Pagi hari tanggal 21 April.
Semalam setelah menyantap tahu busuk dan udang pedas, rintik hujan sempat turun. Pagi ini permukaan jalan masih terlihat basah.
Bunga-bunga di atap gedung pun kembali rontok mengenaskan.
Namun Dahuang dan Erhua justru terlihat bersemangat. Mungkin karena lama tak melihat hujan. Menurut Yin Nuxia, semalam mereka bahkan menyanyi-nyanyi di atas gedung. Semangat itu masih terbawa hingga pagi ini. Saat Cheng Yun mengunjungi mereka, wajah kedua bunga itu masih berseri bak mentari pagi.
[Resepsionis]
Cheng Qiuye sambil menyuap sarapan nekat berbagi cerita pengalaman syutingnya. Faktanya tak seorang pun berminat mendengarkan.
"Tidak, gadis kecil Yu Dian malah terlihat cukup tertarik."
"Seperti pembawa acara anu yang lumayan seru, perbedaan besar antara di atas panggung dan di luar panggung, para senior sangat perhatian padanya, bahkan bertemu dengan si anu yang kini dianggap suami oleh banyak gadis..." Cheng Qiuye bercerita dengan penuh semangat.
Mempertimbangkan betapa sulitnya dia meraih popularitas, semua orang mengikuti giliran untuk menyetujui ceritanya, sesekali membalas bertanya agar dia semakin bersemangat bercerita.
Setelah bercerita selama 20 menit, barulah dia selesai.
Cheng Qiuye menjepit sebutir pangsit goreng sambil meniupnya, lalu berkata: "Hari ini Cheng Lianxin akan datang."
"Hm? Kapan?"
"Belum naik bus. Kalau sudah naik pasti akan telepon." ujar Cheng Qiuye. "Dia naik bus besar ke terminal, nanti aku yang menjemput."
"Dia sendirian?" tanya Cheng Yan.
"Iya." Cheng Qiuye mengangguk. "Ayah ibuku akan mengantarnya sampai ke bus."
"Membiarkannya naik sendirian? Lianxin baru lima tahun kan, kok tega sekali?" Cheng Yan tampak khawatir.
“Sopir bus sepertinya adalah kerabat tertentu, aku juga tidak jelas.” Cheng Qiuye memasukkan pangsit goreng ke mulutnya, mengunyah dengan tergesa-gesa karena kepanasan.
“Begitu rupanya.” Kata Cheng Yan yang mulai tenang.
“Lianxin kemarin meneleponku dan bilang, dia ingin datang main ke Tante Yin.” Cheng Qiuye tersenyum, melirik ke arah Yin Nuxia. “Kalian berdua memang cocok bermain bersama.”
“Hm! Aku juga akan menjemputnya!” Yin Nuxia mengangguk mantap.
Kedatangan Cheng Lianxin membuatnya gembira, karena Cheng Lianxin adalah sosok yang selalu membawa berbagai macam camilan. Tapi dia juga bimbang, sebab Cheng Lianxin suka mengajaknya menonton film hantu - padahal dia tidak boleh menunjukkan kepanikan di depan anak kecil.
Entah kali ini apakah Cheng Lianxin akan mengajaknya nonton film hantu lagi.
Setelah makan, Cheng Qiuye proaktif membersihkan mangkuk sambil berkata pada semua orang: “Biaya syuting sudah cair, siang ini kakak akan traktir kalian makan enak!”
"Terkadang si Kak ini masih cukup layak disebut kakak, contohnya saat mentraktir makan!"
Cheng Yun berkomentar tenang, "Makan apa?"
Mata Yin Nuxia langsung berbinar: "Makan enak!"
"Kalian mau makan apa?"
"Aku tak masalah." Cheng Yan berkata.
"Yang mahal." Cheng Yun menjawab.
"Sepupu, pernah dengar buffet?" Yin Nuxia bertanya penuh harap.
"Tentu! Mau makan buffet?" Cheng Qiuye melihat sorot mata Yin Nuxia yang berkilau seperti dua bola lampu kecil, lalu mengangguk, "Baiklah, tapi kamu mau buffet masakan Tionghoa, steak, seafood, Jepang, atau Prancis?"
"Glek!" Yin Nuxia mengedipkan mata, mana sangka ada begitu banyak pilihan!
"Kamu pikirkan pelan-pelan, aku cuci piring dulu." Cheng Qiuye dan gadis kecil Yu Dian menggendong tumpukan piring menuju lantai atas.
Menatap punggung keduanya, Cheng Yan tiba-tiba melontarkan pertanyaan: "Hei Cheng Qiuye dan Kak Yu Dian, siapa yang lebih tua ya?"
Cheng Yun berpikir sejenak: "Cheng Qiuye lebih tua setahun mungkin?"
Cheng Yan mengangguk: "Oh..."
