Tang Qingying membolos setengah pelajaran, kembali ke hotel tepat pada jam makan.
Pagi tadi ia masih mengenakan setelan celana jeans dan kemeja putih polos dengan sepatu kanvas yang bersahaja, namun sekarang sudah berganti rok pendek bermotif bunga-bunga remuk berpotongan one-shoulder.
Cuaca di luar sangat cerah, Tang Qingying berjalan mendekat dari bawah cahaya keemasan matahari, langkahnya anggun, di wajahnya tersungging senyum samar yang seolah masih mempertahankan sikap malu-malu——Dia pernah melakukan uji coba di sekolah, saat berjalan seperti ini melintasi jalan komersil, para pemuda sampai melongo tak berkedip memandangnya.
Bahu gadis itu putih salju dan berbentuk lingkaran sempurna, tulang selangkanya indah menawan, desain garis leher satu kata semakin menonjolkan payudara menggairahkan yang mengembung di dadanya. Postur tubuhnya sangat proporsional, memberi kesan seolah sedikit membungkuk saja akan terlihat parit tipis dari kulit salju yang tertekan. Jika baju ini dipakai oleh Cheng Yan atau gadis kecil Yu Dian, pasti tidak akan ada efek mengembung tinggi yang menopang di area dada.
Rok berhenti sepuluh sentimeter di atas lutut, memperlihatkan sejumput paha putih pudar, di bawahnya terlihat betis ramping dengan lekukan menawan. Seluruh kulit tubuhnya begitu halus bagai bisa mengeluarkan air jika dicubit.
Di bawah kakinya adalah sepasang sandal terbuka berwarna krem dengan tali datar, yang sangat cocok dengan roknya.
Tang Qingying juga dengan serius mengaplikasikan lipstik berwarna natural, memakai lensa kontak estetik - bukan yang berwarna mencolok atau membuat bola mata terlihat besar, melainkan hanya mempertegas kilau dan kecemerlangan matanya. Dia juga menggambar eyeliner halus, mengoleskan foundation tipis hanya untuk menonjolkan kesempurnaan wajahnya tanpa cacat sedikit pun. Ditambah setetes kecil parfum pemikat pria yang katanya dalam iklan akan membuat pria langsung tergila-gila, dioleskan di telapak tangan lalu diedarkan ke pinggang dan punggung untuk menguap perlahan... Tang Qingying menunjukkan kepercayaan diri yang sangat dahsyat.
Memang demikian. Rok pendek bermotif bunga-bunga remuk yang lembut, gadis manis dan menawan, membawa aroma segar yang samar-samar, perlahan mendekat padamu. Kau bisa melihat kulitnya yang putih dan lembut, juga sorot mata penuh kasih darinya. Tubuhnya terlihat begitu lentik, seolah mudah dirobohkan, dan dia pasti takkan menolakmu... Sungguh mustahil bagi siapapun untuk tidak tergoda.
Reaksi para tamu di hotel pun berbeda-beda.
Gadis kecil Yu Dian berbisik, "Yao Yao cantik sekali..."
Yin Nuxia yang tak terlalu tertarik pada penampilan hanya berkata, "Guru Yao Yao ganti rok pendek ya! Aku ingat pas berangkat pakainya bukan yang ini, kan?"
Sang Mage tetap diam.
Tang Qingying mengamati ekspresi Cheng Yun, namun hanya melihatnya memiringkan kepala sejenak sebelum berkata, "Kok aku rasa kakakmu juga punya rok yang sama?"
Ekspresi Tang Qingying langsung membeku.
Setelah mengingat-ingat, dia protes, "Mana ada yang sama! Motif bunganya saja berbeda!"
"Bagus", satu kalimat ini saja sudah membuat aura yang terakumulasi sepanjang perjalanannya, serta atmosfer "kedatangan bidadari surgawi" yang dibangun di resepsionis, menghilang sekejap!
Cheng Yun mengangguk, seolah merasa memang demikian.
Tapi bukankah tidak ada bedanya?!
Sama-sama rok pendek bermotif bunga-bunga remuk! Ya sama saja!
Tang Qingying menghela napas pasrah, duduk di samping Cheng Yun, lalu mengambil mangkuk dan mulai mengisi nasi.
Bidadari juga perlu makan!
Sambil menyuap nasi, dia bercerita: "Pagi ini laptop teman sekamar kami rusak. Kami memanggil tim reparasi komputer sekolah. Ada seorang pria di kelas yang bergabung di tim itu, dan dia secara spesifik meminta pria tersebut datang."
Yin Nuxia tertegun bertanya: "Trus gimana, sih?"
