"Ini kan acara olahraga! Jangan berisik! Berlarian di lapangan sembari bercanda itu tidak pantas!" Ucapan ini keluar dari mulut Tang Qingying dengan nada bicara super serius.
Saat ini Cheng Yan sedang mencengkeram tengkuk belakangnya dengan erat.
Tang Qingying mengerutkan alis tipis, melanjutkan, "Kamu sudah bukan anak kecil lagi, berantem di depan umum itu memalukan!"
Cheng Yan mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
Sejujurnya bagi orang dengan karakter seperti dirinya, sangat sulit membayangkan betapa brengseknya seseorang sampai bisa menggunakan nada "kakak sulung mengkhotbahi adik kecil" bahkan saat sedang dicubit, apalagi dengan ekspresi wajah yang begitu sok benar.
"Hei, kamu dengar tidak?" Tang Qingying berusaha memalingkan wajah untuk melihat ekspresi Cheng Yan, tapi tenaga tangan sang gadis menggagalkan usahanya, "Banyak teman sekelasmu yang melihat! Tidakkah kamu peduli dengan penampilanmu? Sudah sulit dapat pacar, kalau terus menunjukkan sisi kekerasan, cowok-cowok bahkan tidak akan berani minta nomor kontakmu!"
"Hei! Aku sedang memikirkan nasibmu!"
"Cepat lepaskan aku!"
"……" Cheng Yan melirik sekeliling, ternyata memang banyak orang yang baik terang-terangan maupun diam-diam menatap mereka. Sebagian besar tidak dikenalnya, tapi ada beberapa wajah yang terasa familiar, mungkin teman sekelas.
Mendengar ucapan Tang Qingying, banyak yang tersenyum.
"Sambil memperhatikan postur tinggi dan kaki jenjang Cheng Yan, kecantikan alaminya, aura bersih dan dingin yang dipancarkannya, serta kesan belum memiliki pacar - tak sedikit yang mulai berdebar-debar hatinya."
Cheng Yan tetap tak tergoyahkan, terus mencengkeram tengkuk Tang Qingying dengan ekspresi tenang.
"Ngomong aja terus!" katanya.
"Kamu ini..." Tang Qingying menunjukkan ekspresi tak tahu harus berkata apa, sebelum akhirnya menghela napas, "Baiklah! Banyak yang lihat nih. Bisa nggak sih kasih muka dikit? Tang Yao Yao ini kan juga punya nama, masih harus bertahan beberapa tahun di kampus ini. Kalau kamu kasih muka, nanti kalau aku sudah punya pengaruh, sebagai teman dekatku kamu juga bisa berjalan melintang di kampus ini, bukan?"
"Hmph..."
"Yan-yan, aku salah. Di sini terlalu banyak orang. Bagaimana kalau kita kembali dulu dan bicara di tempat lain..."
Tiba-tiba, suara jernih menggema dari pengeras suara di podium utama: "Selanjutnya adalah kompetisi lompat tinggi putri! Para peserta harap bersiap. Siswa-siswa dapat menuju sebelah kanan lapangan olahraga untuk menyaksikan atau memberikan semangat kepada atlet kita!"
Tang Qingying berkata dengan lemah: "Sekarang giliranmu tampil..."
Barulah Cheng Yan melepaskan Tang Qingying: "Seperti katamu, nanti di rumah akan kuhabisi kamu."
Tang Qingying langsung menarik napas lega dan berjingkat-jingkat menjauh dari Cheng Yan sambil berteriak: "Apa aku takut sama kamu? Aku... aku Tang Yao Yao sudah sering dipukuli, mana kurang sekali pukulan dari kamu?"
Cheng Yan menyipitkan matanya menatap tajam, tapi tidak banyak menghiraukannya. Ia berbalik dan bergegas menuju lapangan lompat tinggi.
Si loli melirik Cheng Yan, lalu melirik Tang Qingying. Sepertinya ia menemukan kesamaan dengan Cheng Yan - makhluk manusia biasa ini sering membuatnya merasa tak berdaya!
