Cheng Yan mengerutkan kening dengan keraguan. Meski senang mendapat hadiah hasil karya Cheng Lianxin yang dibuat dengan hati, dia menyadari tindakan cucunya mencabik-cabik buku teman sebangkunya untuk membuat kertas lipat, lalu menyebut si teman sebagai anak bodoh adalah tidak benar.
Tapi dia juga tidak berminat mengajari anak-anak.
Maka dia berkata pada Cheng Lianxin: “Lianxin, pernah lihat hamster? Yang kecil, berbulu halus itu?”
Mata Cheng Lianxin langsung berbinar: “Belum, Bibi Yan Yan punya hamster kecil?”
“Bibi tidak punya, tapi si loli punya.”
“Hah?? Hamster peliharaan loli?”
“Iya, kamu mau lihat?”
“Mau!”
“Di kamar loli, kita sembunyi-sembunyi melihat, jangan sampai ketahuan loli. Dia tidak suka orang lain lihat hamster kecilnya, aku saja mau lihat dia selalu berjaga-jaga.”
“Hm!”
“Kamu jalan di depan, masuk diam-diam.”
“Oke!”
Cheng Lianxin patuh mulai berjalan keluar sambil merunduk, memperlambat dan meredam langkah kakinya.
Cheng Yan menatap tajam punggungnya sambil diam-diam mengeluarkan ponsel.
Setelah mengirim pesan ke Cheng Qiuye, dia menyusul Cheng Lianxin yang sedang menyelinap, membuka pintu kamar Cheng Yun lalu masuk sambil merunduk bersama Cheng Lianxin. Seolah dua orang dewasa dan anak ini bisa menghilang hanya dengan merunduk.
Bersamaan dengan itu, loli yang sedang menikmati sensasi nyaman berada dalam pelukan Da Wang tiba-tiba tertegun, seketika mengangkat kepala dan memandang tajam ke arah lantai atas.
Cheng Yun bertanya: “Ada apa?”
Loli itu memalingkan wajah melihatnya, langsung berdiri — saat ini ia berada dalam pelukan Cheng Yun, saat bangun seperti ini, pasti ada satu dari keempat kakinya yang menginjak tempat yang tidak semestinya.
Sudut mata Cheng Yun berkedut.
Kemudian loli itu menggunakan tenaga ringan pada keempat kakinya, langsung melompat keluar dari pelukannya, lalu berlari secepat kilat menuju lantai atas.
Dalam sekejap tiba di depan pintu kamar, pintu ternyata terbuka, membuat loli itu merasakan situasi memburuk.
Ia masuk dan melihat, ternyata benar! Orang biasa yang satu ayah dengan Da Wang itu sedang bersama orang biasa kecil lainnya berjongkok di depan kandang tikus kecilnya, dua orang biasa besar dan kecil itu menunjuk-nunjuk tikus dalam kandang, niat jahat mereka jelas!
Loli itu langsung menyerang, menghalangi depan kandang, menatap mati-matian kedua orang biasa itu, memperlihatkan gigi dan cakarnya, dari tenggorokan mengeluarkan dengkur ancaman yang rendah.
Cheng Lianxin tetap saja ketakutan, buru-buru berbalik dan mencubit baju Bibi Yan Yan, wajahnya penuh tak tahu harus berbuat apa.
Cheng Yan sementara itu merasa ragu, menatap loli yang menggeram dan mengaum sambil bergumam pelan: "Terdeteksi ya... Tapi bagaimana bisa terdeteksi? Bukannya kau seharusnya sedang bermain bersama Cheng Yun?"
Loli: "Brengsek!!"
Cheng Yan telah bersiap mundur. Dia tahu loli itu benar-benar kejahatan, dan dia juga tahu loli tidak akan melukainya, tapi dia takut loli akan membencinya karena ini.
Dibandingkan hamster kecil, tentu saja loli yang paling manis Ah!
