Ah, tenang saja! Kami pasti akan banyak memaklumi, urusan ini sudah kami kuasai!” Sang Mage buru-buru menyela.
“Paman Ketiga, silakan duduk...” gadis kecil Yu Dian berkata pelan...
“Huu...”
“Benar, benar, silakan duduk.” Cheng Yun menyambut.
“Kalau Lao Fu... kalau begitu aku tidak akan segan lagi.” Daois Changyao tersenyum pada semua orang. Senyumnya sebenarnya ramah, tapi dipadukan dengan penampilannya yang berambut kusut dan berjanggut, di jalan besar mungkin bisa membuat anak kecil menangis ketakutan.
Sambil berkata demikian, ia mencari tempat duduk lalu menatap hidangan di meja sambil tersenyum dengan bibir terkatup, air liur sudah menggenang di mulutnya.
Diam-diam ia menelan ludahnya, khawatir membuat trauma satu-satunya orang biasa di sini — gadis kecil itu terlihat sangat patuh, dan yang terpenting, Yin Nuxia sudah memperingatkannya saat turun tadi untuk tidak menakuti Nona Yu-nya.
Yin Nuxia sendiri duduk di antara dia dan Cheng Yun.
“Mulai mulai!” Cheng Yun berkata sambil mengambil mangkuk makan loli dan mengisinya dengan nasi sayur, lalu meletakkannya di depan si loli. Ia kemudian berdiri menuju kulkas, “Untuk merayakan kedatangan Paman Ketiga Yin Dan, kalian mau minum apa?”
“Sprite!!”
“Aku… aku tidak perlu minum.”
“Es Teh Merah, terima kasih kepala stasiun.”
“Aku… ikut keponakan perempuanku saja, minum Sprite juga.” Daois Changyao berkata dengan tenang.
“Huu!”
Yin Nuxia buru-buru melotot ke arah Daois Changyao, sementara sang daoist tetap tenang tak tergoyahkan.
Cheng Yun secara bergantian menyerahkan minuman ke semua orang, lalu membuka yogurt untuk loli dan meletakkannya di depannya. Baru kemudian ia duduk dan mulai makan.
Si loli tertegun melihat Sprite di depan Yin Nuxia dan Daois Changyao, menunduk memandang yogurt di depannya. Setelah membeku sesaat, akhirnya diam-diam menjilat yogurt kental itu.
Beberapa menit kemudian, selain loli yang masih fokus menikmati makanannya dengan lahap, semua orang memperlambat tempo makannya dan menatap Daois Changyao.
Daois Changyao di meja terlihat melahap makanan dengan rakus, menjepit makanan dalam jumlah besar dari piring-piring tanpa peduli apakah itu daging, sayuran, potongan cabai, atau irisan jahe - semuanya disumpal ke mulutnya dan dikunyah keras-keras sampai mulutnya penuh minyak. Setelah mengunyah, ia memanggul mangkuk nasi dan menyekop nasi ke mulut dengan ganas sampai rongga mulutnya benar-benar penuh.
Adegan ini memiliki nilai tontonan yang tinggi dan sangat mampu meningkatkan selera makan penonton.
Sementara botol Sprite itu sama sekali tidak diminum Daois Changyao, bahkan segelnya pun tidak dibuka. Malah ia menyelinapkan botol itu ke saku jaket bulu angsa saat ada kesempatan.
Yin Nuxia terbelalak tak percaya: "Kau ini hantu kelaparan yang bereinkarnasi ya? Selama bertahun-tahun berkultivasi, kau belum pernah makan sama sekali?"
Mendengar itu, Daois Changyao langsung tertegun. Mulutnya masih penuh nasi, namun ia mengangkat kepala memandang Cheng Yun dan yang lain, lalu menatap Yin Nuxia——
Nuxia ini... Melanggar aturan nih!
Urusan seni immortal kok bisa diumbar begitu?
Tapi saat melihat semua orang seolah tak merasa aneh, kebingungannya semakin menjadi.
Gadis kecil Yu Dian melirik Yin Nuxia, dalam hati bergumam "Kamu sendiri juga gak lebih baik", tapi tak diucapkannya. Alih-alih, ia memandang Daois Changyao dengan penuh empati, berbisik menasihati: "Paman Ketiga, pelan-pelan makannya. Tak ada yang berebut."
Daois Changyao menelan nasinya, ekspresinya agak ganjil.
Sebenarnya ia tak memedulikan hal ini, tapi setelah mendengar perkataan gadis kecil Yu Dian, justru rasa malu mulai menyelinap...
Maka ia tersenyum pada gadis kecil Yu Dian, berkali-kali berkata: "Mohon maaf atas kekonyolan ini."
Gadis kecil Yu Dian memaksakan senyum tipis, berbisik: "Tak apa, Kak Yin Dan saat pertama datang juga begini."
Yin Nuxia: "？？？"
……
Cheng Yun sudah memasak lebih banyak nasi, sengaja membuatnya berwarna, tapi tetap habis dilahap. Hampir saja ia naik ke atas untuk mengambil persediaan makanan Cheng Qiuye dan memberikannya kepada Daois Changyao, syukurlah berhasil menahan diri.
Usai makan, yang lain diam seribu bahasa, hanya Daois Changyao yang terus bergumam: "Kekenyangan... kekenyangan..."
Cheng Yun akhirnya berkata: "Berani ulangi, aku akan masak lebih banyak."
Daois Changyao merasa agak malu-malu tanpa alasan - ia mengira setelah beberapa ratus tahun terakhir, sifat ber-kulit tebal-nya sudah terbentuk, seharusnya tak peduli dengan penampilannya di mata manusia biasa.
Gadis kecil Yu Dian dan Yin Nuxia berdiri untuk membereskan piring kotor, membuat Daois Changyao kembali tak tahu harus berbuat apa.
Jika aturan di sini mengharuskan semua orang mencuci piring, sebagai dewa pedang sejati yang bahkan malas cuci muka, haruskah ia ikut mencuci atau tidak?
Untungnya kedua wanita itu cepat-cepat membawa pergi mangkuk dan sumpit.
Daois Changyao pun tertawa ringan, meraba Sprite dalam saku, lalu berjalan menuju lantai atas dengan wajah tersipu malu.
Tak lama kemudian, Cheng Yun juga naik ke lantai atas.
Siang itu ia tidur sebentar dan bermimpi.
Mimpi itu hampir tak berisi, atau bisa dibilang sama sekali tidak ada konten. Atau mungkin sebenarnya banyak hal terlihat, namun setelah bangun hanya tersisa ini.
Sebuah kalimat yang terus diulang, suara renta bertanya dengan nada datar:
"Bersediakah kau meraih umur panjang?"
"Bersediakah kau meraih umur panjang?"
"Bersediakah kau..."
Sekali lagi dan lagi, terus mengulangi, sampai akhirnya ia merasa bosan. Bahkan kemudian ia menangkap perubahan nada dalam kalimat itu - berubah jadi sarkastis, aneh, entah ilusi atau bukan.
Setelah bangun, Cheng Yun duduk di tepi ranjang di bawah tatapan loli, mengambil laptop dan pulpen dari laci, lalu naik ke atap gedung.
