Loli kecil itu merasa agak pusing.
Tadinya dia cuma perlu berhati-hati pada satu manusia, sekarang malah harus menjaga diri dari dua manusia!
Saat mendengar hamster ini dibeli sebagai hewan peliharaan loli, sambil merasakan tatapan waspada bercampur permusuhan dari loli, Yin Nuxia tertegun sebentar lalu mata berkilat licik: "Hewan peliharaan apaan? Tikus ya buat dimakan! Enak banget lho!"
Permusuhan di mata loli itu semakin pekat, menatapnya mati-matian.
Seperti kata pepatah: Musuh tak bahagia, aku pun gembira!
Yin Nuxia merasa sangat membebaskan.
Sejak itu loli kecil terus berhati-hati terhadapnya.
……
Yin Nuxia kembali ke hotel lebih dulu daripada yang lain.
Dengan menggapai sayur dan daging, dia secepat kilat naik ke atas, lalu turun sambil berbunyi ding-dong, mengeluarkan kunci mobil, lalu menunjuk motor listrik putih yang parkir di depan pintu sambil berseru penuh semangat ke gadis kecil Yu Dian yang sedang jaga shift di resepsi: "Cepat lihat, mobil yang kubeli!"
Gadis kecil Yu Dian mengangguk: "Aku melihatnya."
Yin Nuxia tertegun, lalu berkata dengan wajah takjub: "Kok kamu sama sekali tidak bersemangat sih?"
Gadis kecil Yu Dian juga tertegun: "Aku... kenapa aku harus bersemangat..."
"Kenapa kamu tidak bersemangat?"
"Aku... haruskah aku bersemangat?" Gadis kecil Yu Dian berkata dengan wajah takjub.
"Hm!" Yin Nuxia mengangguk dengan serius, "Karena Xiao Bai sangat cantik, dan itu mobil baruku!"
"Oh... oh."
Gadis kecil Yu Dian mengangguk, lalu melirik ke luar pintu, mengangkat kedua tangan sambil bertepuk tangan: "Bagus sekali sepeda motor listriknya, hebat..."
"Hah??"
Yin Nuxia mengerutkan alis, menunjukkan ketidakpuasan terhadap ekspresi gadis kecil Yu Dian yang terlihat jelas setengah hati.
Namun rasa tidak puas itu segera terlempar dari pikirannya. Dengan penuh semangat dia berkata, "Aku ajak kamu jalan-jalan naik motor, yuk?"
"Ha?"
"Ha apaan sih? Jalan-jalan! Seru banget! Persis kayak waktu kita di pantai dulu!"
"Tapi... ini kan bukan pantai..."
"Tapi aku baru beli motor!" Sorot mata Yin Nuxia berbinar-binar, "Kalau beli motor baru harus diajak jalan-jalan. Aku udah rencanain, pertama muter-muter di taman dulu, terus jalan-jalan besar di kampus sebelah sana itu, trus..."
"Kayaknya nggak perlu deh..." Gadis kecil Yu Dian tersipu malu.
"Nggak perlu apaan!" Wajah Yin Nuxia berubah seketika, dengan keteguhan dia bersikeras, "Harus jalan-jalan!"
"Emm... Tapi aku harus jaga shift nih."
"Ya nanti kita pergi setelah makan siang."
"Setelah makan siang juga tetap ada shift..."
"Kalau gitu..." Yin Nuxia menggigit ibu jari sambil berpikir sebentar, "Nanti kita pergi pas pengunjungnya sudah penuh semua."
“Penuh penghuni tetap harus jaga shift ya……”
“Kalau gitu pergi malem-malem!”
“Err… yaudah deh.”
Gadis kecil Yu Dian melirik cuaca di luar yang cukup cerah, meski dia merasa "jalan-jalan" ini sama sekali tidak perlu, tapi melihat ekspresi Yin Nuxia yang bersemangat, dalam hati dia bergumam: cuaca begini jalan-jalan sebentar mungkin juga enak...
Yin Nuxia sumringah: “Nah udah deal ya!”
Gadis kecil Yu Dian mengangguk: “Hm.”
Yin Nuxia memandang mobil yang parkir di luar dengan sorot mata berbinar, semakin dilihat semakin elok, semakin ditatap semakin memikat, senyum bahagia di wajahnya tak bisa disembunyikan. Tiba-tiba dia ingat sesuatu: “Aku kasih tau ya, beli mobil hari ini seru banget! Awalnya naik ke atas panggung terus salto……”
“……Akhirnya aku malah nangkep bola pernikahan.”
“Terus tebak gimana? Haha! Cuma habis kurang dari 200 mangkuk mi daging sapi udah dapet mobil ini!”
“Hahaha, selamat ya.” Gadis kecil Yu Dian ikut bermain peran.
“Wu, senyummu aneh banget!”
“Oh, mungkin karena bibirku agak kering, jadi terlihat kaku saat tersenyum.” Gadis kecil Yu Dian menjawab demikian.
“Ternyata begitu ya, lebih sering dijilat saja pasti membaik!”
“Hm!”
Tiba-tiba, Cheng Yun dan rombongan telah kembali.
