Yin Nuxia berderap-derap naik ke atas, hanya beberapa saat kemudian, dia sudah turun sambil menggenggam pergelangan tangan gadis kecil Yu Dian.
Satu tangan memegang gadis kecil Yu Dian, jari telunjuk tangan satunya lagi menusuk ke dalam ring kunci mobil dan diayunkan hingga mengeluarkan dentang, ia juga menggigit bibir bawahnya, sorot mata yang penuh kegembiraan mengalir keluar seperti krim di dalam roti yang baru saja dipotong, sungguh sebuah "angin semi yang membawa kepuasan diri".
Gadis kecil Yu Dian membiarkan dirinya ditarik, mengikuti langkahnya.
Yin Nuxia melambaikan tangan ke Cheng Yun dan Cheng Yan di resepsionis: "Kepala Stasiun, Nona Cheng Yan, kami akan pergi jalan-jalan!"
Seolah sedang pamer!
Cheng Yan mengangguk: "Baik."
Cheng Yun tak tahan memberi nasihat: "Perhatikan keselamatan di jalan, pelan-pelan saja, jangan sampai membuat Yu Dian trauma. Saat belok ingat nyalakan lampu sein."
Awalnya Yin Nuxia mengangguk dengan ekspresi "Ah, kepala stasiun ini kok cerewet sekali" dan "Aku sudah dewasa, di hatiku sudah ada perhitungan", tapi saat mendengar kalimat terakhir ia malah tertegun: "Apa? Lampu sein apa?"
Wajah Cheng Yun langsung menjadi gelap.
Yin Nuxia berpikir sejenak, lalu bertanya: "Ngomong-ngomong, aku lihat banyak sepeda motor listrik punya senter di depannya. Bagaimana cara menyalakan senter Xiao Bai-ku?"
Saat ini hari juga hampir gelap.
Meski Yin Nuxia merasa lampu jalan sudah cukup, dan lubang di jalan takkan luput dari sorot matanya, tapi berlari dengan senter menyala pasti terlihat lebih keren bukan! Xiao Bai-nya masih baru, kalau malam-malam ngebut tanpa senter, orang bisa mengira Xiao Bai-nya tidak punya senter!
Cheng Yun merasa pasrah, memalingkan wajah ke Cheng Yan mencoba mencari kesamaan perasaan dalam sorot matanya.
Cheng Yan hanya mengerutkan bibir dengan tenang.
Cheng Yun pun berdiri sambil menghela napas dan berjalan keluar.
Yin Nuxia sama sekali tak merasakan apa-apa, dengan esensi spiritual yang tenang mengikuti di belakangnya sambil mengambil posisi belajar.
Cheng Yun berjalan mendekati sepeda Xiao Bai yang masih baru, menunjuk ke tombol putar di setang kanan: "Lihat benda ini? Ada gambar semacam kepala lampu di atasnya, garis-garis di depan ini mewakili cahaya yang dipancarkan lampu."
Yin Nuxia mengangguk: "Kulihat, tapi bagaimana kamu tahu itu gambar kepala lampu?"
"Bukan itu poin utamanya. Ada tiga tingkat putaran, sekarang posisinya di paling kanan yang berarti lampu mati. Lihat saat kuputar ke tengah, lampu belakang menyala. Kamu bisa nyalakan lampu belakang saja saat jalan terlihat jelas tapi perlu peringatkan kendaraan di belakang."
"Oh begitu!" Yin Nuxia membelalakkan matanya menatap pantat sepeda, "Kalau diputar ke kiri berarti nyalakan senter depan?"
"Pintar!" Cheng Yun memutar tombol ke paling kiri, lampu depan Xiao Bai langsung menyala. Meski langit belum terlalu gelap, cahaya lampunya tetap terlihat jelas.
"Aku yang coba! Aku yang coba!"
Yin Nuxia buru-buru mengitari bagian paling kanan mobil, dengan penuh kegembiraan memainkan lampu kendaraan. Setiap kali memutar tombol, ia menjulurkan leher ke depan atau menoleh ke belakang untuk mengamati cahaya lampu yang menyinari permukaan tanah di depan dan belakang mobil.
