“Sudah kembali?”
“Hm!”
“Sudah berunding?”
“Sudah selesai berunding.” Yin Nuxia mengangguk.
“Hm?”
“Kusuruh mereka pulang,” kata Yin Nuxia.
“Kenapa tidak disetujui?”
“Hm~~” Yin Nuxia mengedipkan matanya beberapa kali, “Mungkin… mungkin karena aku merasa harga tawaran mereka terlalu rendah.”
“Harga tawaran rendah? Mereka nawar berapa?”
“Seribu lebih atau lebih dari 10.000 kali.” Yin Nuxia menggaruk kepalanya, “Agak lupa detailnya.”
“Sebulan?”
“Setahun, sepertinya.”
“Mustahil!” Cheng Yun skeptis, “Kalau benar-benar ingin merekrutmu, tak mungkin mereka terbang jauh-jauh hanya untuk mengelabuimu! ……Jangan-jangan sepuluh juta?”
“Hah!”
Yin Nuxia tertegun.
Kok sampai ketahuan kepala stasiun? Padahal aktingnya sempurna - tak ada wajah memerah maupun tertawa gagal.
“Aku benar menebak?” Cheng Yun kesal menatapnya.
“Hehehe……”
“Cuma bisa tertawa bodoh!” Cheng Yun memandangnya dengan pasrah, “Mereka tidak kembali?”
“Langsung berangkat naik pesawat.”
"Lalu kotak kecil yang ditinggal di resepsionis ini……" Cheng Yun menunjuk kotak yang dibungkus mirip kado itu. Pemuda termuda dari ketiga orang tadi meninggalkan kotak itu di meja depan sebelum pergi. Awalnya Cheng Yun mengira mereka akan kembali mengambilnya.
"Ini hadiah sambutan dari anak kecil itu. Dia memaksa ingin menyembahku sebagai guru, walau aku tidak setuju, tetap dia ngotop ingin memberikannya."
"Begitu rupanya, lumayan paham tata krama juga!"
"Iya, makanya kucoba kasih kesempatan lagi." Yin Nuxia berkata, "Tapi tetap saja dia tidak bisa mengalahkanku. Bahkan kusuruh dia pulang berlatih, kalau dalam satu bulan bisa menang melawanku, baru kuterima sebagai murid."
"Mengalahkanmu??" Cheng Yun mengernyit tak percaya.
"Aku sengaja mengalah. Pertandingan sebelumnya kulepas kepala manusia, kali ini kulepas pasukan, bahkan kubebaskan dia memilih karakter. Tapi dasar skill mereka terlalu noob." Yin Nuxia mengingat ekspresi Manager Luo dan Pelatih Luo tadi di warnet, merasa seluruh anggota klub itu benar-benar payah…… Sungguh sulit diungkapkan dengan kata-kata.
"Klub itu namanya apa sih?"
“Namanya……” Yin Nuxia membeku, berusaha keras mengingat, namun setelah beberapa saat menyerah, "Tak ingat, namanya susah diucapkan……"
“……”
Cheng Yun tampak tak tahu harus berkata apa, mengetuk-ngetuk kotak hadiah: "Yang ini isinya apa setidaknya kamu tahu kan?"
Yin Nuxia tetap menggelengkan kepala, mengedip-ngedipkan mata sambil menatapnya tajam.
Tiba-tiba, suara riang juga terdengar dari luar pintu: "Apa? Isinya apa ya?"
Cheng Yun dan Yin Nuxia memalingkan wajah, melihat Tang Qingying dan Cheng Yan sedang berjalan pulang sambil menggendong tas ransel. Yang satu memakai earphone dengan langkah lincah, kedua tangan memegang tali bahu tas dengan penuh semangat. Satunya lagi tak beremosi dengan kedua tangan di saku, ditambah wajahnya yang terlalu cantik hingga terkesan sulit didekati.
Tang Qingying menatap kotak hadiah di meja resepsionis, mempercepat langkah meninggalkan Cheng Yan di belakang: "Hadiah? Dari siapa? Untuk siapa?"
Cheng Yan yang memasuki area resepsionis juga mulai penasaran: "Lagi ada yang ngasih hadiah buat Cai Qing ya?"
Sang Mage menyembul dari balik resepsionis: "Kalau ini hadiah untukku, sudah kulempar jauh-jauh."
"Memang benar juga." Cheng Yan mengangguk.
Segera matanya curiga menatap Cheng Yun: "Jangan-jangan ini hadiah dari cewek untukmu?"
Cheng Yun menjawab dengan pasrah: "Ini pemberian seorang pemuda untuk Yin Dan."
Cheng Yan terkejut: "Hadiah untuk Kak Yin Dan?"
Tang Qingying juga heran melihat Yin Nuxia: "Apa Kak Yin Dan akhirnya menerima hadiah dari penggemar?"