……
Banyak seafood buffet yang menyertakan steak, disebut seafood steak buffet, dapat menarik lebih banyak pelanggan sekaligus menghemat biaya operasi. "Steak" jenis ini memiliki biaya operasi yang sangat rendah dan memprihatinkan. Seafood buffet yang sedikit lebih mewah tidak akan melakukan hal seperti ini - menggunakan steak sampah terlalu merusak reputasi, sementara steak yang sedikit lebih baik juga mahal dan tidak sesuai dengan penentuan lokasi pelanggan——
Siapa yang makan steak enak sampai ke restoran buffet!
Tapi banyak restoran buffet mewah juga menyediakan steak, hanya tidak langsung memberi Anda seporsi steak yang mengisi perut di awal. Kalau mau makan, baru minta. Enggan ya tidak ada.
Ini membuat si loli cukup memenuhi standar.
Si loli langsung melahap tiga bagian steak sejak awal. Masih merasa kurang! Andaikan bukan karena "beberapa manusia" yang nekat menjepitkan banyak hidangan lain tanpa peduli tujuh keliling, pasti bisa habis tiga porsi lagi! Meski kentang bakar daging sapi dan daging sapi rebus juga enak, tapi steak yang 100% daging sapi tentu paling memuaskan...
Sambil makan, ia terus bertanya-tanya banyak hal: Seperti apa bentuk banteng itu? Ada bulu tidak? Mengapa dagingnya bisa seenak ini? Dan sebagainya...
Bersamaan dengan itu, ia juga menunjukkan sikap meremehkan pada "satu manusia" yang cuma tahu makan ikan. Meski ikan juga enak, tapi daging sapi tetap yang paling nyaman dimakan.
Nafsu makan Cheng Lianxin sangat kecil. Dengan semangat ia masuk ke restoran buffet sambil membayangkan akan makan banyak, namun tak lama sudah kenyang. Ia hanya bisa menatap kosong menu-menu yang terlihat lezat namun belum sempat dicoba, serta makhluk dunia lain yang terus melahap dengan rakus.
Menjelang akhir, pada dasarnya hanya tersisa Yin Nuxia, Sang Mage, dan si loli yang masih bertarung.
Yin Nuxia sendiri sudah tak ingat berapa ekor ikan dan jenis ikan yang dilahapnya. Ada kepiting lebih besar dari baskom stainless steel-nya, lobster lebih besar dari lengannya, serta berbagai makanan tak dikenal yang pernah dicoba saat liburan ke pantai... Baru ketika restoran sudah sepi dari pengunjung lain, para pelayan hanya berdiri tak bertugas meski tetap menunjukkan ekspresi "Tamu terhormat silakan makan perlahan", namun pasti dalam hati sudah berdoa mereka cepat selesai, Yin Nuxia akhirnya menyeka mulutnya dengan masih belum puas.
“Kepala stasiun, aku sudah selesai makan.” Ia melirik jam anak-anak, hampir pukul 1:40. Waktu makan siang di restoran adalah pukul 10:30 sampai 1:30. Meskipun staf tetap melayani dengan ramah setelah lewat jam, mereka sudah berhenti menghidangkan masakan baru.
Ikan dan udang hampir habis dilahapnya!
Cheng Yun mengangguk, lalu memandangi Sang Mage yang sedang mengelap mulutnya dengan tisu secara anggun, serta si loli yang bimbang memandangi semangka di hadapannya. Mungkin gadis kecil itu sedang mengalami pertarungan batin antara "perut sudah kenyang tapi masih bisa makan".
Sang Mage meletakkan tisunya: "Aku juga berhenti. Aku sudah makan lebih banyak daripada Nuxia."
Yin Nuxia langsung terhibur mendengar itu: "Apa? Kau makan lebih banyak dariku? Konyol! Tak ada yang bisa mengalahkan porsiku!"
Sang Mage membantah: "Aku terus makan tanpa henti!"
Yin Nuxia juga tidak mau mengalah: "Seolah-olah aku tidak terus makan juga! Lagipula setiap kali makan seafood aku selalu tanya kepala stasiun, pasti lebih mahal dari yang kamu makan!"