Cheng Yun menunjuk panel instrumen: "Di sini akan menampilkan lampu yang kamu nyalakan."
Mendengar itu, Yin Nuxia menoleh ke panel instrumen. Dengan tangan yang tak henti menyalakan dan mematikan lampu, ia segera memahami: "Rupanya Xiao Bai-ku ini sangat hebat!"
"Di sebelah kiri sini bisa mengatur lampu jauh dan lampu dekat."
"Waah! Jauh lebih keren daripada gerbong kuda!"
"Sekarang tentang lampu sen." Cheng Yun menunjuk tombol putar lampu sen, "Ini berbeda dengan saklar lampu depan-belakang. Saat di posisi tengah berarti lampu sen mati. Lihatlah kedua sisi panel instrumenmu yang masih kosong. Coba nyalakan lampu sen sekarang."
"Ke... ke arah mana harus kuputar?" Yin Nuxia tampak kebingungan tak tahu harus berbuat apa.
"Misalkan kamu sekarang ingin belok kiri." Cheng Yun menjelaskan dengan sabar.
“Bagus!” Yin Nuxia mengangguk penuh keyakinan, lalu mengulangi, “Sekarang saya akan belok kiri...”
“……”
“……”
“Kamu malah belum menyalakan lampu sein!”
“Gi-gimana caranya?”
“Apa kamu kodok busuk? Disentuh baru melompat...” Cheng Yun menghela napas pasrah. Sejak kedatangan Yin Nuxia, kesabarannya sudah terlatih layaknya seorang ayah, “Kalau mau belok kiri, nyalakan lampu sein kiri. Putar ke kiri...”
“Hahaha!” Yu Dian si gadis kecil di samping tak bisa menahan tawa.
“Ngapain ketawa!?” Yin Nuxia langsung cemberut, lalu menunjuk Yu Dian kepada Sang Kepala Stasiun, “Sang Kepala, dia menertawakan saya!”
“Sudah! Memang pantas ditertawakan! Cepat putar!”
“Oh! Oh!” Yin Nuxia buru-buru memutar tuas ke kiri, matanya menatap panel instrumen, “Wah, muncul panah ke kiri!”
“Sekarang turun dan lihat bagian depan-belakang mobil.”
“Oh! Lampu kuning kecil di kiri berkedip, di sisi kiri juga ada lampu kuning berkedip.”
“Dengan begitu mobil di depan dan belakangmu bisa melihat, tahu kamu segera akan belok kiri, mereka akan memberi jalan... mungkin.” Cheng Yun dengan sabar membimbing, “Setelah belok kamu harus segera tekan tombol belok untuk mematikan lampu sein, agar tidak menyesatkan pengendara lain.”
“Ditekan? Benda ini bisa ditekan juga! Oke oke saya langsung tekan!” Yin Nuxia buru-buru menekan tombol belok, merasakan sentakan 'plak'.
“Apa yang terjadi?” Cheng Yun bertanya penuh sindiran.
“Panah kecil di layar kiri hilang.” Kata Yin Nuxia sambil berlari memeriksa sekeliling mobil, “Lampu kuning kecil juga sudah berhenti berkedip.”
“Keren tidak?”
“Keren!”
“Sudah diingat?”
“Sudah.”
“Apa yang diingat?”
“Yang... yang diingat...” Yin Nuxia berdiri kaku sambil mengedipkan mata, perlahan menyembunyikan tangan di belakang punggung.
“Dor! Dor!”
“Kepala Stasiun! Orang ini menertawakanku lagi!!”
“Ah...” Cheng Yun menghela napas panjang.
"Aku ingat cara menyalakan dan mematikan lampu!" Yin Nuxia berkata dengan tegas, lalu setelah berpikir sejenak menambahkan, "Dan juga lampu kuning kecil..."
"Kapan harus menyalakan lampu belok?"
