9 April, pukul tujuh setengah pagi.
Hari ini Senin.
Cheng Yan duduk di samping meja kopi, memanggul mangkuk sambil menyeruput bubur seafood mengepul, sesekali menjepit asinan kubis buatan Cheng Yun, wujudnya tenang.
“Kalau tidak minum cepat, kamu bakal bolos lagi.” Cheng Yun tak tahan lagi menjalankan peran wali.
“Hm.” Cheng Yan mengangguk.
“Hm apaan?!”
“Hm maksudnya, justru sesuai keinginanku.” Cheng Yan berkomentar tenang.
“……”
“Aku juga tidak mau pergi ke kelas!” Tang Qingying menambahkan dari samping, “Minggu depan kami harus plenair selama seminggu penuh, jadi moodku sedang tidak baik.”
“Plenair? Ke mana?” Cheng Yan mengangkat kelopak matanya sambil bertanya.
“Ke Anhui.”
“Anhui? Anhui itu lokasi yang bagus lho!” Cheng Yun tak tahan menyela, “Desa Hongcun dan Xidi, pemandangannya bak lukisan. Budaya Huizhou juga sangat berkilau.”
“Hm, memang ke sana rencananya!”
“Ini rejeki bagus!” kata Cheng Yun, “Waktu kuliah dulu aku selalu iri sama anak-anak jurusan seni rupa yang sering plenair. Duduk manis di tempat indah sambil memasang papan lukisan, melukis sampai setengah hari. Indahnya! Sedangkan kalau aku mau jalan-jalan, selain lebih boros juga harus ambil risiko bolos kelas. Memikirkannya saja sudah terasa tidak adil.”
“Kamu takut ketahuan bolos?” Cheng Yan meliriknya sekilas.
“Jangan menyela…” Cheng Yun melotot ke arahnya, lalu memandang Tang Qingying, “Lalu mengapa kamu masih terlihat muram?”
“Karena pergi satu minggu, berarti akhir pekan satu minggu tidak bisa bertemu kakak ipar.” Tang Qingying berkata dengan wajah memelas.
“Hah!! Terbatuk...” Cheng Qiuye yang tak siap tersedak hingga wajahnya memerah darah.
Cheng Yan menarik selembar tisu dan menyodorkannya padanya, berkata datar: “Biasakan saja.”
Cheng Qiuye mengangguk, menerimanya lalu mengelap mulutnya.
Cheng Yan melanjutkan: “Sekarang kamu tahu betapa sengitnya dia kan?”
Cheng Qiuye agak canggung mengangkat kepala, tersenyum kecil, tak bersuara.
Cheng Yun juga canggung, buru-buru menyantap buburnya.
Melihat ini, Cheng Qiuye cepat-cepat mengalihkan topik: “Aku juga pernah dengar nama besar Hongcun Xidi, konon sekarang merupakan ‘satu-satunya kota kuno’ di negara kita, sayang dulu sudah direncanakan matang-matang, bilang nanti akan sering jalan-jalan, tapi setelah lampusemua terlupakan.”
Cheng Yun mengangguk: “Hongcun Xidi memang bagus, kamu masuk ke dalam langsung terasa seperti melakukan perjalanan waktu.”
Tang Qingying juga berkata: "Aku juga belum pernah ke sana, cuma melihat lukisan-lukisan senior yang pernah pergi dan kembali. Rasanya cukup bagus. Kabarnya kalau lukisannya bagus mungkin dibeli turis di tempat, lalu biaya perjalanan pun terkumpul..."
Cheng Yun menyatakan sebelumnya pernah melihat banyak murid melukis sketsa di tepi Danau Selatan Hongcun, tapi tak pernah melihat ada yang membeli lukisan.
Mereka mulai berdiskusi tentang hal ini.
Sambil mengobrol, sarapan pun habis. Sudah lewat pukul delapan. Saat ini jam pelajaran pertama pagi di Universitas Yizhou sudah dimulai.
Terhadap dua adik yang membolos ini, Cheng Yun juga merasa tak berdaya. Tapi dia tetap tidak banyak bicara, takut dianggap menyebalkan.