Para siswa yang menonton di sekeliling menunjukkan ekspresi kecewa. Kedua gadis ini cantik luar biasa, termasuk tipe yang akan membuat banyak orang menoleh jika berpapasan di jalan komersil. Keributan mereka saat ini menjadi pemandangan indah nan singkat.
Cheng Yan berjalan mendekati si loli, dengan cepat menyunggingkan senyum di wajahnya. Ia berjongkok sejajar mata si kecil, menggunakan nada bicara seperti menghibur anak-anak: "Kamu juga datang menonton perlombaan atletikku ya?"
Si loli menatapnya dengan ekspresi kebingungan, lalu menoleh tajam ke belakang. Tubuh mungilnya melesat cepat ke samping Cheng Yun, bersembunyi di balik kaki sang ketua.
Cheng Yan: "……"
Wajahnya segera kembali tenang. Ia berdiri tegak lalu berkata pada Cheng Yun: "Bukannya sudah kubilang jangan datang?"
"Oh begitu? Kapan?" Cheng Yun terlihat terkejut.
"Dua minggu lalu."
"Apa iya?" Cheng Yun mengernyitkan alis dengan wajah polos.
"Iya," Cheng Yan menyeringai, "Coba tanya Cai Qing dan Kak Yin Dan kalau tidak percaya."
"Benarkah?" Cheng Yun melirik kedua rekannya di kiri-kanannya.
"Aku lupa. Ingatanku payah," Yin Nuxia mengedipkan mata besar sambil menatap langit biru.
"Aku juga," Sang Mage menunduk memandangi helai rumput di bawah kaki.
Cheng Yan langsung menghela napas panjang, wajahnya memancarkan aura kekesalan yang tak tertahankan.
Ketika melihat Cheng Yun seolah menunjukkan ekspresi "Maaf, aku memang bisa membalikkan hitam putih" sekejap lalu segera menariknya kembali, Cheng Yan jelas merasakan ejekan, wajahnya terlihat seseram orang yang baru menelan lalat.
Tang Qingying di belakang tak bisa menahan tawa, tapi tak berani mendekat.
Cheng Yan memutar kepala dengan kasar dan bergegas menuju area lompat tinggi yang sudah dikerumuni banyak orang, kepang duanya terayun-ayun di punggungnya.
Cheng Yun merasa tertarik, lalu menjulurkan tangan untuk menangkap kepangnya sambil menyesuaikan langkah, "Bagaimana aku tahu pikiran sejatimu? Bagaimana jika hatimu justru lebih tak nyaman kalau kami tidak datang?"
Cheng Yan terus berjalan tanpa menoleh, sama sekali tak sadar kepangnya sedang dicubit seseorang, "Sudah kukatakan jangan datang! Aku sangat berharap kalian tidak muncul!"
"Begitu rupanya!"
"Tentu! Aku bicara padamu tapi kamu selalu tidak mengerti ya? Lagipula, kenapa kamu terus mengikutiku..." Cheng Yan memalingkan wajah dengan wajah masam ke arah Cheng Yun, baru menyadari satu tangan pria itu sedang mencengkeram kepangnya dengan ekspresi iseng. Tang Qingying yang di belakang juga tanpa terasa sudah mendekat, gerak-geriknya mencurigakan seolah ingin ikut memainkan kepang dua miliknya.
Melihat Cheng Yan tiba-tiba menoleh, Tang Qingying tertegun ketakutan, membeku bagai seekor Paozi yang kaget.
"Lepaskan!"
"Aku mau lihat kamu lompat tinggi, memberi semangat." Cheng Yun mengangkat bahu, melepaskan kepangnya lalu menunjuk ke depan, "Atlet sudah mulai memanggil nomor antrian."
"Hmph!"
Cheng Yan berjalan masuk ke kerumunan dengan raut wajah berkerut.
Tang Qingying yang sudah sadar menarik napas lega, menatap punggung Cheng Yan sambil tak kuasa berkomentar, "Ckck..."
Loli sekarang sudah tidak takut pada manusia. Ia menoleh melihat rombongan Cheng Yun, lalu berlari kecil menerobos kerumunan. Di antara kaki-kaki para manusia biasa, ia bergerak lincah dengan manuver genit. Orang-orang yang terus bergerak itu sama sekali tidak ada yang menyentuh bulunya.
