"Hebat banget!" Cheng Yun menyusul Cheng Yan dengan ekspresi kagum.
1,45 meter, dalam kesan Cheng Yun, bahkan di kompetisi lompat tinggi pria sekalipun, jika ada yang bisa melompat setinggi ini pasti bisa meraih peringkat, bahkan sangat mungkin menjadi juara. Meskipun Cheng Yan tergolong tinggi di antara wanita, tapi dibandingkan atlet lompat tinggi pria yang tingginya sekitar 1,8 meter, dia masih lebih pendek. Ditambah perbedaan fisik bawaan alam antara pria dan wanita, fakta bahwa dia bisa melompat setinggi ini sudah melawan kodrat.
Tapi sepertinya dia masih bisa melompat lebih tinggi!
Jujur saja, meskipun fisik Cheng Yun juga bagus, sudah dilatih Yin Nuxia selama ini, bahkan sempat berkultivasi, kekuatannya sudah melebihi mayoritas orang biasa, dia tetap tidak yakin bisa mencapai hasil ini.
Tentu saja, perbedaan yang lebih besar ada pada teknik.
Dia sama sekali belum pernah berlatih lompat tinggi.
Cheng Yan memalingkan wajah mendengar itu, tidak lagi menyembunyikan kebanggaannya, mengangkat dagu sambil berkata: "Tentu saja!"
Cheng Yun tersenyum lebar, melirik ke arah lintasan lari yang masih mengadakan lomba lari 50 meter pria.
"Perbedaan antara para peserta sangat besar. Beberapa hanya setingkat otaku biasa yang ikut lomba olahraga untuk mendapat kredit kualitas, sementara penggemar olahraga ekstrim bahkan hampir setara dengan mahasiswa jurusan olahraga. Terutama teknik start mereka yang jelas terlatih - begitu pistol berbunyi, mereka langsung bisa menciptakan jarak yang signifikan dari peserta lain."
Sorak-sorai penonton di kedua sisi lintasan bergelombang tak henti.
Setiap dentuman pistol didahului sorakan "semangat" yang memekakkan telinga, diikuti rentetan teriakan terkejut usai tembakan.
Singkatnya, seluruh manusia planet ini terlihat sangat antusias menonton.
Melihat para peserta laki-laki hampir menyelesaikan lomba, Cheng Yan melirik Cheng Yun di sampingnya: "Masih mau nonton?"
Cheng Yun menjawab dengan wajah polos: "Tentu saja!"
"Sampai kapan?"
"Selama kamu masih bertanding, aku akan tetap menonton!"
"...Keberadaanmu di sini sangat mempengaruhi performaku!" Cheng Yan mengerutkan alis.
"Masa sih..."
Tiba-tiba, seorang gadis menepuk bahu Cheng Yan: "Hei! Cheng Yan! Kami baru selesai sarapan, kamu sudah selesai melompat?"
Cheng Yan memalingkan wajah, di belakangnya berdiri tiga gadis.
"Kami kira bisa menyaksikan lompat tinggimu! Ah…"
"Kabarnya kamu bahkan memecahkan rekor?"
Yang menyebalkan, meski ketiga gadis ini secara terang-terangan berbicara dengannya dan pandangan mereka tertuju padanya, namun penglihatan tepi mereka diam-diam melirik ke sampingnya.
Cheng Yan tetap tanpa ekspresi: "Benar."
Cheng Yun juga mengalihkan pandangan ke tiga gadis itu, terutama salah satunya. Setelah merenung sejenak, dia berkata dengan kesabaran: "Kalian teman sekamar Cheng Yan, kan? Aku ingat kamu, kamu Deng Xuhong, kan? Kita pernah bertemu saat pendaftaran mahasiswa baru."
Deng Xuhong segera tersenyum: "Benar sekali! Salam, Kakak."
Dua gadis lainnya buru-buru tersenyum ramah menyapa.
"Salam Kakak, namaku Song Qingqing."
"Aku Li Xuelian."
“Halo semuanya.” Cheng Yun menyapa dengan lembut.
“Kakak datang untuk menyemangati Cheng Yan ya?”
“Iya.” Cheng Yun menghela napas pasrah, “Tapi dia kayaknya nggak mau aku datang.”
Wajah Cheng Yan langsung menghitam mendengar itu.
“Kenapa sih? Kan bagus kalau kakak datang memberi dukungan!” Song Qingqing mengerutkan kening, melirik ke Cheng Yan, “Kalau kakakku seperti ini, aku pasti ketawa sampai terbangun dari tidur!”
“Dia bilang aku mengganggu performanya…” Cheng Yun membuka telapak tangan.
Wajah Cheng Yan semakin menghitam.
Song Qingqing protes, “Masa sih!? Harusnya malah membantunya dapat hasil lebih baik!”
“Aku juga berpikir begitu.” Cheng Yun mengangguk setuju.
Sementara itu Deng Xuhong sudah tak tahan berjongkok, menatap loli kecil di kaki Cheng Yun dengan mata berbinar-binar: “Akhirnya ketemu loli hidup… Waah tidak tahan tidak tahan… Imut banget! Benar-benar nggak perlu diikat tali juga nggak kabur! Manis sekali!”
