Pelayan menoleh ke belakang, terpaku sambil melirik ke sekeliling bilik.
Namun cahaya di dalam bilik terlalu redup, ia tidak bisa melihat jelas wajah semua orang, hanya melihat seekor kucing berbulu putih nan elok melompat ke meja kopi, sepertinya hendak memakan buah-buahan.
Ia lalu menggaruk-garuk kepala, menutup pintu.
Usai menyanyi, Cheng Qiuye melepaskan mikrofon dan bertanya pada Sang Mage: "Guru Cai, bagaimana penampilan nyanyianku?"
Sang Mage berkata tenang: "Masih ada kekurangan, kemajuan sangat besar."
Cheng Qiuye tidak merasa tidak puas, melanjutkan, "Kita berdua menyanyikan satu lagu yuk? Kamu mau nyanyi apa?"
Cheng Yun batuk kecil: "Lagu berikutnya milikku!"
"Baik, baik, baik, tak ada yang berebut denganmu!" Cheng Qiuye memutar matanya sambil menyodorkan mikrofon padanya.
"Aku Benar-benar Jatuh Cinta Padamu?" Tang Qingying melihat judul lagu, langsung mengacungkan tangan, "Ada yang masih mau nyanyi? Kalau tidak, aku yang nyanyi!"
"Ambil saja." Sang Mage mengerti maksudnya.
"Terima kasih!" Tang Qingying tersenyum manis, melihat Cheng Yan menatapnya, dia bertanya sambil lalu, "Kenapa? Mau duet dengan kakak ipar?"
"……" Garis hitam samar terbayang di wajah Cheng Yan.
"Kukira kamu mau nyanyi, makanya menatapku seperti itu." Tang Qingying nekat menyelidiki di ambang batas kena pukul.
“Baiklah, jangan mengajak bercanda dengannya! Nanti kau akan dapat masalah!” Cheng Yun merasa dirinya sekarang sudah bukan satu tingkat dengan Cheng Yan. Ia harus lebih toleran pada Cheng Yan. Dengan sikap tenang ia menatap lirik di layar besar. Setelah hitungan detik selesai, ia bernyanyi dengan nada penuh perasaan——
Kau punya sepasang mata yang bisa bicara;
Kau punya hati yang bijaksana;
Aku yang tak kenal langit dan bumi;
Senyummu selalu membuatku, tergila-gila padamu;
Secara jujur, Tang Qingying merasa nyanyiannya biasa saja. Tapi entah mengapa, hatinya terasa manis. Padahal ia tak menyebut ini dinyanyikan untuknya, padahal di momen ini pun tak ada nuansa cinta yang ambigu. Mungkin cukup dengan interaksi sederhana seperti ini, bernyanyi bersama dengan polos, sudah bisa membuatnya merasa sangat bahagia?
Saat gilirannya tiba, ia pun mengangkat mikrofon dengan suara lembut penuh kehangatan: "Kau punya sepasang mata yang penuh perasaan, kau memiliki daya pikat magis yang bisa mencairkan salju..."
Di sebelah, Cheng Yan terus-menerus bermuka hitam, ingin sekali menghalangi telinganya.
Tapi suara di KTV sangat keras, dia memperkirakan bahkan jika menutup telinga pun pasti tetap akan mendengar. Sungguh menjengkelkan! Padahal tidak ingin mendengar tapi terpaksa mendengarkan suara kedua orang ini. Ekspresi puas diri Cheng Yun tadi masih terus bergema di pikirannya.
Sangat kesal!
Memang hebat kalau nyanyi tidak fals?
Cheng Yan mengatupkan gigi dengan kuat.
Tang Qingying tiba-tiba menyodorkan mikrofon ke mulut loli kecil yang sedang berbaring di meja kopi sambil menggigit semangka, dengan wajah serius berkata: "Jangan makan! Nyanyi satu kalimat!"
Loli itu mengangkat kepala, menatapnya dengan wajah bingung.
Orang-orang yang tersisa juga tertawa kecil sambil memandangnya dan si loli, berpikir selain loli itu sangat imut, dia sendiri juga cukup manis.
Tak mendapat jawaban, Tang Qingying melanjutkan dengan berpura-pura tegas: "Bukannya kau sudah jadi makhluk legenda? Bukannya kau mengerti ucapan manusia? Nyanyilah!"
Loli terpaku melihatnya, lalu melihat mikrofon, tak mengerti apa yang dilakukan manusia biasa ini.
"Huu?"
Mikrofon tiba-tiba mengeraskan suara, loli kembali tertegun, memalingkan wajah ke dinding bilik.
Semua orang berteriak kagum: "Imut sekali!"
Tang Qingying mengedipkan bibir: "Jangan kira dia benar-benar tak paham, sebenarnya dia sedang menipu kalian! Kalian semua sudah tertipu!"