Tang Qingying berkata: "Lalu pemuda itu pun datang, masuk ke asrama untuk memperbaiki laptopnya. Ia memperbaikinya dengan sangat serius, teman sekamar kami memotong buah-buahan dan menyodorkannya, tapi ia bilang taruh saja nanti dimakan. Saat teman kami menawarkan minuman, dijawab tidak haus. Teman kami bilang 'Kamu sudah berkeringat, usap dulu keringatmu', tapi ia malah membentak 'Jangan ganggu aku!'. Padahal teman kami sudah memakai celana pendek dan melepas sandal, menampakkan jari-jari kaki putih salju dan paha mulus, mondar-mandir di sampingnya. Tapi ia sama sekali tak menghiraukan. Saat hendak pergi, teman kami memintanya beristirahat sebentar. Ia duduk sebentar, lalu menggurui tentang ilmu perawatan laptop berjam-jam sambil mencela teman kami yang dianggapnya tak mengerti cara pakai komputer."
Tang Qingying melirik Cheng Yun: "Menurutmu pemuda ini apakah..."
Sebelum kalimatnya selesai, Cheng Yun sudah menyimpulkan: "Teman sekamarmu benar-benar kanker wanita straight! Berani-berannya mengganggu pemuda yang sedang memperbaiki laptop, mungkin sudah tak terselamatkan!"
Tang Qingying: "??"
Sang Mage juga mengerutkan alis dari samping dan berkata: "Ditambah lagi melepas sandal, benar-benar tidak sopan!"
Tang Qingying: "？？？"
Beruntung hari ini Siswa Tang Yao Yao sedang dalam suasana hati yang sangat baik, sehingga tidak menggubris mereka dan segera tenggelam dalam kegembiraan akan segera menonton film khusus bersama kakak ipar.
Dia dan Cheng Yun sudah beberapa kali menonton film, tapi berdua saja baru pertama kali, perasaan yang dirasakan pasti berbeda.
Ditambah lagi tidak perlu khawatir dihancurkan oleh Cheng Yan - tadi dia masih menanyakan lokasi Cheng Yan lewat WeChat, Cheng Yan bilang sedang di jalan, dengan ujung jari kaki saja bisa ditebak pasti sedang menuju klub.
Di wajah Tang Qingyang mekar senyuman selebar bunga.
Tiba-tiba, sebuah siluet memasuki ruangan dari luar.
Siluet itu berpostur tinggi, dengan sepatu diperkirakan sekitar 174 cm, legging ketat menggariskan kaki jenjang yang tegak, panjangnya luar biasa. Paha dan betisnya memiliki lekukan sempurna dari sudut pandang seni. Meski tak berdandan mewah seperti Tang Qingying, hanya dengan berjalan menghadap sambil ekspresi datar, ia sudah layak dianggap sebagai dewi.
Tang Qingying tertegun: "Cheng... Cheng Yan, kenapa kamu kembali?"
Cheng Yan mengerutkan kening: "Aku tak boleh pulang?"
Setelah berkata demikian ia menatap Cheng Yun: "Apa ada nasi untukku?"
"Tidak, tapi jika mereka berempat masing-masing mengurangi sedikit, mungkin bisa menghemat porsi untukmu?" kata Cheng Yun.
"Masuk akal."
Cheng Yan mengangguk lalu naik ke lantai atas untuk mengambil mangkuk.
Tang Qingying memandangnya dengan sorot mata penuh harap, entah mengapa hatinya mulai digelayuti firasat buruk yang samar.
Tak lama kemudian Cheng Yan turun dengan mangkuk dan sumpit, sambil mengisi nasi ia bertanya pada Tang Qingying: "Pagi tadi kamu ke mana?"
"Pergi kuliah."
“Oh.” Cheng Yan mengerutkan kening, namun tak banyak bicara.
“Bukannya kamu mau latihan anggar?” Tang Qingying proaktif bertanya.
“Sudah selesai latihan.”
“？？？” Tang Qingying tertegun menatapnya, “Bukannya kamu bilang baru pergi sore nanti?”
“Aku sudah pergi pagi tadi.”
“Kamu-kamu-kamu kok pagi sudah pergi?”
“Aku bebas mau pergi kapan saja.”
“Karena kamu ada kelas sore ya?”
“Tidak.”
“Pasti ada janji kencan sore kan?”
“Tidak.”
“Kalau begitu pasti ada urusan lain di sore hari?”
“Tidak ada.” Cheng Yan berkerut alis menatapnya, “Urusanmu banyak amat! Aneh!”
“Kalau begitu kenapa... Katamu baru latihan anggar sore, mengapa pagi sudah buru-buru pergi?” Tang Qingying menatap Cheng Yan dengan geram.