"Saat berbelok." Kali ini Yin Nuxia bereaksi cepat, logika lampu belok menurutnya sudah jelas dari namanya.
"Bagaimana cara menyalakannya?"
"Putar ke arah mana kita akan belok."
"Mengapa harus dinyalakan?"
"......" Yin Nuxia berpikir cukup lama kali ini, "Untuk memberi tahu mobil di depan dan belakang bahwa kita akan berbelok."
"Setelah berbelok?"
"Dimatikan..."
"Pintar!" Cheng Yun mengelus kepalanya dengan bangga, "Ingat, jangan sampai tertukar!"
“……”
Yin Nuxia diam saja, diam-diam mengamati kepala stasiun.
Menurutnya ini sangat sulit.
"Harus ingat nyalakan, juga harus ingat matikan. Kedengarannya sederhana, tapi saat mengendarai mana sempat mikir segitu... Apalagi ingatanku payah. Waktu baru mulai main game, pas beli item Hydra selalu lupa pencet skill. Pas mulai main marksman dan beli Blade of the Ruined King juga sering lupa pencet."
"Otak cuma satu, mana bisa ngurusin segalanya sekaligus!"
Cheng Yun menghela napas melihat ekspresi bingungnya: "Jangan panik, awalnya lupa gapapa, pelan-pelan akan terbiasa."
Yin Nuxia berseri-seri: "Oke!"
Cheng Yun melambaikan tangan, berjalan kembali ke meja resepsionis.
Yin Nuxia menduduki motor listriknya, sementara gadis kecil Yu Dian naik di kursi belakang.
Yin Nuxia mengingatkan: "Peluk aku erat-erat!"
Yu Dian dengan pasrah mengulurkan tangan melingkari pinggangnya, merasakan lekuk ramping namun padat yang menyimpan kekuatan dahsyat.
Yin Nuxia menambahkan: "Lebih kencang lagi pelukannya!"
Gadis kecil Yu Dian patuh melakukannya, memeluknya erat-erat. Pipinya menyandar di punggung Yin Nuxia, seluruh tubuh bagian atasnya menempel erat di punggung sang pendekar wanita.
Setelah menunggu beberapa saat tanpa ada tanda-tanda mobil bergerak, ia mengangkat kepala dan melihat Yin Nuxia sedang asyik memainkan lampu, menyalakan dan mematikannya bergantian...
……
Di dalam taman, lampu-lampu hias bersinar terang menerangi air mancur. Lagu dansa lapangan yang memekakkan telinga mengiringi gerakan para ibu-ibu paruh baya yang berbaris bak murid SMP sedang Senam Radio Nasional. Penjual sate daging domba panggang dengan cerdik bersembunyi di sudut yang penuh asap tebal, memutar lagu dengan nuansa asing yang kental.
Sungguh ramai!
Tapi di jalan raya di luar lapangan justru sepi sunyi.
Jalur hijau di jalan ini sangat rindang. Pepohonan subur di tepi trotoar hampir sepenuhnya menutupi cahaya lampu jalan, hanya menyisakan bintik-bintik cahaya seperti taburan bintang di aspal.
Seorang pemuda bertopi berjalan sambil bermain ponsel.
Braak!
Ia menabrak sepeda motor listrik di tepi jalan, langsung mengumpat: "Dasar siapa yang parkir di jalur tunanetra!"
Dua menit kemudian, bersama pemuda lain, mereka berdiri di belokan jalan sambil bersandar ke tembok: "Alarm tidak aktif, kuncian jelek, bisa dibongkar."
Pemuda lain mengangguk: "Kamu jaga pengawasan, bersikap natural. Meski ada mobil lewat, berlagaklah seperti ini mobil kita sendiri. Jangan tegang, orang sekarang jarang memperhatikan. Kalau ada yang sadar pun belum tentu ikut campur, selama tidak ketemu pemilik..."
Si topi masih agak gugup: "Baik."