Dua orang ini mungkin yang paling senior di hotel. Mengenai si wanita paruh baya itu, Cheng Yun juga tidak yakin berapa usianya. Dari adegan dalam mimpi, satu tahun di dunianya jauh lebih pendek daripada tahun di Bumi. Dari kecerdikannya, paling-paling dua belas tahun.
Saat itu si wanita paruh baya sudah terhisap dalam perenungan, mulutnya terus bergumam: "Masakan Tionghoa, steak, seafood, Jepang, Prancis..."
Dua terakhir bahkan tidak dimengerti, juga tidak terdengar enak, jadi langsung dikesampingkan.
Tinggal tiga opsi, lebih mudah memilih.
Yin Nuxia tiba-tiba menatap Cheng Yun: "Kepala Stasiun, seafood itu banyak ikannya ya? Steak itu dari tubuh sapi ya?"
Mendengar bagian kalimat terakhir, si loli kecil juga mengangkat kepalanya.
Cheng Yun mengangguk: "Sama saja."
Yin Nuxia menjilat bibirnya, di hatinya telah ada keputusan.
Sekitar dua puluh menit kemudian.
Cheng Yun terbaring telentang di sofa dengan tatapan kosong. Pagi ini agak dingin, ia mengenakan sweter rajutan. Sweter itu dibeli bersama Tang Qingyan beberapa tahun yang lalu, sampai sekarang sudah muncul banyak bulatan-bulatan kecil. Loli pun berjongkok di sampingnya, terus mencengkeram bulatan-bulatan kecil di bajunya dengan cakar mungil.
Cheng Yan yang di samping melihat dengan wajah penuh iri.
Cheng Qiuye dan gadis kecil Yu Dian turun dari lantai atas.
Cheng Qiuye langsung membuka mulut bertanya: "Cheng Yan, kamu sebentar lagi genap Delapan Belas kan?"
Cheng Yan tertegun mendengar itu, lalu mengerutkan keningnya: "Ada apa?"
"Bagaimana rencanamu nanti?"
"Tidak ada!"
"Hm?"
“……”
"Tidak mengundang teman sekelas atau teman makan, pergi menyanyi KTV atau apa gitu? Kakak juga mau ikutan numpang makan dan nyanyi. Bisa juga nambahin gengsi kamu. Bayangin waktu kalian nyanyi di KTV, tiba-tiba muncul selebritas besar yang benar-benar hidup... Gila, pasti seru banget!"
"Belum kepikiran..." Cheng Yan membalikkan matanya.
Dia merasa lelah sekali mengingat hal-hal berantakan ini. Dia orang yang tidak suka ribet dan kurang suka bersosialisasi. Tapi setengah tahun terakhir tiga orang di asrama merayakan ulang tahun, semuanya mentraktirnya makan. Kalau dia tidak mengembalikan traktiran, rasanya agak malu-malu.
"Kalau gitu keluarga kita juga harus makan bersama! Kakak yang bayar!" Sepupu perempuan dari pihak ayah ini benar-benar bau tembaga!
"Nanti lihat dulu..." Cheng Yan masih merasa lelah.
"Hmm, baiklah." Cheng Qiuye menatapnya, tiba-tiba terharu, "Tak terkira kamu sudah dewasa sekarang."
"Ya." Cheng Yun juga mengangguk, mengulurkan tangan meraba kepala Cheng Yan sebelum ditampar olehnya, tapi dia tak ambil pusing, "Dulu masih adik kecil yang bandel dan tak paham aturan, sekarang sudah bisa..."
"Sudah bisa apa? Hidup mandiri?" Cheng Yan berkata dingin.
"Sudah bisa main ke warnet." jawab Cheng Yun.
"......" Cheng Yan memilih diam.
Untuk ulang tahun ke-18 ini, Cheng Yan sempat banyak berkhayal, bahkan semalam sampai bermimpi - hal yang tak terbayangkan baginya. Tapi isi pikiran dan mimpinya berbeda dari gadis remaja 17-18 tahun kebanyakan, tanpa tokoh pria tampan lembut nan perhatian, makan malam mewah untuk dipamerkan di media sosial, atau hadiah ulang tahun mahal nan mencolok - hal-hal yang justru membuatnya tak nyaman.
Kadang dia membayangkan Cheng Yun menikah saat dirinya belum lulus kuliah, lalu Cheng Yun lebih condong ke perempuan itu hingga dirinya jadi sebatang kara.