Yin Nuxia berkata dengan kesombongan: "Tentu saja!"
Cheng Yun yang berada di sebelah menjelaskan: "Ada atlet profesional dari klub yang ingin menjadi muridnya, jadi mengirim hadiah untuk mengunjungi. Kami sedang mendiskusikan apa saja isinya."
Tang Qingying semakin heran: "Atlet profesional datang untuk menjadi murid Kak Yin Dan?"
Yin Nuxia tampak sangat bangga, hampir berpose tangan di pinggang. Menghadapi rasa ingin tahu Tang Qingying, ia menceritakan kejadian itu dengan sederhana.
“Waah！Kak Yin Dan yaitu parah！”
"Ah mana mungkin, semua berkat bimbingan Guru Yao Yao."
"Kamu memang berbakat sejak lahir."
"Bimbingan Guru Yao Yao juga tak ternilai." Yin Nuxia mulai menunjukkan kemampuan business mutual-flattery secara alami, wajahnya penuh ekspresi puas diri.
"Tapi Kak Yin Dan, kenapa kamu tidak ikut kompetisi profesional?"
"Karena... rahasia!"
"Kenapa?"
"Takut ketahuan kalau aku bohong!"
"Hmm..." Tang Qingying tertekan sejenak, lalu melanjutkan, "Baiklah, tapi kamu tetap harus menerimanya sebagai murid. Punya murid top lane profesional, pasti bisa mengalahkan semua penyiar！Harga diri dan penggemar langsung melonjak, bagus sekali!"
"Tapi skillnya payah. Aku takut dia kalah saat bertanding, malah mempermalukanku."
"Namanya siapa?"
"Xuanxuan."
"Xuanxuan? Kurang familiar... Oh pemain ZHF ya?"
"Eh sepertinya memang begitu pelafalannya!"
“Ah, tahun-tahun ini ZHF juga mengalami kemunduran hebat. Aku ingat sebelumnya dia hanya cadangan di posisi top lane. Tapi top lane ZHF tahun lalu dipukuli sampai mentalnya down, sepertinya awal tahun ini dia sudah pensiun. Untuk sementara ZHF belum menemukan top lane baru, hanya bisa menyuruhnya mengisi posisi itu.” Tang Qingying meremas dagunya yang agak runcing, "Kemampuannya yang kurang memang wajar, tapi aku ingat usianya baru 17-18 tahun, pasti masih punya ruang untuk berkembang besar."
“Aku sudah memberinya kesempatan.” Yin Nuxia memang bukan tipe yang biasa menerima hadiah.
“Terserah kamu.” Tang Qingying kembali menatap kotak hadiah, “Mending kita lihat isinya ada apa saja?”
“Bagus!”
Beberapa orang langsung membongkar kotak itu dalam beberapa kali gerakan.
Di dalam kotak terdapat banyak kotak-kotak kecil, semua dibungkus dengan sangat indah.
Yin Nuxia asal mengambil satu, menatap tajam huruf-huruf Inggris di atasnya dengan ekspresi terpaku: “Ini apa?”
Tang Qingying mengambilnya dari tangannya dan melirik: “Parfum Dior?”
“Parfum yang jatuh?”
“Di-Or!”
“Masih ada beberapa... Biar aku lihat...”
Tang Qingying membongkar-bongkar isi di dalamnya, sementara Cheng Yan, Cheng Yun, dan Yin Nuxia mengamati penuh rasa ingin tahu dari samping.
"Parfum, lipstik, foundation, spray setting riasan, masker, essence..." Tang Qingying mengatur kotak-kotak kecil di atas meja kopi, "Segini banyak? Tapi sepertinya semua produk selebritas internet, mungkin dibeli ikut-ikutan akun pemasaran... Bahkan ada mouse dan earphone?"
"Sebagian besar tidak kukenal." kata Cheng Yun.
"Ada beberapa yang juga tidak kukenal..." ujar Cheng Yan.
"Aku kenal mouse dan earphone!" Yin Nuxia mengangkat tangan.
"Sepertinya mereka mengeluarkan modal besar." Tang Qingying menganalisis, "Meski semua produk hasil hype akun pemasaran yang khusus menipu pemuda tak berpengalaman untuk menjilat wanita, harganya tidak murah, tapi..."
"Haha dia pasti tak menyangka Kak Yin Dan sehari-hari sama sekali tidak pakai ini semua!"
“Hm.” Cheng Yan mengangguk setuju. Menurutnya, jika orang itu memberikan sepeda yang lebih bagus atau mainan kecil yang menarik, pasti lebih disukai Yin Nuxia daripada kosmetik bernilai tinggi ini.
Setelah berpikir lama, Yin Nuxia bertanya: “Inikah yang disebut kosmetik itu?”