Sang Mage meletakkan dua jin kastanye di meja kopi, sementara Cheng Yan menaruh kandang hamster di sebelahnya.
Sang loli langsung melompat ke meja kopi, mendekati kandang sambil menatap tajam hewan peliharaannya yang baru, sesekali melirik Cheng Yan dan Yin Nuxia dengan penglihatan tepi. Ia menyadari Cheng Yan terus-menerus memperhatikan hewan kesayangannya - ini situasi berbahaya.
Gadis kecil Yu Dian membelalakkan mata menatap bola bulu imut dalam kandang itu, bertanya: “Kalian membeli hamster? Imut sekali!”
Yin Nuxia di sebelahnya bersungut-sungut: “Apa yang heran? Cuma tikus kecil kok. Waktu aku beli motor listrik nggak sampai segini hebohnya...”
“Loli mendengar itu, melirik Yin Nuxia, lalu memandang sepeda motor listrik yang parkir di luar dengan sikap meremehkan.”
Cheng Yan berkata pada Yu Dian: “Saat kita melewati jembatan penyeberangan, loli melihat ada pedagang hamster di tepi jalan. Langsung kakinya berakar di tempat. Akhirnya setelah pertimbangan matang, kami putuskan membelikannya teman.”
Loli tertegun mendengar penjelasan itu—
Apa... memang begitu?
Yu Dian melirik loli, lalu mengangguk: “Oh begitu rupanya.”
Cheng Yun juga tak membongkar kebohongan adiknya: “Bawa kandang hamsternya ke lantai atas.”
“Mau ditaruh di mana?”
“Kamar saya, kan ini dibeli untuk loli?”
“Iya... tapi taruh di resepsionis saja. Loli bisa sering main ke sana, tamu-tamu juga bisa lihat.”
“Hamster itu penakut.”
“……”
Dengan enggan Cheng Yan mengangkat kandang itu naik, sementara loli buru-buru menyusul dari belakang.
Tinggal sebentar, Cheng Yun juga naik ke atas.
Hari ini belanja di mall semuanya dibayar Yin Nuxia, dia maksa bayar. Mempertimbangkan dia sudah jadi tajiran kecil, Cheng Yun tak merebut. Si Tajiran Yin dengan semangat heroik membeli dua ekor ikan: satu ikan pedang, satu ikan sturgeon naga.
Ikan pedang untuk kecap manis, ikan sturgeon naga untuk......
Cheng Yun bersiap mencari menu dulu.
Ada juga daging sapi loli, kelinci Cheng Yan, apalagi dilakukan cukup merepotkan.
Yin Nuxia sudah mahir mengolah ikan, dua tiga kali hantaman langsung membersihkannya. Ikan pedang dipotong-motong, sedangkan sturgeon yang tampak gagah itu ditaruhnya di samping menanti arahan Sang Kepala Stasiun.
Tak lama kemudian, Cheng Yun mulai memasak.
Dia mau olah daging sapi dulu, setelah direbus baru mengolah hidangan lain.
"Bersamaan dengan itu ia berkata pada Yin Nuxia: "Pergi cuci jahe muda sampai bersih, kerok kulit permukaannya, potong menjadi serat, lalu potong cabai hijau-merah menjadi ruas.""
Ini adalah persiapan bahan-bahan untuk kelinci tumis cabai ganda.
Yin Nuxia patuh melaksanakannya.
Loli dengan lincah melompat ke atas tungku, berjongkok di sebelahnya, fokus menatap Cheng Yun memasak.
Sesekali ia melirik penuh iri ke arah Yin Nuxia yang sibuk.
Cheng Yun bertanya: "Di mana tikus kecilmu?"
"Huu!" Loli menoleh tajam ke sudut ruang tamu kecil.
"Oh, kau sudah memberinya nama?"
"Huu?" Loli tertegun.
"Kau ingin menyebutnya apa?"
"Huu……"
"Dipanggil 'Huu' saja?"
"Huu huu!"
"'Huu huu' gitu?"
"Huu huu……" Kepala loli terkulai lesu tak berdaya.
"Baiklah, terserah kamu mau menyebutnya apa, mulai sekarang ia adalah hewan peliharaanmu. Jangan sampai kamu merawatnya seperti memelihara ikan kecil yang akhirnya mati," kata Cheng Yun. Melihat ekspresi khawatir yang tiba-tiba muncul di wajah loli itu, ia buru-buru menambahkan, "Tapi ia tidak semudah ikan kecil mati. Selama kamu merawatnya dengan baik, memberinya makan saat lapar, pasti ia akan perlahan tumbuh besar."
"Wu?" Loli itu menatapnya dengan tertegun.
"Makanannya apa? Tentu saja berbeda denganmu yang bisa makan segalanya. Ada beberapa hal yang jika dimakannya akan membuatnya mati," jawab Cheng Yun, meski sebenarnya ia tak paham pertanyaan apa yang diajukan si loli.
"Aku akan cari informasinya..."
Cheng Yun mengelap tangannya di celemek, lalu mengeluarkan ponsel untuk mencari. "Untuk sayuran, ia makan sayuran hijau, wortel merah, labu..."
