Cheng Yan juga bertepuk tangan, memiringkan kepala mendekati Cheng Yun: "Tak disangka kemampuan Kak Yin Dan sehebat ini! Pasti pernah berlatih ya..."
Cheng Yun mengangguk: "Kau juga tahu dia punya gangguan jiwa, terus berilusi jadi jagoan dunia persilatan. Jadi sejak kecil dia sembarangan latihan, konon dulu di rumah sakit jiwa juga sering berlatih beginian."
Cheng Yan terkejut: "Serius?"
Beberapa saat kemudian, dia berkata dengan penyesalan: "Sayang sekali, Kak Yin Dan benar-benar kerugian besar bagi dunia olahraga negara kita."
Cheng Yun menyeringai: "Tapi dia adalah keberuntungan seluruh masyarakat Jinguan."
Cheng Yan juga tersenyum.
Loli menunjukkan sikap meremehkan.
Akhirnya pembawa acara di atas panggung mencabut shuriken menggunakan tang. Mungkin karena terpengaruh Yin Nuxia, kemudian terus-menerus banyak orang naik ke panggung - ada gadis muda yang dengan percaya diri menyanyi tanpa iringan menggunakan mikrofon, juga pria paruh baya yang menghibur anaknya untuk menari secara acak, tapi tidak ada yang berhasil memenangkan hadiah besar.
Yin Nuxia meremas voucher belanja 500 yuan sambil memeriksa kiri-kanan, membaca setiap kata dengan teliti, hatinya dipenuhi kegembiraan.
Dengan 500 yuan ini, dia akhirnya menahan kesabaran untuk terus menunggu.
Aktivitas kedua adalah memilih orang secara acak untuk melempar dadu, setiap tiga orang sebagai satu kelompok. Siapa yang mendapat angka tertinggi berhak memenangkan kesempatan hadiah.
Kali ini roda shuriken telah dimundurkan, diganti dengan roda putar yang diaktifkan dengan memutar. Di atasnya masih terbagi banyak area dengan berbagai hadiah, dimana hadiah terbesar bahkan melebihi aktivitas sebelumnya - voucher belanja utuh sebesar 800 yuan.
Orang yang naik ke atas perlu memutar roda. Saat roda akhirnya berhenti, area yang ditunjuk jarumlah yang berlaku.
Hadiah utama tetap hanya memiliki seberkas sempit berbentuk kipas, bahkan lebih sempit dari sebelumnya.
Pembawa acara berkata: "Babak sebelumnya menguji teknik dan bakat, babak ini murni mengandalkan nasib. Puas kan, Maestro?"
Kali ini tidak perlu tampil di panggung, cukup melempar dadu untuk diundi. Semua sangat antusias, 80% orang mengibaskan tangan. Bahkan nenek-nenek yang tidak ingin membeli motor listrik, demi hadiah-hadiah tidak berguna di roda, juga mengacungkan tangan.
Yin Nuxia tentu saja mengibaskan tangannya: "Aku! Aku!"
Pandangan pembawa acara menyapu sekilas tubuhnya, lalu melewatinya.
Yin Nuxia langsung geram!
Tiba-tiba, Sang Mage di sampingnya berkata: "Mau kubantu?"
Yin Nuxia tertegun, memalingkan wajah: "Kau? Nasibmu... Awas kau ulur tangan, rodanya bisa rusak!"
"Muka Sang Mage langsung gelap," suaranya direndahkan, "Setidaknya ingatlah satu hal, aku ini seorang Mage."
"Ada apa?"
“……”
"Oh aku tahu!" Yin Nuxia langsung berbalik, membungkuk hormat ke arah Sang Mage, "Tolonglah!"
"Ahem! Jangan bertingkah seolah kita saling kenal, nanti pembawa acara tidak memilihku!"
"Oh oh! Paham paham!" Yin Nuxia mengangguk-angguk, tatapan lurus ke depan, tiba-tiba seperti teringat sesuatu, memalingkan wajah, "Urusan tetap urusan, kamu masih berutang dua mangkuk mi daging sapi dan seekor ikan mas panggang, tidak bisa ditukar!"
"......" Sang Mage langsung tak tahu harus berkata apa.
Lalu ia diam-diam mengangkat tangan.
Mata pembawa acara berbinar, hampir seketika menangkap siluet setinggi 178 cm yang bahkan lebih tinggi dari mayoritas pelanggan pria, rampendek tak mampu menutupi kecantikan legendarisnya, jarinya menunjuk Sang Mage: "Nona cantik berambut pendek ini!"
Sang Mage dalam hati mengumpat MMP, namun dengan raut wajah tenang melangkah keluar dari kerumunan dan naik ke atas panggung.
Yin Nuxia masih mengepalkan tinju sambil membentuk kata "Semangat!" dengan bibirnya.