Mendengar itu, si loli kembali menunduk menggigit semangka, sambil mengunyah dengan suara kruuk-kruuk, matanya yang penuh tanya menatap dua manusia ini.
Setelah memahami isi perdebatan bodoh kedua manusia ini, tak terhindarkan ia menunjukkan sikap meremehkan, kembali menunduk menggigit semangka, mengunyahnya dengan mulut kecil——
Kruuk-kruuk...
Kalau manusia makan sambil berisik itu menjijikkan, tapi kucing berbeda. Suara kunyahan kucing justru bisa melelehkan hati. Apalagi anak kucing. Karena kucing adalah makhluk tercantik di dunia, satu-satunya yang lebih imut dari kucing hanyalah anak kucing. Tapi dunia ini punya pengecualian karena node ruang-waktu - seorang Raja Padang Salju yang masih balita telah datang.
Di samping, Cheng Yan, Cheng Qiuye, dan Cheng Lianxin memandang dengan mata berbentuk hati. Andai saja kewibawaan sang loli tak masih melekat, mereka hampir tak sabar mengangkatnya lalu mengusap-usapnya dengan gemas.
Tiba-tiba, sebilah tangan menyelinap masuk.
Kepala loli sedikit menunduk, matanya menyipit sesaat sebelum ia memalingkan wajah ke arah Cheng Yun dengan sorot mata penuh tanya.
Cheng Yun menghela napas: "Sudah, jangan makan lagi. Seolah-olah kita belum pernah mencicipi makanan."
Loli memiringkan kepala: "Huu?"
Cheng Yun berdiri: "Pulang ke rumah."
Setelah berpikir sebentar, loli pun ikut berdiri meninggalkan semangka yang hampir habis sampai terlihat dasar putihnya.
Cheng Qiuye buru-buru membayar tagihan. Saat kembali, Yin Nuxia dan Sang Mage masih berdebat sambil membandingkan siapa yang lebih banyak makan, bahkan bertengkar karena perbedaan porsi dan harga menu yang dikonsumsi...
Cheng Qiuye menghela napas.
Di samping, Cheng Yan diam-diam memperhatikan, si loli menunjukkan sikap meremehkan, sementara di wajah Cheng Yun terlihat beberapa garis hitam.
Cheng Qiuye melirik pelayan yang berdiri diam di belakang dengan senyum palsu yang tak tertebak maksudnya menunggu untuk membersihkan meja, berkata: "Kalau sudah selesai makan, ayo kita pergi."
Sang Mage mengerutkan kening: "Pulang dulu, untuk sementara aku tidak akan berdebat denganmu."
Seolah-olah kau yang mengalahkanku! Yin Nuxia merasa keberatan, hendak melontarkan ancaman kejam, tapi setelah dipikir tak juga menemukan kata-kata yang pas, hatinya langsung mendidih! Baru tenang ketika penglihatan tepinya menangkap garis hitam di wajah kepala stasiun.
"Menganggap harga diri kepala stasiun, aku yang mengalah!"
"Kau mengalahiku?"
"Ah!"
"Ayo pergi!" teriak Cheng Yun.
"Hmph!"
"Hmph!"
Keduanya saling mendengus keras sebelum akhirnya berjalan keluar.
Saat melangkah keluar dari restoran, para pelayan masih dengan sopan membungkuk serentak kepada mereka: "Hati-hati di jalan, sampai jumpa lagi."
Yin Nuxia mengangguk-angguk seolah merenungkan sesuatu.
Sampai di jalan raya, ia menoleh melihat ke belakang sambil menghafal diam-diam nama restoran itu——
Tempat ini benar-benar bagus!
Yin Nuxia sekarang sudah jadi orang kaya baru. Menurutnya meski makanan tadi mahal, tapi kalau bisa makan bersama Sang Kepala Stasiun, Cheng Yan, Nona Yu-nya, bahkan si brengsek Mage kecil dan makhluk kecil itu, ia takkan terlalu berat hati.
Lain kali bisa datang lagi... begitu pikirnya.