Kadang-kadang Cheng Yun direbut oleh Tang Qingying, si brengsek itu malah pamer di depanku: Hei bukannya kamu melarangku merayu kakak ipar? Coba halangi! Lihatlah sekarang kakak ipar tetap berhasil kurebut hahaha……
Kadang-kadang Cheng Yun berkata padanya: "Kamu sudah dewasa, tumbuh besar, bisa hidup mandiri. Aku bukan walimu lagi, kamu harus belajar hidup sendiri……"
Kadang-kadang……
Tiba-tiba, seolah ilusinya menjadi nyata, Cheng Yun memalingkan wajah dan bertanya dengan nada bertanya: "Setelah kamu genap delapan belas tahun, uang yang kusimpan untukmu mau kuteruskan pengelolaannya atau……"
Raut wajah Cheng Yan membeku, ia berdiri lalu bergegas ke lantai atas: "Aku naik ke atas!"
Cheng Yun tertegun: "Kamu tidak ke gym?"
"Tidak!"
"Kalau begitu mau tidak menjemput Cheng……"
Perkataannya belum selesai, siluet Cheng Yan telah menghilang di belokan tangga, meninggalkan Cheng Yun terpaku membuka mulut lebar-lebar.
Cheng Qiuye menepuk bahunya: "Kamu ini, apa kepalamu cacat ya..."
Loli yang sedang membantu Cheng Yun mencabut bola bulu kecil di bajunya tiba-tiba siaga, mengangkat kepala dan menatap mati-matian ke Cheng Qiuye.
Cheng Yun hanya penuh tanda tanya...
Ia cuma bertanya saja, toh tidak berkata apa-apa. Meskipun Cheng Yan menjawab "Berikan uangnya padaku", belum tentu ia akan memberikannya. Tapi menurutnya secara perasaan maupun pihak benar harus menanyakan ini, bukankah ini bentuk penghormatan pada Cheng Yan? Uang itu miliknya, kalau ia langsung tidak menyinggung hal ini, orang lain bisa mengira ada maksud tersembunyi dari sang kakak...
Ah...
Cheng Yun kembali menekan kepala si loli ke bawah, melanjutkan penggunaan "server penghilang bulu loli edisi terbatas".
Apa ini termasuk mempekerjakan anak di bawah umur?
Sekitar lebih dari satu jam kemudian, Cheng Qiuye mengeluarkan kunci mobil: "Ayo pergi, siapa yang mau menjemput Cheng Lianxin?"
Yin Nuxia langsung berdiri, juga mengeluarkan segenggam kunci mobil.
Cheng Yun melihat mereka berdua, berkata: "Kalian berdua saja sudah cukup kan? Aku tidak ikut."
Yin Nuxia mengerutkan kening, berpikir sejenak baru berkata: "Kepala Stasiun ikut juga, aku yang antar, sekalian bisa jalan-jalan!"
Cheng Qiuye menyahut: "Lagipula tidak ada urusan, ayo pergi bersama."
Cheng Yun merenung sebentar lalu mengangguk: "Baiklah..."
Saat sampai di pintu, ia terjebak dalam dilema.
Cheng Qiuye berdiri di depan BMW kecilnya, melemparkan kunci sambil menunggu Cheng Yun menjadi sopirnya. Yin Nuxia masih mengingat jelas kejadian pagi kemarin saat mobil barunya ingin mengajak Kepala Stasiun jalan-jalan tapi ditolak, kesempatan hari ini tak ingin dilewatkan.
Akhirnya Cheng Qiuye menarik sudut bibir, naik sendiri ke kursi pengemudi sambil bergumam: "Bos-bos kota benar-benar kreatif..."
Cheng Yun malah ditarik-tarik Yin Nuxia ke samping mobil putih kecil.
Yin Nuxia pertama kali menunggangi kendaraan, memasukkan kunci dengan akurat ke kunci mobil, memutarnya, lalu menoleh ke Cheng Yun yang berdiri di samping: "Naik sekarang!"
Cheng Yun agak canggung menaikinya.
Yin Nuxia kembali mengingatkan: "Peluk erat! Xiao Bai bisa lari cepat!"
Cheng Yun mengangguk. Ia pernah melihat gaya Yin Nuxia mengendarai sepeda dengan kecepatan tinggi, drift dan belokan tajam baginya hanyalah hal mudah. Tampaknya dengan sepeda motor listrik pun ia bisa melesat cepat di jalanan.
Diperkirakan... Cheng Qiuye masih kalah cepat darinya.
Kecepatan maksimum Xiao Bai mencapai 70 km/jam lebih, tapi Yin Nuxia harus mengurangi kecepatan karena membawa Cheng Yun.
Tapi di dalam kota, mobil sport pun tak bisa melaju cepat!
Yin Nuxia memberi isyarat pada Cheng Qiuye untuk berjalan di depan dan mempercepat langkah. Begitu mobil Cheng Qiuye menyala, dia langsung memutar tuas gas dan menerjang keluar. Cheng Yun segera merangkul erat pinggang ramping nan kuatnya, merasakan setiap inci tubuhnya yang tegang namun elastis melalui lapisan kain tipis.