Loli kembali sadar, meliriknya dengan sikap meremehkan, lalu menunduk kembali mengunyah semangkanya.
Tang Qingying menarik kembali mikrofon, melanjutkan lagu: "Hanya bisa merindukanmu diam-diam..."
Ia menyanyi sambil mengamati loli.
Tak lama ia menyadari makhluk kecil ini juga sedang mengunyah semangka sambil mencuri pandang ke arahnya, membuat hatinya dipenuhi perasaan kompleks.
Dia ingin memberitahu semua orang tentang kebenaran, namun dia juga tahu ini tak berguna—benda kecil ini bukanlah siluman kecil tanpa tingkat kultivasi, ia sangat lincah!
Usai menyanyi, dia menyerahkan mikrofon ke Sang Mage.
Kemudian giliran Sang Mage, Cheng Qiuye, dan teman sekamar Cheng Yan yang tampil. Sesekali Yin Nuxia akan menyanyikan sepenggal lagu anak, gadis kecil Yu Dian yang tak kuasa menolak, akhirnya ikut bernyanyi bersama. Terkadang salah satu teman sekamar Cheng Yan akan berlari mendekat bertanya siapa yang bisa menyanyikan lagu tertentu, lalu berduet jika ada yang bisa.
Cheng Yan yang tak kuasa menolak bujukan semua orang, menyanyikan lagu lain berjudul 《》(Suara Keheningan), juga sebuah lagu Inggris.
Dia berusaha menutupi fakta bahwa nada nyanyiannya melenceng dengan menggunakan bahasa Inggris.
Namun saat melihat Cheng Yun menutupi mulut dengan tangan sambil menoleh—dengan ekspresi "kutertawa diam-diam, kau pasti tak sadar kan?"—dia tahu usahanya gagal menutupi.
Cheng Yun juga tidak banyak menyanyi, malah kembali membeli buah-buahan dan camilan kecil, serta minuman pelega tenggorokan. Sepiring buah sebelumnya sudah habis dimakan si loli yang sedang bosan. Melihat kesempatan ini, Cheng Yan yang tidak tahan dengan kelakuan semena-mena Tang Qingying segera mencari alasan untuk duduk di sebelah Cheng Yun, dengan fokus menyuapi si loli makan. Hanya saat lagu-lagu ekstrem yang riuh dinyanyikan bersama, dan ada yang menariknya untuk ikut bernyanyi, barulah ia melantunkan beberapa kalimat.
Kedua kakak-beradik ini sesekali mengobrol, ditambah ulah Tang Qingying yang terus memancing emosi, membuat suasana sama sekali tidak membosankan.
Hampir pukul satu dini hari, seorang pelayan datang mengingatkan bahwa waktu sudah habis. Para tamu masih terlihat belum puas.
Cheng Yun menoleh ke Cheng Yan di sampingnya: "Sudah larut begini, pasti asrama kalian sudah ditutup?"
Cheng Yan tetap menyuapi si loli dengan tomat ceri: "Mereka bilang sudah minta izin ke tante penjaga asrama."
“Cheng Yun mengangguk, namun berjaga-jaga, ia menatap beberapa siswi di sampingnya dan bertanya, "Kalian pulang selarut ini masih nyaman? Tante penjaga asrama nggak bakal ribut kan? Atau mau kubikinkan kamar di penginapan?"”
“Deng Xuhong melirik rekan di sebelahnya, melambaikan tangan sambil berkata, "Nggak usah pulang, kita masih pengen lanjut nyanyi, begadang sampe pagi."”
“"Nyanyi semalaman?"”
“"Iya! Begadang kan lebih hemat! Kalian gimana?"”
“"Wah kaum muda emang stamina prima ya!" Chengyun menghela napas, "Kami kayaknya nggak sanggup, besok masih harus kerja. Tapi aku tanya-tanya dulu... Ada yang mau lanjut nyanyi di sini? Yang lanjut besok siang nggak perlu jaga shift."”
“Para penghuni penginapan serentak menjawab sudah cukup, hanya Yin Nuxia yang masih semangat ingin terus bernyanyi, tapi Sang Kepala Stasiun saja sudah pulang, tentu ia harus ikut serta.”
“Adapun si loli... andai tak ada camilan yang terus disuapi, pasti sudah menguap bosan sejak tadi.”
“Cheng Qiuye juga mengaku besok harus latihan tari di perusahaan.”
Cheng Yan sebenarnya ingin tinggal menemani mereka, namun kepala asrama yang bijaksana sudah lama menyadari ia benar-benar tidak tertarik menyanyi, lalu menyuruhnya pulang tidur dengan baik.
Maka Cheng Yun mengangguk berkata: "Kalau begitu baiklah, aku akan menguruskan sesi begadang untuk kalian, lalu kami tidak akan menemani. Nikmati waktu kalian, jika ada keperluan malam ini bisa telepon kami."