Usai makan, Cheng Yan membuka-buka aplikasi musik di ponselnya, lalu berkata pada Cheng Qiuye: "Kak sepupu hebat ya! Satu album total empat lagu, sekarang tiap lagu masuk chart Top Musik, bahkan tiga lagu masuk 10 besar!"
Meskipun beberapa hari ini perusahaan belum menghubunginya, Cheng Qiuye berseri-seri: "Akhirnya tidak mempermalukan Guru Cai!"
"Tidak cuma tidak memalukan, lihat peringkat papan pengumuman yang diperbarui setiap hari, tiga lagumu menempati tiga besar!" lanjut Cheng Yan sambil terus membuka-buka aplikasi.
"Papan pengumuman mana?"
"Aku lihat di Netease Cloud Music."
"Oh, yang itu sekarang semakin air," kata Cheng Qiuye dengan rendah hati, "Lagipula itu semua berkat Guru Cai, aku paling-paling cuma menyanyi."
"Bagaimanapun juga, kamu pasti akan viral," ujar Cheng Yan.
"Benar!" Tang Qingying buru-buru mengangguk, "Banyak teman sekelasku yang mendengarkan lagumu, bahkan dua orang di asrama setiap hari menyanyikannya. Apalagi setelah kelas usai, saat teman-teman mulai menggesek Dou×, pasti setidaknya ada satu ponsel yang memutar 《Mengejar Angin》 di ruang kelas yang sama. Kalau aku bilang ke mereka kalau sekarang aku setiap hari makan dan cuci piring bersama Cheng Qiuye, mereka pasti hampir tak percaya!"
"Hah, suasana hatimu sudah membaik?"
"Emm... itu... kan kelas sudah mulai."
“……”
Tiba-tiba, ponsel Cheng Qiuye berbunyi.
Ia menunduk melihat layar - panggilan dari asistennya. Sedikit mengerutkan kening, tanpa sungkan ia langsung menerima telepon itu.
Dua menit kemudian, dia meletakkan ponselnya dengan ekspresi yang kompleks.
Seolah-olah bersyukur, namun tetap mengerutkan alis.
Cheng Yun bertanya: "Ada apa?"
Cheng Qiuye berkomentar: "Asisten memberitahuku, perusahaan telah menjemput acara varietas untukku, Happy Camp, minggu depan harus segera direkam."
Cheng Yun belum sempat bicara, Tang Qingying sudah menjerit ketakutan: "Waah! Happy Camp lho! Meskipun... aku sudah lama tidak menontonnya, tapi bisa tampil di Happy Camp, hebat sekali sepupu perempuan dari pihak ayahku!"
Cheng Yan menyahut: "Secepat ini sudah bisa naik ke acara seperti Happy Camp, perusahaan sangat menghargaimu!"
Namun Cheng Qiuye masih mengerutkan alis.
“Dia seorang selebritas kecil level delapan belas, meskipun beberapa lagunya belakangan ini sangat populer, tapi baru mulai terkenal. Popularitas pribadinya jauh belum mengikuti. Ini yang disebut lagu hits tapi orangnya tidak. Jujur saja, bahkan jika sekarang dia keluar tanpa masker mengitari satu putaran, kemungkinan dikenali juga tidak besar. Perusahaan ingin mendorong artis seperti ini ke acara 'Kebahagiaan Markas Besar', meskipun di era streaming acara ini sudah tidak sejaya dulu, tetap bukan hal mudah kan?”
“Ini… kompensasi?”
Cheng Qiuye menggelengkan kepala, tidak terlalu paham liku-liku di baliknya.
Cheng Yun bertanya, “Minggu depan kamu rekaman? Tapi kamu belum punya manajer sekarang!”
“Asisten sementara merangkap tugas manajer.”
“Bagaimana asistenmu?”
“Lumayan, seorang gadis yang hanya lebih tua satu tahun dariku, cukup teliti, juga sangat kompeten. Kami juga cocok.” Kata Cheng Qiuye, “Jika beberapa lagu ini bisa mengangkatku cukup tinggi, aku akan mengajukan dia jadi manajerku.”
“Kalau begitu...”
Cheng Yun belum selesai mengucapkan "Bagus!", ponselnya tiba-tiba bergetar.