Duduk di mobil, Cheng Lianxin mengelus-elus perut kecilnya yang bulat sambil bertanya ke depan: "Bibi, kenapa Tante Yin, Tante Cai, dan si loli bisa makan sebanyak itu ya?"
"Paman Cai, bukan Tante Cai!" Cheng Qiuye membetulkan sambil melihat wajah Sang Mage di belakang yang mulai menghitam.
"Oh..."
"Aku masih punya utang belum dihitung!" Cheng Qiuye pura-pura mengingat-ingat, "Kemarin guru TKmu menghubungiku, bilang kau suka mengganggu teman sekelas di sekolah!"
"Aku mana pernah mengganggu..." gumam Cheng Lianxin sambil kedua tangannya saling meremas.
"Masih berani membela diri! Siapa yang mengajarimu begitu? Jadi preman cilik di kelas ya?" Cheng Qiuye mengerutkan kening sungguhan, bukan akting, "Gurumu bilang kau merobek buku teman sebangkumu entah untuk apa, mungkin buat melipat tahu kering atau bikin pesawat kertas ya?"
"Nggak juga sih..." Lianxin mengernyitkan alis kecilnya.
"Apapun alasannya, tidak boleh merusak buku orang! Kalau suka nakal nanti jadi anak jahat, nanti semua orang benci!" hardik Cheng Qiuye tegas.
"Lianxin ngerti..." jawab si kecil lirih.
"Berani ulangi lagi?"
"Nggak berani..."
“Kalau begitu kamu pulang minta maaf ke teman sekelas, ganti buku kamu untuk teman itu, ngerti?” kata Cheng Qiuye, “Aku akan tanya ke guru.”
“Ngerti.” Cheng Lianxin berbisik, tiba-tiba dia merasa bingung, mengangkat kepala bertanya, “Eh bagaimana guru bisa tahu nomor telepon kakak ya?”
“……Karena aku selebritas besar!”
“Oh.”
“Lain kali kalau aku dengar kamu lagi mengganggu teman di TK, aku akan suruh ayahmu mengatasimu... Aku tidak akan pernah lagi mengajakmu main, karena anak yang suka menindas bukan anak baik!” Cheng Qiuye berkata sambil melirik ke belakang melalui kaca spion.
Cheng Yan memalingkan wajah menatap pemandangan di luar jendela, Guru Cai mengusap perutnya yang masih menikmati sisa rasa makanan, sementara Cheng Yun tertawa riang mendengarkan.
Dalam ingatan Cheng Qiuye, Cheng Yun waktu kecil juga anak nakal, sampai SMP masih bandel, masuk SMA mulai sedikit kalem, tapi tetap sering berantem. Sifat seperti ini baru benar-benar berubah setelah masuk kampus. Waktu kecil dia memang diasuh oleh kakek nenek.
Semakin tua usia, semakin jauh jarak generasi, semakin suka memanjakan junior, ditambah konsep pemikiran yang terlalu ketinggalan zaman, tidak bisa mendidik anak-anak dengan baik.
Cheng Yun masih lebih baik, orang tuanya berprofesi sebagai pengajar. Meski suka berantem tapi tidak menindas teman sekelas, hanya wataknya keras saja, namun bisa membedakan benar salah. Tapi Cheng Lianxin berbeda, dia tidak punya orang tua berprofesi guru, bahkan tingkat pendidikan ayah ibunya pun tergolong biasa... Cheng Qiuye merasa pusing tujuh keliling.
Sepertinya harus memberikan perhatian ekstra, juga perlu bicara dengan orang tuanya, menjelaskan betapa seriusnya situasi ini.
Daya ingat anak-anak sangat pendek, jadi sepanjang perjalanan Cheng Qiuye terus mengingatkannya berkali-kali, agar dia tidak langsung melupakan masalah ini begitu memalingkan wajah.
Kembali ke penginapan, karena baru dimarahi, Cheng Lianxin takut berada di dekat bibinya. Maka dia menemui Yin Nuxia: "Tante Yin, aku kasih tahu, waktu itu di rumah nonton TV ada film hantu yang serem banget, kita tonton malem ini yuk?"