“Loli kecil itu awalnya menatapnya dengan ekspresi bingung, namun secepat itu raut wajahnya mulai menunjukkan ketidaksukaan—”
“Apa yang kau omongkan, manusia rendahan ini! Bukankah Wang ini masih hidup, masa dikira sudah mati!?”
“Eh tunggu, bagaimana caranya kau mengenal Wang?”
Deng Xuhong melihat loli kecil itu memiringkan kepalanya seolah sedang berpikir, tanpa sadar ingin mengulurkan tangan untuk meraba cakar kecilnya yang seperti buah manggis terkupas. Tapi geramnya loli yang memperlihatkan gigi langsung membuatnya menarik kembali tangannya.
Baru sekarang dia ingat “sifat loli itu memang agak temperamental”.
Sementara Li Xuelian diam-diam menyelinap ke samping sang Mage, dengan gerak-gerik canggung berkata: “Itu… Dewi… Bisa foto bersama? Aku penggemar penampilanmu!”
“Aku laki-laki.” Sang Mage berkomentar dengan muka muram.
“Aduh maaf-maaf!” Li Xuelian buru-buru meminta maaf, lalu bertanya lagi, “Pangeran, boleh foto bersama?”
“Tidak boleh!”
"Mengapa……" Li Xuelian mengungkapkan penyesalan, dia mengira dengan adanya hubungan khusus ini melalui Cheng Yan, meminta foto bersama pasti langsung bisa disusun.
"Aku... Aku tidak mengandalkan wajah untuk mencari makan." Sang Mage mempertahankan harga diri seorang akademisi.
"Oh……"
Li Xuelian sangat kecewa.
Tiba-tiba Cheng Yan maju dan berkata: "Kalian ngapain sih? Satu per satu, bukannya menggoda loli kami, malah merayu resepsionis baru kita! Benarkah kalian datang untuk menyemangatiku?"
Deng Xuhong buru-buru menjawab: "Iya, tentu saja!"
"Kalau begitu fokuslah memberi semangat untukku!"
"Kening……"
Melihat pemuda itu sudah selesai berlari, Cheng Yan kembali melepas mantel luarnya. Kali ini bahkan tak repot-repot membungkusnya, langsung menyelipkannya ke pelukan Cheng Yun, lalu pergi ke belakang lintasan untuk menandatangani dokumen, menentukan jalur, dan mulai melakukan pemanasan.
Cheng Yun mengangkat bahu, melipat mantel luar itu dengan rapi.
Beberapa teman sekamar Cheng Yan sedang berbicara dengan Tang Qingying, mereka seolah juga mengenalnya karena Cheng Yan.
Sang Mage malah mendekat ke telinga Cheng Yun dan berbisik: "Kepala stasiun, aku tahu ramuan yang bisa membuat orang meraih hasil lebih baik dalam kompetisi olahraga, mau tidak..."
Cheng Yun dipenuhi garis hitam: "Doping ya?"
Sang Mage tertegun: "Dunia kalian juga punya doping?"
"Omong kosong! Itu dilarang ketat!"
"Oh... Ramuanku jenis lain yang meningkatkan kekuatan tubuh sementara, meski juga dilarang, tapi pasti belum pernah dilarang di dunia kalian." kata Sang Mage.
"Pasti ada efek sampingnya..."
"Sedikit... sangat kecil lah!"
“……”
Cheng Yun malas mengurus brengseknya sang Mage ini.
Sang Mage melihatnya tak mau, tak juga kesal, malah terus berbicara bak pedagang DVD bajakan: "Kepala Stasiun, kalau tak suka obat juga tak apa, aku baru belajar beberapa mantra tambahan bantu tempel yang bisa membuat orang atau benda jadi lebih ringan... Coba pikir, saat kekuatan tubuhmu tetap utuh tapi beratmu berkurang beberapa jin, atau bola timahmu tiba-tiba dari 5 kilo jadi 3 kilo..."
Cheng Yun menghela napas: "Jangan ngomong kosong!"
Langsung Sang Mage tersedak, lalu menghela napas sambil melambai-lambaikan tangan: "Membosankan..."
Li Xuelian di sampingnya memandang penuh iri — dialah penggemar sejati ketampanan Sang Mage. Di matanya, tingkat kecantikan Sang Mage sanggup melengkungkan pria normal jadi gay, meluruskan lesbian jadi hetero... Eh tunggu, kalau dipikir-pikir, sebagai gadis normal bukankah ini keunggulan besar baginya?
Matanya Li Xuelian berbinar-binar, tapi sekejap kemudian meredup.
Tingkat kecantikannya ini... mungkin tak ada harapan.
Tak lama kemudian, lomba lari 50 meter siswi dimulai.
Cheng Yan berada di putaran kedua, dengan mudah meraih juara kelompok, namun Cheng Yun memperhatikan ada seorang siswi di babak berikutnya yang berlari sangat cepat bagai murid olahraga, diperkirakan Cheng Yan akan kesulitan mengalahkannya di final.