Tang Qingying mengangguk: “Ya! Kalau tidak bisa, aku bisa mengajarimu!”
Yin Nuxia mengerutkan alis sejenak, lalu menggelengkan kepala kuat-kuat. “Mana mungkin orang dunia persilatan seperti aku memakai bedak dan serbuk ini?”
“Kalian saja yang bagi!” katanya.
“Aku tidak mau. Aku jarang merias wajah,” Cheng Yan menggeleng. “Cuma pakai sunscreen.”
“Aku sudah punya!” kata Tang Qingying juga.
“Kalau begitu...”
Yin Nuxia melirik ke gedung seberang. “Berikan semuanya pada Nona Yu!”
Tak lama kemudian, waktu semakin larut.
Hari ini Cheng Yun tidak masak, mengajak makan di luar. Cheng Yan mengusulkan barbekyu, Tang Yao Yao dan yang lain setuju.
Daois Changyao bersikeras untuk membereskan lapak sampai selesai, bahkan harus menunggu sampai gerombolan murid SD itu datang dan menyelesaikan kisahnya baru ia mau Tarik lapak.
Cheng Yun juga tidak keberatan — sebenarnya saat itu waktu makan malam tepat untuk pergi ke luar.
Maka ketika waktu hampir tiba, gemerincing lonceng SD sebelah sudah terdengar, Yin Nuxia dan Zhu Jiayan telah membawa bangku kecil ke pintu hotel untuk Duduk manis, Cheng Yun juga ikut duduk di pintu hotel, bersiap mendengar apa yang akan diceritakan Daois Changyao.
Bahkan Cheng Yan pun merasa kadang kisah kecil yang diceritakan Daois Changyao lumayan menarik, ia menyandar di pintu sambil menunggu.
Tak lama kemudian, sekelompok murid SD berlarian dari belokan jalan sambil menggenggam uang, mulai antri di depan lapak guokui. Yang paling depan tentu yang larinya tercepat, anehnya meski guokui sama sekali tidak enak, meski Daois Changyao selalu menunggu sampai guokui habis terjual baru mau mulai bercerita, tapi siapa yang di posisi terdepan pasti merasa bangga "Akulah yang paling hebat".
Cheng Qiuye yang belum pernah menyaksikan pemandangan ini tak bisa menyembunyikan keheranannya. Padahal dia tahu betapa mustahilnya rasa guokui buatan Daois Changyao itu.
Yang lebih mengejutkan, Zhu Jiayan bahkan sudah datang lebih awal dengan membawa bangku kecil, duduk manis di depan lapak guokui bak pelanggan setia.
Saat Cheng Yun memberitahunya bahwa Zhu Jiayan datang setiap hari, mulutnya langsung menganga lebar tak percaya.
Dengan senyum ramah, Daois Changyao menerima uang satu per satu sambil membagikan guokui. Matanya menyapu setiap anak: si kurus tinggi yang selalu jadi juara lari, si kecil gemuk yang rutin membayar dua koin lima, gadis kecil berponi dua yang pernah ketakutan sampai ayahnya melabrak ke penginapan, si kurus yang pilih-pilih makanan...
Usai transaksi, puluhan murid SD itu membentuk lingkaran mengelilingi lapak guokui.
Daois Changyao pun mulailah bercerita.
Ia pertama-tama menceritakan kisah "orang biasa naik ke alam dewa". Secara garis besar, isinya adalah ketika dunia semakin kacau, kehidupan yang tak terkendali dan gagal panen di ladang membuat orang-orang mulai lebih mempercayai dewa-dewi. Sebagian orang biasa memanfaatkan keyakinan ini untuk mencari nafkah. Tapi saat rakyat kelaparan hingga catatan sejarah mulai menggunakan frasa "tahun X daerah Y dilanda kekeringan, manusia saling memakan" untuk menggambarkan zaman ini, bagaimana mungkin mereka dengan mudah menyerahkan makanan untuk memenuhi kebutuhan para 'dewa' itu?
Agar masyarakat percaya pada dogma mereka, mereka mulai menciptakan proses "naik ke alam dewa" dengan memproduksi 'dewa' palsu.
Melalui serangkaian trik sulap, mereka memilih seorang korban malang dari internal kelompok untuk menjadi 'dewa'. 'Dewa' ini akan menghilang tanpa jejak dalam kobaran api, sementara sisanya memanen keyakinan orang-orang bodoh dan menipu persembahan dalam jumlah besar.
Pada akhirnya, pemuda yang telah berubah menjadi "Bulan Gerhana Dewa Pedang" bertemu dengan para penipu ini. Namun yang mengejutkan, ia justru tidak membunuh mereka.
Karena di zaman ini, semua makhluk hidup di dunia mulai tak bisa bertahan hidup. Bahkan tumbuhan mulai layu, domba mulai memakan sesamanya. Untuk keselamatan, manusia menciptakan beberapa jebakan - apa lagi yang bisa diharapkan?