Yin Nuxia terpaku.
Ternyata memang datang juga ya...
Dengan ekspresi takjub dia bertanya: "Fi... Film hantu apa..."
Cheng Lianxin terkekeh: "Nanti malam baru ku ceritakan, suruh Paman Sepupu yang cariin."
"Ha..."
"Kenapa? Tante Yin takut ya?"
"Hmph! Mana mungkin, mana mungkin aku takut! Waktu berkelana di dunia persilatan dulu, aku dijuluki Hantu... Hantu Gentayangan!" kata Yin Nuxia dengan tegas.
"Oh oh... Kalau takut juga gapapa, aku akan temani Tante." ujar Cheng Lianxin.
"Nonsense! Aku sama sekali tidak takut! Kalau kamu yang takut, peluk saja aku!" Suara Yin Nuxia bergema penuh keyakinan.
"Wah asyik dong."
"......" Kedengarannya memang sangat mengerikan.
Mengingat mayat yang bangkit dari sumur dan bocah yang bermain petak umpet denganmu, meski semua itu sama sekali tidak menunjukkan kekuatan, hanya berdiri menatapmu atau tiba-tiba muncul di belakangmu atau tempat tak terduga, Yin Nuxia tetap merasa sangat mengerikan.
Saat Cheng Lianxin membuka pintu gerbang baru untuknya sebelumnya, ia sempat khawatir apakah orang-orang yang pernah dibunuhnya akan berubah jadi hantu mencarinya, lalu berdiri di meja samping ranjangnya di malam hari. Baru setelah Sang Kepala Stasiun mengatakan bahwa mereka tak bisa menyeberang dari dua dunia yang terpisah, ia bisa lega.
Yin Nuxia tak bisa tidak berpikir, kapan ia bisa menguasai ilmu? Mungkin begitu tak perlu takut hantu lagi... atau mungkin.
Andai dulu memilih ilmu, atau tubuh plus ilmu, bukan tubuh polos saja.
Sambil merenung, ia tiba di balkon atap, menunggu Sang Kepala Stasiun naik untuk menerima penyesuaian, tiba-tiba mendengar suara.
"Apakah kamu punya kekhawatiran sekarang?"
“Siapa? Siapa yang bicara?” Yin Nuxia mengikuti suara menoleh, “Oh ternyata kalian berdua pembuat arak Sprite!”
“Pembuat... Cantik ya!”
“Kalian tadi bilang apa?”
“Aku bilang cant...”—Dahua akhirnya menelan kalimat itu, berkata, “Kamu punya beban, sudah dilihat oleh Yang Mulia... eh, oleh bunga ini!”
“Lihat! Lihat!”
“Mengoceh sembarangan apa?” Yin Nuxia mengerutkan alisnya.
“Jangan membela diri lagi.”
Dahua mengarahkan bunganya ke Yin Nuxia, dengan sengaja merendahkan suaranya, membawa aroma iblis: “Kami bisa membantumu melahap semuanya serentak lho...”
Erhua mengangkat daunnya, suaranya penuh kepolosan: “Makan! Makan! Serentak dimakan!”
Dahua memalingkan wajah: “Diam!”
“Oh...”
“Makan apa?” Yin Nuxia mengernyit.
“Bebanmu.” Dahua kembali menghadap Yin Nuxia, tersenyum lelah, “Hehe, bisa juga memakan orang yang membawakanmu beban.”
“……”
“Bagaimana keadaannya? Selama kamu berjanji, kami akan membantumu memakan bebanmu.” Dahua menyipitkan mata menatap tajam Yin Nuxia, “Tentu, sebagai balasan budi, setelah kami membantumu, kamu juga harus menyembunyikan kami di lokasi yang tidak bisa ditemukan kepala stasiun itu...”
“Ha? Kita harus lari lagi?” Erhua berkata dengan wajah takjub, sorot matanya mulai menunjukkan keengganan untuk melepaskan.
“Diam! Bodohnya ini!”
