Yin Nuxia dengan raut wajak pucat membatu, gigi bergemeletuk berderik-derik sambil meremas handuk boneka beruang menuju resepsionis hotel.
Gadis kecil Yu Dian segera bertanya: "Ada apa?"
Yin Nuxia menggigit giginya: "Baterai mobilnya hilang!"
Setelah berkata demikian, untuk memastikan si gadis bodoh itu mengerti, ia menambahkan: "Itu bagian termahal dari seluruh tubuh mobil seperti kata Kepala Stasiun! Tanpa itu, Xiao Bai sudah mati!"
Gadis kecil Yu Dian terkejut: "Apa? Sudah lapor polisi belum?"
Sang Mage tiba-tiba tertawa cih!, suaranya mengguncang jiwa para pria dan wanita di hotel sekejap mata: "Sudah terus-terusan menangkap maling, akhirnya rumahmu sendiri yang didatangi maling! Ini namanya pemburu akhirnya jadi buruan!"
Tang Qingying mengangguk setuju: "Entah pencuri kecil macam apa yang berani memakan hati beruang dan empedu macan tutul!"
Yin Nuxia membantah Sang Mage: "Ini namanya menggaruk kepala Tai Sui... Pokoknya sudah tak sabar mati!"
Sang Mage tersenyum kecil, tak lagi berbicara.
Cheng Yan mengeluarkan ponsel: "Mending lapor polisi saja. Harga baterai lithium sudah lama melebihi ambang batas laporan kasus. Ditambah hubunganmu yang baik dengan kantor polisi, kalau ada rekaman CCTV mungkin benar-benar bisa ditemukan."
Tapi Yin Nuxia mencegahnya, dengan yakin berkata: "Aku akan mencarinya sendiri! Dan grup itu juga!"
Cheng Yan tertegun: "Bagaimana caramu mencari?"
Yin Nuxia sedikit mendongakkan kepala: "Jangan tanya, aku takkan memberitahumu!"
Cheng Yan: "……"
Ini memicu minat Tang Qingying. Ia buru-buru mendekat, berteori: "Jangan-jangan setelah Kak Yin Dan lama memberantas kejahatan, tanpa sadar sudah menjadi ratu bawah tanah Jinguan kita? Sekarang semua 36 pulau dan 72 gua tunduk padamu, hanya dengan satu perintahmu..."
"Bebal!" Cheng Yan membalikkan matanya dengan sinis.
“Saya rasa Cheng Yan benar.” Yin Nuxia juga melirik Tang Qingying dengan wajah khawatir.
“……”
Meski Tang Qingying terus bertanya, Yin Nuxia tetap bungkam. Rasa ingin tahu gadis itu semakin menggelegak dalam hati, membuat jiwanya gelisah namun tak kunjung mendapatkan jawaban.
Baru ketika matahari mulai condong ke barat, mereka berkumpul di atap gedung.
Naqu berdiri di tepi pagar, menatap kota di bawahnya.
Cheng Yun menatap Yin Nuxia yang masih kesal sejak pagi, bertanya: "Mau kubantu carikan baterai pakai bola kristal? Kayaknya susah dicari lho."
Yin Nuxia menggeleng: "Tidak perlu! Aku sudah menanam cetakan pedang di Xiao Bai dan baterai-ku. Nanti malam saat sepi, aku akan ikuti jejak cetakan itu untuk mengambilnya kembali!"
Saat berkata demikian, matanya menyipit melirik Cheng Yun diam-diam.
"Cetakan pedang? Kau bahkan berhasil mempelajari teknik Cetakan Pedang dari Chang Yao?" Cheng Yun tak menyangka.
Naqu di sampingnya semakin bingung, apa itu sebenarnya?
Yin Nuxia membuka telapak tangan dengan wajah pasrah: "Aku juga nggak bisa nolak, setiap kali mereka berdiskusi aku... kebetulan ada di sebelah. Mau nggak dengar juga terpaksa. Beberapa materi yang sering kudengar, ketika kuuji lagi, eh, ternyata beres!"
Cheng Yun: "……"
Yin Nuxia kembali meliriknya, lalu berbicara sendiri: "Ditambah pedang itu, sejak dapatkannya, sesekali memberi petunjuk. Cetakan pedang menurutku lumayan berguna, jadi kucoba pelajari dulu. Lalu kutanam satu di Xiao Bai-ku, baterai... Cuma belajarnya belum matang betul."
Cheng Yun menundukkan kepala melihat bajunya: "Ngapain lirik-lirik aku waktu bicara? Apa ada makhluk halus nempel di bajuku?"
Yin Nuxia buru-buru menggeleng seperti genderang: "Nggak ada! Aku nggak ngeliatin!"
Cheng Yun mulai curiga.
Tapi setelah pemeriksaan detail tak ditemukan keanehan, ia bertanya lagi: "Jadi malem ini kamu mau ikut cetakan pedang buat nyari masalah sama mereka?"
"Hm!" Yin Nuxia ngekepin tinju.
"Kamu pergi sendirian?" Naqu di samping memalingkan wajah, menatap Yin Nuxia yang bertubuh mungil.
"Kenapa?" Yin Nuxia bertanya dengan ragu.
"Ini..." Naqu tampak ragu.
"Kalau mau ngomong ya langsung aja, jangan terlalu cerewet kayak gadis-gadis!"