Di antara kerumunan penonton, Sang Mage benar-benar menonjol seperti bangau di antara ayam - bukan hanya karena postur tingginya, tapi juga wajahnya yang memesona, serta aura spiritual yang melampaui dunia fana. Padahal parasnya bak memesona seluruh negeri, ia justru berambut pendek dan mengenakan pakaian pria yang semakin membuatnya mencolok.
Begitu naik ke panggung, pandangan pembawa acara dan semua penonton pria langsung terkunci padanya.
Beberapa orang yang lewat tertarik dan mulai mengerumuni area tersebut.
Beberapa anak muda yang mengenalinya mulai meneriakkan serangkaian teriakan takjulir.
Pembawa acara berkata: "Bagaimana kami harus memanggil Nona cantik ini? Sepertinya saya pernah melihatmu di... Hm? Ada yang berteriak 'Dewi Beihai' di bawah? Astaga! Anda adalah 'Dewi Tercantik Beihai' yang viral di seluruh internet!!"
Dengan tenang Sang Mage menjawab: "Margaku Cai, seperti Cai dalam 'mengambil bunga'. Saya laki-laki."
Kerumunan di bawah langsung gempar.
Pembawa acara tertegun, buru-buru menundukkan kepala: "Maaf, saya sudah lama mendengar tentang Anda, sangat terhormat Anda bisa hadir di sini, disambut meriah disambut meriah."
Sang Mage diam-diam menyapu sekilas ke bawah, saat melihat srikandi lemah pikiran itu malah menutup mulut sambil tertawa mengejeknya, bibirnya tak terkendali berkejang - "Gue gila naik ke sini bantu dia menang kupon belanja ya?!"
Tak lama, pembawa acara kembali memanggil dua orang naik ke atas panggung.
Ketiganya mulai melempar dadu dibimbing humor sang MC, di belakang terpampang layar besar berkualitas AV yang menampilkan angka dadu.
Dadu dilempar ke dalam wajan datar seperti untuk menggoreng, dipasang kamera pengawas yang mengarah ke dasar wajan. Melihat kerumunan penonton yang tertarik oleh kecantikan Dewi Tercantik Beihai, sang MC sengaja memperlambat ritme pelemparan dadu.
Gadis pertama mulai melempar.
Tiga dadu menunjukkan total tiga poin.
Melihat itu, paman kedua menghela napas lega, meniup dadu di tangannya lalu melemparkannya dengan ekspresi santai.
Dadu berputar liar beberapa saat, akhirnya berhenti——
Masih tiga poin!
Pada titik ini situasi mulai terasa dramatis, penonton di bawah sebagian besar menyaksikan dengan senyum. Bahkan mereka sendiri saling pandang, raut wajah campur antara geli dan kecewa, dalam hati mengira sudah takdir tak dapat hadiah.
Pembawa acara sambil menyerahkan dadu ke Sang Mage berkata: "Sepertinya Nona ini yang berhak memutar roda!"
Sang Mage tersenyum tipis, melemparkan dadu——dengan curang sampai sejauh ini, seburuk-buruknya nasib pasti menang 'kan?
Dadu terus berputar-putar di dalam wajan, sesekali mengitari pinggir wajan, memikat pandangan semua orang.
Tiba-tiba, dua dadu bertabrakan dan meluncur turun dari lereng yang miring.
Kedua dadu itu malah bertumpuk!
Di puncak tumpukan itu jelas terlihat satu titik!
Penonton di bawah kembali gempar!
Pembawa acara juga menutup mulut sambil tertawa, sementara dua orang lainnya menunjukkan secercah harapan di wajah mereka.
Hanya Sang Mage yang tampak muram——
Langit licik ini!!
Dadu terakhir terus berputar menyusuri pinggiran wajan, kecepatannya semakin melambat sebelum akhirnya jatuh ke dasar. Akhirnya berhenti berputar, berguling perlahan, memperlihatkan lingkaran merah besar yang perlahan muncul di bawah tatapan semua orang.
Wajah Sang Mage berubah dingin.
Tiba-tiba, bibirnya berkedut lagi——dia melihat si Srikandi bodoh itu bahkan ikut berteriak kaget melihat adegan dramatis ini!
Saat semua orang menganggap situasi ini sangat menghibur, dadu terakhir itu tiba-tiba berputar sekali lagi——
Enam titik!
Sang Mage tersenyum memandang pembawa acara.
Akhirnya ia berhasil memenangkan kesempatan untuk memutar roda.
Tentu saja, hadiah utamanya lagi!
Pembawa acara melihat gejolak penonton di bawah, sangat memenuhi standar, langsung menyodorkan voucher belanja 800 Yuan kepada Sang Mage sambil tersenyum: "Selamat, voucher belanja 800 Yuan ini bahkan lebih besar daripada saham sebelumnya!"