Dewa Pedang menghadapi semua ini hanya dengan ketidakberdayaan, tanpa amarah.
Setelah itu, Daois Changyao juga bercerita tentang kisah keyakinan, yang melibatkan manusia sekaligus hantu.
Kemudian ia berkata: "Empat tahun setelah Yue Shi bertemu 'naik ke alam dewa', ia menerima pesan dari Xianyu. Matahari sedang menjauhi planet ini. Seperti semua orang, awalnya ia mengira ini ulah makhluk jahat yang ingin menghancurkan dunia. Tapi tak pernah terbayang, ini adalah akhir dari alam semesta."
"Kekacauan hanyalah persiapan sebelum kedatangannya. Kehancuran nebula adalah ritmenya..."
"Segala sesuatu telah berubah menjadi asap dan awan!"
"Tak terhitung orang hingga mati pun tak tahu apa yang sebenarnya terjadi..."
“Jadi kalian ini, hidup di dunia yang sangat indah, memiliki lingkungan tumbuh kembang yang baik. Lebih penting lagi, kalian masih sangat muda, masih punya banyak waktu di masa depan. Sebenarnya banyak orang yang iri pada kalian.” Daois Changyao menatap tajam sekelompok anak-anak di bawahnya. Karena hari ini ia bercerita lebih banyak, sebagian besar anak-anak ini mendengarkan dengan penuh semangat, hanya sedikit yang menyadari bahwa kisah yang terus menyusuri linimasa waktu sepertinya telah mencapai titik akhir.
“Lalu bagaimana? Apakah alam semesta hancur?” Gadis kecil bersanggul bulat bertanya.
“Adakah dewa yang datang memperbaikinya? Seperti Nuwa menambal langit?” Si Kurus bertanya.
“Lalu cerita apa lagi yang akan kau sampaikan nanti?” Xiao Pang bertanya.
"Nebula collapse..." Mata Zhu Jiayan terpaku, apakah game sudah offline dan berhenti melayani? Saat ini, hatinya dipenuhi keraguan dan kegelisahan yang pekat. Ia tak tahu apakah nebula-nebula itu hanya latar belakang atau benar-benar nebula asli. Jika itu nebula sungguhan, sebesar apa peta ini? Berapa banyak "pemain" yang ada di dalamnya? Sampai level apa perkembangan teknologi para bos besar ini sebenarnya?
Berapa lama lagi sebuah game bisa bertahan? Berapa lama lagi dunia tempatnya berada ini bisa eksis?
Ia selalu merasa bahwa kalimat terakhir Daois Changyao tentang orang-orang yang sampai mati pun tak mengerti apa yang terjadi, merujuk pada orang sepertinya.
"Orang biasa" macam ini.
Alam semesta hancur, tetap saja tak tahu bagaimana prosesnya.
Kemudian ia pun ikut menatap Daois Changyao, berharap bisa mendengar kabar bahwa dunia itu belum hancur dari mulut sang kultivator.
Tapi Daois Changyao memandangi mereka, di hatinya ia menghela nafas. Ia juga berharap ada seseorang yang bisa memperbaiki alam semesta, sayangnya realita bukanlah kisah. Sementara di wajahnya tetap tersemat senyum samar: "Ini hari terakhirku bercerita untuk kalian, besok tak ada lagi, jangan kembali ke sini."
"Aku segera akan meninggalkan tempat ini."
"Semoga kehidupan kalian dipenuhi kebahagiaan, petualangan memukau, dan tak ada penyeselan." Katanya dengan khidmat.
"Ah? Mengapa?" Si pria gemuk langsung bertanya.
"Besok tidak jual guokui lagi?"
"Lanjutkan karanganmu itu!"
"Apa Pamanku mau pulang mengasuh cucu?"
Murid-murid SD itu saling menyela bertanya, semua menatap tajam Daois Changyao dengan tegang dan heran. Selama beberapa hari ini, mereka tak hanya terbiasa mendengar kisah-kisah menarik dari sang paman, tapi juga telah membangun persahabatan - mereka merasa paman ini sangat menghibur dan ramah, meski interaksi mereka hanya sebentar, namun paman ini telah meninggalkan kesan mendalam.
“Pola pikir anak-anak memang sesederhana ini, bagaikan dongeng.”
Zhu Jiayan juga sempat menerawang tanpa fokus. Setelah sadar, ia membuka mulut hendak bertanya "Apakah kau akan kembali?", namun pada akhirnya tak kuasa mengutarakannya.
Ia menyadari di hatinya tiba-tiba muncul rasa sedih yang samar.
Seolah ikatan tipis yang susah payah terbangun tiba-tiba terputus begitu saja.