Cheng Yun dan yang lain segera mengikuti dari belakang.
Selama ini ia selalu merasa lompat tinggi sangat menarik untuk ditonton. Saat menyaksikan lompat tinggi pria, kita bisa merasakan postur tubuh yang ringan dan gesit, kekuatan yang meledak dalam sekejap, serta teknik para atlet. Gerakan melompati mistar yang cepat dan bersih sering memicu teriakan terkejut!
Menonton lompat tinggi perempuan adalah kenikmatan tersendiri. Para siswi yang ikut lompat tinggi pasti tidak mungkin gemuk, kebanyakan bertipe kurus tinggi. Semakin panjang kaki, semakin cocok untuk lompat tinggi... Belum soal kecantikan wajah, postur tubuh mereka saja sudah sangat menyenangkan mata.
Setelah menerobos ke bagian terdalam kerumunan, Yin Nuxia kembali dikenali oleh wasit lompat tinggi. Sang wasit terus memanggilnya "Kakak Sulung" hingga membuat orang-orang di sekitarnya sering melirik.
Yin Nuxia menyembunyikan kedua tangan di belakang tubuhnya, dengan sikap tenang menjawab panggilan wasit.
Cheng Yan segera mengantri sesuai nomor peserta, sesekali melirik rombongan Cheng Yun di sampingnya, terutama si loli yang duduk manis di rumput menunggu pertandingan dimulai.
Kompetisi pun segera dimulai.
Olimpiade tingkat jurusan biasanya sangat amatir, sementara olimpiade tingkat universitas memiliki sifat kompetitif yang sedikit lebih kuat meski masih jauh dari standar profesional. Jurusan olahraga sendiri tidak pernah berpartisipasi dalam acara semacam ini—mereka hanya menyediakan wasit, pelatih, dan bertanggung jawab mengendalikan alur pertandingan.
Lompat tinggi putri dimulai dari ketinggian 90 cm—sebuah ukuran yang bahkan anak laki-laki berpostur normal dengan aktivitas fisik rutin bisa lewati menggunakan teknik "lompatan bodoh".
Banyak peserta cewek benar-benar menggunakan "lompatan bodoh": awalan, lompat, satu kaki menyentak melewati mistar diikuti kaki satunya. Keberhasilan melewati mistar hanya bergantung pada postur tinggi, panjang kaki, dan sedikit kekuatan paha—kandungan tekniknya hampir nol!
Jelas, ini cuma peserta pengisi kuota.
Kredit akademik pun tidak bisa diraup.
Biasanya hanya butuh satu dua putaran untuk mengeliminasi semua orang-orang ini.
Namun Cheng Yan tidak punya kesabaran itu—
Ia sedang sibuk!
Dari lima peserta sebelumnya, empat berhasil lolos, hanya satu gadis yang tereliminasi. Ketika giliran Cheng Yan tiba, ia langsung bertanya ke wasit: "Bisa tidak saya tentukan sendiri ketinggian awalan lompat?"
Wasit tertegun, matanya menatap postur tinggi Cheng Yan yang mengenakan setelan olahraga. Beberapa saat kemudian baru ia menjawab: "Ada jadwal lomba lain?"
"Sebentar lagi saya harus ikut lari 50 meter!"
"Oh, baik. Lompatlah di ketinggian awal dulu, lalu tunggu notifikasi! Mau setinggi apa?"
"Berapa rekor saat ini?" Cheng Yan langsung menembak.
Mendengar pertanyaannya, riuh rendah penonton pecah. Para peserta di belakangnya pun terkagum-kagum.
Cheng Yan mengabaikan mereka. Ia membuka resleting mantel luar, melepasnya dan menggulung menjadi bundelan kecil yang disodorkan ke Cheng Yun, lalu mulai meregangkan tubuh bagian atas dan kaki.
"Dia mengenakan kaos oblong sporty warna abu-abu linen di dalam, sangat lembut dan menempel di tubuh, menggaris pinggang rampingnya yang ramping, lekuk tubuh seluruhnya sangat bagus, menarik pandangan semua pria dan wanita."
"Catatan jurusan kalian? Biar kulihat...1,42 meter."