Selanjutnya adalah lompat jauh statis, lompat jauh ancang-ancang, dan lompat tiga tingkat. Cheng Yan berhasil memecahkan rekor jurusan dalam lompat statis dan lompat ancang-ancang.
Di babak akhir, baik penonton maupun wasit tertegun menyaksikan gadis cantik ini mengikuti satu demi satu cabang lomba, seolah sengaja memecahkan rekor.
Dalam bidang olahraga, bisa dibilang Cheng Yan adalah mahasiswa reguler terbaik yang pernah diterima Universitas Yizhou dalam beberapa tahun terakhir. Jarang ada siswi seperti dirinya yang rajin olahraga sejak SMA dan bertahan hingga kini.
Menjelang siang hari, sorot matahari mulai menyilaukan. Cheng Yan tak lagi mengenakan mantel luar, bahkan Cheng Yun pun mencopot jaketnya.
Cahaya keemasan matahari membuat orang merasa sedikit demam.
Tak sedikit orang yang justru di bawah cuaca seperti ini baru menyadari, musim dingin ternyata telah lama pergi sepenuhnya saat tiba di lapangan olahraga.
Proyek-proyek dasar sudah berakhir, Cheng Yan melirik rekan sekelas yang mulai berkumpul di lapangan atletik atas ajakan Deng Xuhong dkk untuk menyaksikan dia memecahkan rekor. Tapi dia mengabaikan mereka, langsung mendekati Cheng Yun, menerima baju yang dipegangnya sambil berkata: "Sudah puas melihat cewek-cewek?"
Cheng Yun tertegun sejenak, wajahnya kebingungan: "Apa maksudmu! Dasar gadis ini!"
Tang Qingying ikut nimbrung: "Iya dong, Kakak ipar mana perlu melihat cewek mana lagi? Kalau mau lihat cewek, lihat aku saja sudah cukup!"
Cheng Yan melotot ke arahnya, lalu berkata pada Cheng Yun: "Sudah jam sebelas, kamu belum juga kembali masak."
"Tidak pulang. Hari ini makan di kantin."
"Tidak pulang? Lalu Kak Yu Dian dan Paman Ketiga Yin bagaimana?"
"Ah... Bawakan saja sedikit untuk mereka. Hari ini aku malas masak, pengin makan kantin lagi sekali."
"Kamu sudah makan bertahun-tahun, belum juga merasa cukup?"
"Dulu sudah cukup, tapi setelah setahun tidak makan, baru sadar agak merindukan rasanya." Cheng Yun tersenyum lebar, lalu menggerai kepang dua Cheng Yan dengan jarinya, membuat kunciran itu berayun-ayun di punggungnya, "Ngomong-ngomong, aku tidak bawa kartu makan. Kamu yang traktir."
"Terlalu dibuat-dibuat... Jangan sentuh rambutku!"
"Hehe!" Cheng Yun menarik kembali tangannya sambil tertawa, berjalan menuju pintu keluar lapangan atletik. Sepanjang jalan, ia menerima banyak tatapan penuh kecemburuan dari para pemuda, membuat senyumnya semakin lebar, "Banyak ya murid laki-laki di kelasmu atau angkatanmu yang menyukaimu?"
"Urusanmu apa!" Cheng Yan meraba-raba saku mantelnya.
"Kakak laki-laki ini cuma mau menunjukkan perhatian!"
"Jangan ikut campur... Eh kartu makanku mana?" Cheng Yan mengerutkan kening.
Cheng Yun tertegun, lalu memandanginya dengan ekspresi tak tahu harus berkata apa.
Cheng Yan kembali meraba-raba mantelnya, baru kemudian menatap Cheng Yun dan berkata tenang: "Kartu makan saya jatuh!"
"……Sampai segitunya pelitnya?"
"Benar-benar hilang!" kata Cheng Yan dengan wajah hitam.
"Berapa yang terpakai, saya ganti deh."
"Beneran!!"
"Diganti dua kali lipat! Kamu tinggal isi ulang secara online, hemat kan?" Cheng Yun memandangnya dengan pasrah, "Sifat pelitmu ini harus diubah!"
"Saya serius! Kamu tidak percaya ya!?" Cheng Yan mencubit lengan Cheng Yun, "Jangan pergi, cari kartu makannya! Pagi tadi masih di saku baju, habis sarapan di kantin... Pasti kamu yang goyang-goyangin sampai jatuh!"
"Beneran jatuh? Kapan saya goyangin..."
Si loli kecil juga menatap Cheng Yan dengan bingung: "Huu?"
Tiba-tiba, suara cowok enak didengar memenuhi udara dari sistem audio podium arena: "Siswa Cheng Yan yang baru saja memecahkan rekor lompat tinggi dan lompat jauh, silakan datang ke podium arena. Kartu makanmu ketemu sama aku."
Baru kemudian Cheng Yun percaya kalau kartu makan saudarinya benar-benar hilang.
Tang Qingying langsung menggoda: "Wah, ternyata kakak ganteng yang nemuin~ Suaranya juga enak banget dengerinnya!"