“Suka-suka aku! Bisa kau urusi? Lagipula ekspresimu itu bagaimana, apa urusanku pagi atau sore pergi mengganggumu?” Cheng Yan tak senang menatap tajam Tang Qingying.
“……Kalau begitu sore ini kamu mau ngapain?”
"Nggak ada yang mau dilakukan."
"……" Di hati Tang Qingying tiba-tiba terasa sangat lelah, seolah semua bayangan indah yang selama ini dia impikan berlimpah-limpah, kini mungkin takkan pernah terwujud.
Tapi mustahil baginya menyerah begitu saja, "Latihan anggarmu gimana?"
"Lumayan. Aku punya dasar wajah bagus, lebih jago dari mereka."
"Kalau gitu lanjutin aja latihan anggar sore ini. Daripada nganggur, mending serius belajar jurus pedang."
"Mau ngapain sih lo? Aneh banget!" Cheng Yan menyipitkan mata curiga, "Lagian buat apa dandan cantik-cantik gini? Wah, baru sadar! Lo bahkan make up! Mau ngapain? Jujur!"
"Nggak...nggak ada maksud apa-apa!"
"Mending ngaku sekarang, biar nggak kena pukul!"
"Ha! Lelucon! Emang gue takut sama lo?!"
"Oh ya?" Cheng Yan menyipitkan matanya tajam.
"Benar-benar tidak ada apa-apa! Aku tidak bohong!" Tang Qingying sama sekali tidak gentar. Bagi dirinya yang rutin menerima hukuman fisik, hukuman fisik apa lagi ini?
"Kita akan menonton film." Cheng Yun tiba-tiba berkata.
"？？？" Tang Qingying membelalakkan matanya ke arah Cheng Yun.
"Nonton film?" Cheng Yan juga tertegun, lalu segera berseru, "Film apa? Siapa saja yang ikut? Aku juga mau!"
"……Ready Player One, hanya aku dan kakak ipar." Tang Qingying mengucapkan dengan kepalanya terkulai. Kini harapannya benar-benar sirna bagai gelembung sabun.
"Hanya kalian berdua?" Sorot mata Cheng Yan menyapu bolak-balik tubuh mereka, mengartikan "Kau berani mengajak kakak laki-lakiku nonton berduaan?" dan "Kau berani mengajak sahabatku nonton berduaan?".
"Karena yang lain sibuk semua." Tang Qingying menjawab lesu. Aura bidadari surgawinya lenyap seketika, merasa riasan selama ini sia-sia.
"Mereka semua sibuk?" Cheng Yan menarik sudut bibirnya.
"Iya, Kak Cai Qing harus jaga shift." Tang Qingying menatap Sang Mage.
"Benar, aku harus jaga shift." Sang Mage mengangguk.
"Kak Yu Dian pusing."
"Hm, mungkin semalam tidurnya tidak nyenyak." Gadis kecil Yu Dian juga mengangguk, suaranya lirih.
"Tidur tak nyenyak sampai pusing hingga sore?"
"I-iya..."
"Kalau Kak Yin Dan? Ada perlu juga?"
"Dia mau nonton film hantu di hotel..." kata Tang Qingying dengan lemah, "Soalnya dia berani banget."
"Betul! Aku sama sekali tidak takut hantu!" Yin Nuxia mengangkat kepala.
“……”
Cheng Yan diam-diam menjepit sepotong kepala babi, berkata: "Kalau gitu kita berdua saja yang nonton, jangan ajak Cheng Yun!"
Ekspresi Tang Qingying berubah kompleks, setelah berjuang lama akhirnya dia memaksakan diri mengucapkan: "Aku lihat akhir-akhir ini kondisi mental kakak ipar kurang baik, jadi ingin mengajaknya nonton film biar rileks."
"Aku yang nemenin dia nonton juga sama saja."
"Aku juga sudah lama pengen nonton film ini."
"Hm?"
“Benar!” Tang Qingying dengan nekat, sama sekali tidak mundur.
“Kalau... aku beli satu tiket lagi saja.”
“Tiket sudah habis! Tadi waktu aku lihat kursinya sudah penuh semua!” Tang Qingying melakukan perlawanan sia-sia.
“Aku percaya setan! Film ini rilis bulan lalu, ah tidak sekarang sudah Mei, jadi rilis akhir bulan dua bulan lalu kan? Sampai sekarang hampir turun layar, mana mungkin masih penuh! Lagipula hari ini kan hari kerja.” Cheng Yan sambil mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi pembelian tiket dan melirik, langsung mencemooh, “Ternyata memang kebohongan bertumpuk, cepat, kasih tahu kalian memesan sesi di bioskop mana! Kalau menipu, aku akan rebut tikermu!”
“……”