Cheng Yan mengerutkan kening, seburuk ini!
Dia mengira setidaknya harus 1,5 meter atau 1,6 meter.
Wasit kembali menatapnya, tersenyum: "Tinggi berapa yang bisa kau lompati? Jika tidak bisa memecahkan catatan, nanti setelah lompatanmu perhatikan notifikasi di sini. Jika ada yang melampaui tinggimu, kau harus kembali lagi untuk terus melompat."
Cheng Yan melayangkan tatapan samar padanya, lalu melirik ke arah Cheng Yun dan yang lain: "1,45 meter!"
"Waah!"
Penonton kembali riuh!
Wasit juga terheran-heran: "Percaya diri sekali?"
Cheng Yun menunjukkan senyuman cerah menggesek di wajahnya.
Dengan cepat, palang dipasang di ketinggian 1,45 meter.
Cheng Yan menyelesaikan pemanasan. Ia menyelipkan kepang dua ke dalam kerah baju, melompat-lompat ringan, lalu mulai mengambil ancang-ancang.
Larinya tidak cepat, namun langkahnya lebar. Separuh jarak ditempuh dengan garis lurus, separuh sisanya dengan lengkungan - jauh berbeda dengan siswi lain yang berlarian tak karuan dengan langkah kecil atau hanya menyeruduk tanpa teknik!
Setiap langkah mengerahkan tenaga lebih besar dari sebelumnya, namun postur tubuhnya tetap luwes. Dalam sekitar sepuluh langkah, energi terakumulasi itu meletus sekejap di depan mistar. Dengan lompatan samping, kepala menengadah dan dada membusung, gerakan lengan-kaki yang selaras membuat seluruh punggungnya berputar mengelilingi mistar - melintasinya dengan sempurna!
Bum!
Punggungnya mendarat di alas busa.
"Wooo!!!"
Teriakan memekakkan telinga meledakkan atmosfer lapangan olahraga bahkan sebelum lompatan usai!
Banyak orang berlari ke arah sini mendengar suara, ingin menonton pertunjukan, tapi sudah terlambat.
Rekord jurusan... hancur begitu saja!
Tang Qingying bahkan terus-menerus bertepuk tangan, berteriak penuh semangat: "Yan-yan hebat banget!"
——Seolah dia sama sekali lupa kejadian tadi.
Cheng Yan berdiri, dengan tenang mencabut kuncir kudanya, menepuk-nepuk debu yang sebenarnya tidak ada di bajunya, lalu berjalan ke samping Cheng Yun, menerima mantel luar dan mengenakannya kembali.
Wasit diam sejenak sebelum berkata: "Lompatan tadi minimal lima sentimeter melebihi mistar! Menurutku kalau kamu pemanasan dan menyesuaikan diri lagi, setidaknya bisa mencapai 1,55 meter, mungkin bahkan bisa menghancurkan rekor lompat tinggi perempuan jurusan olahraga kami!"
Cheng Yan melambaikan tangan: "Nggak usah buru-buru!"
Bulu domba tidak boleh dicabut seperti ini.
Melirik Cheng Yun dan yang lain, ekspresinya tetap tenang, mengabaikan pandangan penonton yang mengarah padanya, membanting resleting mantel lalu langsung melangkah keluar kerumunan.
Bisa dibayangkan sejak saat itu, mungkin ia akan mendapatkan banyak penggemar gila!
Cheng Yun tersenyum lebar, terutama setelah Cheng Yan pergi. Banyak penonton dan peserta lomba memandangnya dengan heran. Ia merasakan kegembiraan dan kebanggaan yang tulus dari lubuk hati layaknya orang tua yang melihat anaknya sukses.
Yin Nuxia tampak kebingungan, terpaku menatai tiang yang bahkan lebih pendek dari tingginya, tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
"Manusia di dunia ini benar-benar ayam lemah ya…"
Si loli kecil juga bingung.
Sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dilakukan orang-orang biasa ini.
Setelah mengamati lama, tetap tidak melihat hal menarik. Cuma lompat-lompat biasa, padahal setiap hari ia juga melompat-lompat.
Sang Mage adalah yang paling tenang.