Pemuda itu memiliki tato samar di lehernya: "Tapi awas, matamu harus waspada. Kalau ada cewek naik sepeda berbagi pakai mendekat, langsung beri tahu! Kita langsung pergi!"
"Ha? Kenapa?"
“Nanti kuberi tahu, yang penting kamu ingat! Selama ada cewek naik sepeda kuning kecil yang mendekat, harus! Segera! Langsung! Ingatkan aku!”
“Tidak ada masalah!”
Sekitar lima menit kemudian, mereka tiba di samping sepeda motor listrik.
Pria bertato berbisik: “Motor ini lumayan baru, congkel kuncinya langsung dorong pergi!”
Pria bertopi berdiri di samping sambil mengangkat ponsel pura-pura menelepon, membicarakan saham, sedang merokok, sambil berputar-putar mengelilingi tiang lampu jalan sambil menggoyang-goyangkan kaki dengan santai —— sebenarnya matanya terus memantau situasi sekitar - dia tidak jago mencuri, tapi cukup mahir berakting.
Dari penglihatan tepi, gerakan tenang pria bertato yang tak terburu-buru seolah menular, membuat perasaan tegangnya perlahan mulai tenang.
Ia teringat masa SMK dulu, di rumah juga punya sepeda motor listrik jelek. Suatu kali saat mengendarainya ke warnet, setelah selesai motor tak bisa dinyalakan. Dengan pasrah terpaksa mendorongnya pulang. Gerakannya saat itu sebenarnya tak beda dengan mencuri, banyak orang di tepi jalan, tapi karena sikapnya natural, tak ada yang curiga.
Pria bertopi semakin rileks.
Tiba-tiba, ia melihat sepeda kuning kecil menyusuri jalur khusus sepeda motor listrik. Alisnya langsung berkerut.
Baru ingin mengingatkan rekannya, tapi melihat penunggang sepeda itu pria, akhirnya diabaikan saja.
Saat sepeda kuning itu bergoyang-goyang melewati depan motor listrik, ia melihat "Senior"-nya gemetar seakan lebih gugup darinya. Baru tenang kembali setelah sang Senior mengangkat kepala dan melihat penunggang sepeda.
Pria pengendara sepeda sama sekali tak memedulikan mereka berdua.
Ini membuat Pria Bertopi benar-benar lega. Ia merasa punya bakat alami di bidang ini!
Dan pria bertato yang tidak tenang mengangkat kepalanya lagi dan mengingatkan: "Ingat ya, cewek yang naik sepeda kuning kecil, kalau lihat langsung beri tahu aku!"
Pria bertopi meski bingung, tetap mengangguk terus-menerus.
Beberapa saat kemudian, seberkas cahaya mendekat dari kejauhan, hampir tanpa suara, jelas itu sepeda motor listrik.
Pria bertapo menghisap rokoknya, terus berbicara di ponsel, menyipitkan matanya melihat: Di atas sepeda motor listrik putih baru itu duduk dua perempuan. Yang di belakang memegang tusukan tanghulu sesekali menyuapi perempuan di depannya, jelas dua gadis yang sedang jalan-jalan.
Ia sangat tenang.
Bahkan saat perempuan di depan melirik ke arahnya, ekspresinya tetap natural, hanya menghindari pandangannya.
Tapi... sepeda motor listrik itu tiba-tiba memperlambat kecepatan saat mendekati mereka, lalu berhenti.
Pria bertopi mulai merasa tegang.
Tiba-tiba, seorang perempuan melompat turun dari sepeda motor listrik, disusul suara jernih: "Kalian sedang apa di sini!"
Pria bertato diguncang gempa hebat, mengangkat kepala dengan ketidakpercayaan, melihat siluet familiar melesat cepat mendekat.
Postur tak terlalu tinggi, sekitar 1,55 meter, di kalangan gadis selatan pun tak bisa disebut terlalu pendek, cuma mungil. Tapi proporsi tubuhnya sempurna dan panas, kesannya seperti macan tutul anggun nan lincah.
Aura-nya juga mirip!