Sang Mage mengangguk sambil mengucapkan terima kasih, lalu turun dari arena.
Ketika pembawa acara melihat Sang Mage menyerahkan voucher belanja itu kepada Yin Nuxia, ia pun tertegun.
Yin Nuxia masih mengangkat voucher belanja itu sambil melambaikan tangan padanya.
Setelah itu, Cheng Yan juga berhasil dipilih oleh pembawa acara berkat tingkat kecantikannya. Cheng Yun menyuruh loli mengikutinya naik ke atas arena, hal ini tentu membuat Cheng Yan sangat bersyukur.
Delapan ratus Yuan kembali masuk ke tangan.
Masih ada berbagai tipe aktivitas di belakang, namun bagaimanapun Yin Nuxia memelas pada Cheng Yun, Cheng Yun tetap tidak mau membantunya main curang.
Baru pada aktivitas terakhir.
Pembawa acara berkata: "Aktivitas terakhir disebut melempar bola bordir! Aturannya sederhana, kami akan memberikan uang dengan cara melemparkannya ke bawah! Beberapa gadis cantik akan melempar bola bordir, siapa yang menangkapnya akan mendapatkan voucher belanja 500 yuan."
Yin Nuxia mengerutkan kening: "Lempar bola bordir? Bukankah ini cara para nona bangsawan memilih suami dalam drama TV?"
Cheng Yan menjawab: "Ya."
Yin Nuxia kembali mengerutkan alisnya, tidak memperpanjang diskusi. Dia menggenggam lengan Sang Kepala Stasiun, menatap ke atas dengan sorot mata penuh harap dan permohonan yang memancarkan cahaya: "Seribu lho..."
Cheng Yun menghela napas: "Kamu sudah dapat banyak, sisakan sedikit kuah untuk yang lain!"
Yin Nuxia melirik ke arena: "Ada tiga bola bordir! Kita berempat plus seekor kucing, pasti bisa merebut!"
Loli kecil: "Ha!!"
Cheng Yun berkata: "Kamu sendiri sudah cukup."
Yin Nuxia agak tidak yakin, karena terlalu banyak orang di bawah panggung. Jika gadis-gadis itu tidak melempar ke arahnya, akan sulit baginya menerobos kerumunan yang kacau!
Maka dia memalingkan wajah ke Cheng Yan: "Cheng Yan~~"
Lalu melihat ke arah Sang Mage: "Guru Cai..."
Terakhir dia menatap si loli, setelah ragu sejenak, mendengus pelan dan memutar kepalanya.
Si loli: "？？？"
Yin Nuxia berunding dengan Cheng Yan dan Sang Mage. Ketiganya berdiri di tiga arah berbeda sebagai antisipasi.
Pembawa acara berbicara sebentar, lalu menyuruh tiga gadis mulai melempar.
Meski tidak memakai gaun pengantin, tiga gadis itu mengenakan gaun merah. Mereka tersenyum tipis ke penonton di bawah, memperkirakan beberapa arah umum, lalu berbalik dan melemparkan bola bordir ke belakang.
Tiga bola bordir terbang ke tiga arah berbeda secara berurutan.
Yin Nuxia memperhatikan bola bordir yang mendekati area-nya. Baru hendak melompat untuk menangkap, tiba-tiba penglihatan tepinya menangkap satu bola bordir lain yang terlempar langsung ke arah Sang Kepala Stasiun.
Ia baru teringat, saat melempar bola bordir tadi, salah satu gadis itu seolah sengaja melirik ke arah Sang Kepala Stasiun.
Cih! Brengsek!
Di saat yang sama, ia melihat Sang Kepala Stasiun secara insting mulai mengulurkan tangan untuk menangkap bola bordir.
Yin Nuxia tertegun sesaat.
……
Cheng Yun sebenarnya ingin mengalir sesuai takdir pertemuan, tidak ingin main curang lagi. Tapi karena bola sudah terlempar ke arahnya, tidak masuk akal kalau tidak ditangkap.
Melihat kerumunan penonton yang kebanyakan paman paruh baya dan nenek-kakek, Cheng Yun sangat yakin. Bola ini memang sudah ditakdirkan untuknya, ditambah pengalaman sebagai tulang punggung tim basket jurusan semasa kuliah, menangkap bola ini terlalu sederhana.
Tapi tepat saat ia mengulurkan tangan, kilatan bayangan hitam tiba-tiba muncul di depan matanya!
Seperti seseorang yang menggunakan skill serangan kilat!
Sebuah tangan putih bersih menekan bola bordir itu.
Teknik merebut bola yang luar biasa!
Setelah memeluk bola pernikahan, Yin Nuxia memalingkan wajah sambil tersenyum ke arahnya: "Sang Kepala Stasiun, aku berhasil menangkapnya!"