"Kacang-kacangan kering..."
"Buah-buahan..."
"Rumput alfalfa, biji dandelion... Ah, yang ini tidak perlu dipikirkan. Di kota mana bisa menemukan rumput jenis ini untuk dipetik..."
“Gandum, jagung……”
“Daging sapi, daging ayam, serangga kecil dan ikan kecil kering peliharaan……” Cheng Yun menyebutkan sejumlah besar bahan pangan dalam satu tarikan napas, seolah-olah selain beberapa hal aneh, makhluk kecil ini juga tampak bisa memakan segalanya.
Si loli menyembamkan telinganya dengan fokus penuh. Meskipun banyak hal yang belum pernah didengarnya dan tidak diketahui apa itu.
Yin Nuxia telinganya bergetar: “Apa? Ikan kecil kering?”
Cheng Yun: “……”
Ia tidak menghiraukan Yin Nuxia, melainkan meletakkan ponselnya dan menatap si loli: “Sudah diingat?”
Yin Nuxia kembali bertanya: “Bagaimana mungkin bisa mengingat, sebanyak ini, aku saja tidak bisa mengingat.”
Namun si loli justru mengangguk.
Yin Nuxia segera mengernyit: “Ya! Makhluk kecil ini di usia muda sudah bisa bicara sembarangan, kalau sudah besar nanti pasti semakin menjadi!”
Si loli malas berbicara dengannya, agar tidak terkena 'Sihir Penurun IQ'-nya secara tak sengaja.
Cheng Yun kemudian melanjutkan: "Tidak ingat juga tidak apa-apa, nanti Cheng Yan pasti akan membeli semua perlengkapan ini. Tugasmu hanya memberi makan saja. Tapi jangan karena ingin cepat membuatnya besar lalu memberinya makan sekaligus banyak, bisa-bisa 'hanya berakhir dengan cacat'."
Si loli terus mengangguk-anggukkan kepala kecilnya.
Cheng Yun lalu seperti sedang mendidik anak kecil, satu per satu menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara hewan.
Tiba-tiba, Yin Nuxia berbisik: "Cheng Yan datang."
Begitu ucapannya meluncur, Cheng Yan sudah menyembulkan sepertiga kepalanya dari balik pintu, persis memperlihatkan matanya di tepian pintu - sesuai tradisi yang berlaku, Yin Nuxia pasti akan memberi alarm saat Cheng Yan mendekat dalam jarak 3 meter, jadi besar kemungkinan Cheng Yan berlari kecil ke sini.
Tujuannya... adalah untuk menguping!
Dari gerakan liciknya sudah ketahuan.
Namun Cheng Yun, Yin Nuxia, dan si loli sudah memutar kepala, mengedipkan mata menatap tajam ke arahnya.
Atmosfer seketika menjadi agak canggung.
"……"
"Cheng Yan menyandarkan tangan di belakang sambil berjalan keluar dari sisi tembok, dengan ekspresi berpura-pura normal, berkata: 'Apa yang sedang kalian bahas?'"
"'Aku sedang mengajari loli cara merawat hewan peliharaan, kamu yang berwajah licik datang mau ngapain?'"
"'Dia kan tidak mengerti...' Cheng Yan secara bawah sadar mengabaikan bagian akhir kalimat."
"'Bagaimana jika dia mengerti!'"
"'Kalau begitu kamu orang bodohlah...'"
“……”
"'Aku mau periksa hamster kecil!' Cheng Yan melangkah menuju kandang hamster, tangan belakangnya menggenggam beberapa butir kacang tanah dengan erat. Mungkin karena terlalu serakah mengambil terlalu banyak, terlihat sedikit jejak di sela jarinya. Dan mungkin dia mengira Cheng Yun tidak melihatnya."
"'Wu!' Loli buru-buru melompat turun dari tungku dan menghadang di depan Cheng Yan."
"'Kamu mau apa? Mengapa tidak membiarkan aku lewat?' Cheng Yan bertanya dengan ragu."
Tiba-tiba matanya berbinar, "Apa kamu cemas, tidak mau aku melihat si hamster?"
Menghadapi ekspresi meremehkan dan waspada si loli, Cheng Yan sama sekali tidak sadar. Malah berjongkok mendekatinya sambil berbisik, "Tenang, aku cuma mau kasih dua biji kacang. Kamu tetap yang paling aku suka!"
Si loli tertegun.
Cheng Yan pun berdiri sambil memuji, "Kamu imut banget!" Lanjutnya, "Ternyata sikap dinginmu cuma di luar, di dalam kamu sangat peduli padaku." Sambil melangkah ke kandang hamster.
Dengan gesit loli melompati Cheng Yan, berlari ke depan kandang sambil berjaga-jaga.
Tapi dia tak berani menghalangi lagi, khawatir si orang biasa ini kembali mengeluarkan ucapan-ucapan aneh.
Namun senyum di wajah orang biasa ini justru semakin cerah, berbisik pelan: "Sungguh manis, ternyata memang kau masih mencintaiku!"
loli: “？？？”