“Oh…”
“Bagaimana? Manusia?” Dahua menggoda.
“Aku perlu berpikir sebentar...”
“Sebaiknya cepat-cepat membuat keputusan.”
“Ah!!”
“Sudah ada ide?”
“Hm! Aku ingat, ucapan asli kepala stasiun adalah 'Kalian bisa menggoda manusia, tapi cuma orang bodoh yang percaya!'”
“Kamu menerima kesepakatan ini?”
“Aku tolak... Kalian maksud apa!” Ekspresi Yin Nuxia langsung berubah tidak enak, teringat semalam ia membeli dua karton Sprite tapi hanya satu yang dipakai membuat arak Sprite, lalu beberapa orang berkumpul langsung menghabiskannya. Ia memutuskan untuk mengambil karton satunya lagi dan menyimpannya di lemari untuk diminum saat bekerja.
Maka Yin Nuxia berbalik dan langsung menuruni tangga.
Dahua melihat situasi ini langsung grogi, esensi spiritual sebelumnya yang tenang langsung buyar, buru-buru berteriak: "Hei-hei kamu mau ke mana! Pertimbangkan dulu..."
Langkah Yin Nuxia terhenti, tubuhnya membelakangi mereka sambil sedikit menoleh: "Tenang saja, aku akan segera kembali."
"Orang kelurusan hati sepertimu bukan mau melapor kan?"
"Tentu saja tidak!"
"Baguslah." Esensi spiritual Dahua mulai rileks, lalu kembali menampakkan ekspresi iblis itu, berbisik licik: "Kami akan menunggumu di sini, cepat kembali ya."
"Menunggumu! Menunggumu!" Erhua berteriak dengan polos.
"Oke!"
Yin Nuxia juga tersungging senyum.
Tanpa alasan jelas, Dahua dan Erhua tiba-tiba menggigil kedinginan.
Setengah jam kemudian, Yin Nuxia dengan serius menaruh enam kaleng Sprite ke dalam lemari lalu menutup pintunya.
Malam harinya, meski hati gelisah Yin Nuxia tetap tidak panik. Ia menunggu sampai Cheng Lianxin berlari dari kamar bibinya ke kamarnya, kemudian bersama-sama mencari kepala stasiun untuk membantu mencari film berjudul 《Gergaji Jiwa》.
Mendengar nama itu, Yin Nuxia langsung merasa ada yang aneh.
Nama ini jelas berbeda alur dengan "The Ring" dan "Juon". Tapi melihat mata Cheng Lianxin yang berbinar-binar dengan pipi merah merona, ekspresi antusias namun takut, Kepala Stasiun juga bilang anak kecil tidak boleh menonton ini. Akhirnya sambil menelan ludah diam-diam dan pura-pura berani, dia masuk ke selimut yang sama dengan Cheng Lianxin. Lampu dimatikan, masing-masing memakai satu sisi earphone. Tangan menopang ponsel di balik selimut, hanya dua kepala kecil yang mencuat dari selimut, menatap layar tanpa berkedip.
Cheng Lianxin yang menonton untuk kedua kalinya masih ketakutan bukan main. Tangan kecilnya di bawah selimut terus mencengkeram tubuh Yin Nuxia sembarangan, ke mana-mana dicengkeram.
Yin Nuxia hanya bisa terpaku bingung.
Sebuah film cepat selesai diputar.
Yin Nuxia masih terpaku bingung.
Apa yang menakutkan dari ini? Tebas saja si bodoh bawa gergaji itu sampai mati!
Katanya film hantu?
Tapi ini juga bagus...
Maka Yin Nuxia dengan santai berkata ke Cheng Lianxin: "Apa yang perlu ditakutin? Aku aja nggak takut!"
Cheng Lianxin masih mencengkeram piyamanya, meliriknya dan mengingatkan: "Tante Yin, waktu itu juga bilang gitu, tapi tanganmu gemetar... Eh kali ini nggak gemetar!"
Yin Nuxia langsung mendengus keras, sedikit somong: "Sudah kubilang, keberaniansku nggak main-main!"