Deng Xuhong ragu sejenak, menatap anggota grup lainnya.
Mereka akhirnya tidak menolak tawaran baik Cheng Yun yang membantu mengurus sesi begadang, hanya mengutus satu orang untuk ikut bersama Cheng Yun, sambil mengingatkan agar menggunakan sistem belanja kelompok yang lebih murah. Cheng Yun juga memesan minuman, buah-buahan, dan camilan untuk mereka sebelum berpamitan.
"Kalau begitu kami pergi dulu." Cheng Yun tersenyum, "Biasa-biasa saja boleh main ke hotel kami."
"Bagus! Yan-yan biasanya tidak mau mengajak kita~~"
"Dia mungkin takut aku menakuti kalian ya?"
"Mungkin takut kita numpang makan saja hahaha."
"Haha, sampai jumpa."
"Hati-hati di jalan."
"Baik."
Cheng Yun membawa semua orang keluar dari gedung kecil menuju lapangan. Malam subuh sebenarnya cukup dingin, kendaraan di jalan sangat sedikit, lampu lapangan pun sudah lama dimatikan.
Cheng Yun tersenyum memandangi Cheng Yan, berkomentar: "Teman sekamarmu cukup paham."
Cheng Yan hanya mendengus dingin, pandangannya tak lepas mengikuti siluet si loli.
Tiba-tiba Cheng Yun menambahkan: "Jauh lebih paham darimu."
Pipi Cheng Yan langsung hitam, ia memalingkan wajah sambil melotot: "Maksudmu apa?!"
Cheng Yun terkekeh: "Cuma bercanda..."
Cheng Yan sudah delapan belas tahun, seorang dewasa. Ia enggan menggubris orang bego seperti ini!
Sementara Cheng Yun tak bisa menahan diri melirik diam-diam ke arahnya——
Tanpa terasa, gadis ini sudah dewasa!
……
Lima siswi dan seorang pemuda yang tersisa tidak buru-buru menyanyi. Berduyun-duyun mereka membuka QQ dan WeChat, menemukan foto-foto yang sebelumnya diambil, lalu mengunggahnya ke internet dengan keterangan tertulis.
Deng Xuhong memposting foto bersama Cheng Yan dan Cheng Qiuye, serta beberapa foto loli kecil yang memiringkan kepala melihat kamera, berkomentar: "Selamat ulang tahun ke-18 untuk Bidadari Yan-yan, semoga Yan-yan merayakan ulang tahun ke-18 setiap tahun... Kakak Qiuya cantik dan rendah hati sekali, sama sekali tidak ada kesan seleb... Tingkat kecantikan Yang Mulia Loli ini benar-benar melampaui kodrat!"
Du Liu dan pacarnya juga serupa, bedanya mereka mengunggah foto bersama Yin Nuxia sambil menyatakan minggu depan mereka akan menjadi Raja Terkuat di Aeonnia.
Li Xuelian adalah penggemar penampilan Sang Mage, tapi agak malu mengunggah foto bersama. Ia sengaja memilih foto orang-orang yang diambilnya, di mana yang paling mencolok adalah Cheng Qiuye yang duduk di pusat dan Sang Mage yang memegang mikrofon fokus bernyanyi.
Setelah mengucapkan selamat ulang tahun pada Cheng Yan terlebih dahulu, dia menambahkan: Tak disangka suara Pangeran bernyanyi juga seindah ini! Sampai-sampai Kak Qiuya berubah menjadi penggemar fanatik!
……
Pengalaman malam ini membuat mereka sangat bersemangat, tidak hanya bernyanyi bersama selebritas besar Cheng Qiuye, tetapi juga bertemu dengan banyak influencer media sosial.
Mereka terus memantau aktivitas di QQ Space dan momen WeChat, menyanyi saat giliran lagu mereka tiba, sambil terus memperbarui ponsel. Melihat komentar iri atau terkejut dari teman sekelas burung hantu malam yang belum tidur, rasa ego di usia remaja mereka jelas terpuaskan secara ekstrem.
Baru pada pukul tujuh pagi esok harinya mereka kembali ke asrama.
Saat itu mereka telah menerima luar biasa banyak komentar.
Fans Cheng Qiuye meratapi mereka: Mengapa tidak ada kabar angin sama sekali? Mengapa tidak mengajak mereka? Sebenarnya masihkah dianggap teman sekelas?...
Ada siswa di akademi yang diam-diam menyukai Cheng Yan berkomentar kagum: "Ternyata kemarin adalah ulang tahun ke-18 Cheng Yan, mereka sama sekali tidak tahu..."
Reaksi teman sekelas adalah yang paling heboh...
Melihat komentar-komentar ini, awalnya mereka sangat mengantuk, tapi justru merasa terlalu bersemangat untuk tidur siang!