Loli yang sedang berbaring di dekat pantatnya sambil bermain-main dengan ekornya sendiri langsung mengangkat kepala dan menegakkan telinga — suara inilah yang memancingnya semalam!
Cheng Yun mengambil ponsel dan melihat ada SMS ——
Kemarin malam polisi menerima laporan: Di Gunung Huaxi Kota Jiuzhuang, muncul sebuah gua secara tiba-tiba setelah hujan hari sebelum kemarin. Sejak pagi kemarin, aroma arak yang kuat mulai tercium. Beberapa orang yang masuk ke dalam tidak pernah keluar. Setelah investigasi, total tiga kelompok orang telah masuk ke gua dan hilang. Untuk penyelidikan, dua kelompok polisi tambahan masuk dan menghilang secara misterius.
Ekspresi Cheng Yun menjadi sedikit serius, tapi tidak membalas.
Baru melarikan diri semalam, sudah ketahuan secepat ini?
Efisiensi cukup tinggi!
Ia tidak tahu bahwa di balik komentar "efisiensi cukup tinggi"-nya, ada orang yang sudah sibuk gelisah selama beberapa hari. Sambil berusaha mempertahankan "kecocokan hati" ala mereka, mereka hanya bisa menyelesaikan pekerjaan diam-diam tanpa bisa bicara hal lain.
Cheng Yun baru saja hendak meletakkan ponselnya, SMS lain masuk——
Gua tersebut kemungkinan besar adalah makam kuno. Wilayah Yizhou di masa lalu dan zaman kuno pernah memiliki peradaban gemilang. Jika Gunung Huaxi benar-benar merupakan makam kuno, maka benda purba di dalamnya akan sangat membantu dalam menyempurnakan catatan sejarah negara kita.
Ini adalah petunjuk untuk mengingatkannya agar memperhatikan perlindungan benda purba jika benar-benar merupakan makam.
Cheng Yun mengatupkan bibirnya.
Kemudian muncul kabar lagi——
Dari dua kelompok yang masuk, kelompok pertama kemungkinan adalah pencuri makam, terdapat jejak penggalian mesin modern di mulut gua.
Cheng Yun langsung membalas tanpa berpikir: "Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan."
Sekaligus menjawab dua pesan berikutnya.
Setelah itu Cheng Yun tidak menerima SMS lagi.
Sepertinya mereka juga merasa puas dengan ini.
Kedua belah pihak sama-sama seperti ini, Cheng Yun punya tanggung jawabnya sendiri, mereka juga memiliki tugas masing-masing. Masing-masing melakukan kewajibannya, itulah kecocokan hati.
Meletakkan ponsel, Cheng Yun bertanya pada Cheng Qiuye: "Kamu perlu pakai mobil hari ini?"
"Tidak perlu, ada apa? Kamu mau pakai mobil?"
“Hm, aku mau keluar sebentar, pinjem mobil dulu.”
“Hm?”
Cheng Qiuye mengedipkan mata menatapnya, ekspresinya seolah berkata "Aku tahu rahasiamu~".
Dia sudah menyadari adiknya ini memiliki keterampilan politik yang luar biasa dan jaringan selangit - terdengar agak kekanak-kanakan, tapi faktanya memang tidak jauh berbeda. Hanya saja dia masih bingung darimana semua kemampuan ini muncul. Meski mereka telah berpisah bertahun-tahun dan jarang berkomunikasi, bahkan melihat keseharian adiknya sekarang yang cuma menjaga hotel seperti pensiunan!
Akhirnya mau melakukan sesuatu besar atau menemui sosok penting?
Sorot mata Cheng Qiuye berbinar-binar.
Cheng Yun menggeleng geli: "Elu gila ya?"
"Oh!"
Cahaya di mata Cheng Qiuye langsung padam. Buru-buru dia berdiri: "Aku ambilkan kunci di atas!"
Cheng Yan bertanya: "Ada apa sih?"
Cheng Yun tetap tenang: "Li Huai'an sakit, aku mau menjenguknya."
"Oh." Cheng Yan tidak mencurigainya.
"Siapa Li Huai'an itu? Sepertinya aku pernah dengar kakak ipar menyebut namanya beberapa kali." Tang Qingying penasaran.
"Hmph." Cheng Yan seakan berkata 'aku tak mau memberitahumu', tapi setelah membeku sejenak, ia mengubah keputusan, "Li Huai'an adalah teman dekat kakak iparmu dan kakakmu semasa kuliah."
"……" Tang Qingying memandangnya dengan ekspresi tak tahu harus berkata apa, hal segini saja dipakai untuk menjijikkan dirinya?
Tiba-tiba Sang Mage bertanya, "Aku mau keluar beli kue, Bisa nebeng mobil Kepala Stasiun?"
Sang loli seolah juga merasakan sesuatu, mengangkat kepala menunjukkan rahang bawah berbulu putih lembut: "Huu!"
Yin Nuxia berseru, "Bawakan yang rasa mangga! Jangan yang dipotong segitiga, ambil yang bulat utuh belum dipotong!"
Sambil berkata demikian, ia memperagakan bentuk lingkaran sempurna dengan tangannya.
Sang Mage dan Sang loli serentak memalingkan wajah ke arahnya.
Yin Nuxia mengedipkan mata, tetap saja bingung: "Ada apa? Kenapa kalian memandangiku seperti itu... Jangan-jangan... Kamu suka kue strawberry jadi tidak suka melihat orang lain makan rasa lain?"
Sang Mage menarik sudut bibir, mengangguk: "Baik."
Loli itu juga menarik kembali pandangannya.
Tak lama, Cheng Qiuye turun, menyerahkan kunci kepada Cheng Yun.
Cheng Yun memegangnya dan berjalan keluar.
Sang Mage melirik Yin Nuxia dengan tatapan melihat orang bodoh, berdiri dan mengikuti di belakang Cheng Yun.
Yin Nuxia: "??"
Loli kecil itu juga bangkit melompat dari sofa, menoleh tajam memandanginya bagai melihat orang idiot, lalu melangkah keluar hotel.
Yin Nuxia: "???"
Baru ketika melihat Sang Kepala Stasiun duduk di kabin truk, Sang Mage menduduki kursi belakang, sementara loli itu melompat ke dashboard dan duduk manis dengan wajah serius menatap depan, Yin Nuxia mulai merasa tidak beres.
"Tunggu!"
Dia buru-buru berlari mendekat: "Aku juga mau ikut!"
Cheng Yun sudah menyalakan mesin mobil.
Yin Nuxia membuka pintu kursi belakang, bertatapan dengan Sang Mage di dalam. Setelah beberapa detik, dia membanting tutup pintu dengan keras. Kemudian menoleh sekilas ke arah Tang Qingying dan Cheng Yan yang bingung di resepsionis, berjalan jinjit beberapa langkah, lalu membuka pintu kursi penumpang depan dengan hati-hati dan duduk di sana.
Seolah-olah dengan gerakan lembut di siang bolong, orang lain tidak akan melihat aksinya.
Yin Nuxia dengan kikuk mengaitkan sabuk pengaman, lalu menatap lurus ke arah Sang Kepala Stasiun.
Cheng Yun mencabut kabel kamera dashboard terlebih dahulu, lalu mengoperasikan ponselnya dan memasangnya di penyangga dekat setir—
Dari ponsel langsung terdengar suara perempuan: "Mulai merencanakan rute ke Kota Lama Zhuang, jarak total 63 kilometer..."
Perlahan melepas kopling, mobil mulai meninggalkan tempat parkir.
Yin Nuxia tertegun: "Kota Lama Zhuang? Tempat apa itu? Mau ngapain kesana?"
Setelah bertanya, ia kembali melirik loli dan Sang Mage. Terlihat loli duduk tegak di dashboard dengan tatapan lurus ke depan jalan, wajah serius. Sedangkan Sang Mage menyilangkan tangan di dada bersandar di sandaran kursi, menunjukkan ekspresi seolah akan melakukan rencana besar.
Ini apa!!?
Yin Nuxia merasa... sepertinya ada hal yang diketahui semua orang, hanya dirinya yang tidak tahu.
Perasaan ini membuat ekspresinya rusak parah!
Cheng Yun sambil menyetir mulai menjelaskan padanya.
Baru kemudian ekspresi Yin Nuxia kembali normal.