"Kalau mereka gerombolan pencuri gimana? Biar kamu nggak kena bahaya, aku temenin deh." Naqu akhirnya bersikap tegas, "Pencuri di dunia ini bawa senjata api nggak?"
"？？？" Yin Nuxia menatapnya dengan pandangan kosong.
Cheng Yun dan Sang Mage sama-sama terpaku.
Naqu bingung melihat reaksi mereka: "Ada yang nggak beres?"
Setelah berpikir sejenak, Cheng Yun berkata: "Biar pencurinya nggak celaka, aku ikut yah?"
Mendengar itu, si loli langsung mengangkat kepala: "Huu!"
Sang Mage berpikir sejenak lalu berkata: "Untuk menghindari kalian terlalu bersemangat membeli makanan saat perjalanan pulang nanti tapi bingung memilih, biar aku ikut bersama kalian saja?"
Yin Nuxia langsung menolak tanpa berpikir: "Tidak boleh! Kamu tidak boleh ikut kami!"
"Mengapa?"
"Kalau ikut, pasti akan terjadi banyak urusan berbelit-belit! Bisa-bisa para pencuri kecil itu kabur!" Yin Nuxia bersikeras.
“……”
Saat sore hari, sepuluh kilometer di kejauhan.
Beberapa pria berpenampilan tiga puluhan padahal baru 25-26 tahun berkumpul. Botol Erguotou berserakan di lantai, bersama beberapa bungkus kacang tanah dan kacang pedas aneh. Udara kamar dipenuhi bau campuran anyir keringat, bau kaki, protein membusuk, dan aroma kacau-balau lainnya.
Mereka tak peduli, bersentuhan gelas, menyesap arak putih, lalu mengembuskan gas keruh sambil mengobrol santai.
"Akhir-akhir ini bisnis semakin sulit."
"Benar, cuma bisa keluar tengah malam. Siang hari terlalu mudah ketahuan."
"Lao Zhang, bisnismu bagaimana?"
"Semalaman berhasil ambil tiga baterai mobil, satu mobil."
"Hebat hebat!"
"Bualan! Kalau dulu, aku bisa dapat dua kali lipat!"
"Xiao Li? Kamu kan baru datang ke sini, masih tidak akrab ya?"
"Aku cuma ambil dua baterai. Tapi salah satunya baterai lithium, kelihatan masih baru. Nanti mau dites dulu. Kalau beneran baru, bisa dijual mahal." Xiao Li tertawa riang.
"Wah! Baterai lithium? Itu bernilai tinggi!"
"Biasa saja. Bagaimanapun juga kita bagi sama-sama." Xiao Li merendah sambil menggaruk kepala. "Tapi aku heran, kenapa di sini siang hari tidak boleh kerja? Malam memang lebih aman, tapi sepeda motor listrik yang parkir di tepi jalan terlalu sedikit. Susah cari target!"
“Di sini kami punya beberapa aturan yang mungkin belum kau ketahui.” Seorang pria berambut panjang berkata, “Ada seorang Nenek Buyut yang tak boleh kita lawan. Dia paling suka berburu orang di siang hari, sebaik apapun kamu menyamar pasti ketahuan. Begitu tertangkap langsung diserahkan ke kantor polisi untuk klaim uang. Makin lama kami semua beralih beroperasi malam hari. Oh ya, daerah sekitar pintu belakang Universitas Yizhou itu zona terlarang kami, lebih baik jangan mendekat. Bukan cuma kami, rekan seprofesi juga tidak berani ke sana.”
“Kenapa?” Ekspresi Xiao Li berubah kaku.
“Karena Nenek Buyut itu tinggal di sana, kerja di sebuah hotel. Kabarnya beliau baru beli sepeda motor listrik. Dulu cuma pakai sepeda kuning kecil untuk mengejar orang, sekarang pakai motor listrik. Hidup kami makin susah.”
“Hotel?” Xiao Li menatap tajam ke arahnya.
“Iya! Kok wajahmu aneh gini? Jangan-jangan semalam kamu ke sana?!”
“Sepertinya iya...”
“Luar biasa nasibmu, bisa lolos dari tangkapannya.”
“Sepertinya baterai lithium ini saya dapatkan di pintu hotel.” Xiao Li melanjutkan dengan momen memalukan.
“Hotel apa? Apakah namanya Hotel Anju?” Orang itu membelalakkan matanya.
“Tidak lihat detail, keluar dari gerbang belakang Universitas Yizhou, ada jalan lurus terus, lalu...” Xiao Li mengupas kacang tanah, menjelaskan lokasi secara garis besar.
“Waduh! Benar juga!”
“Apakah itu membalas dendam untuk semua orang?” kata Xiao Li.
“Jika benar mencuri di kepala beliau, hitungannya begitu.” Pria itu tak terlalu memedulikan, “Kamu belum lama di sini, dia juga tidak mengenalmu. Ngomong-ngomong, kamu tidak terekam kamera pengawas kan?”
“Sistem pencegahannya bagus banget!”
“Baguslah baguslah, jangan terlalu khawatir. Mana mungkin dia tahu siapa yang mencuri!”
“Kalian berdua bicara santai saja. Menurutku kalau benar-benar menghadapi beliau, hari-hari kita bakal lebih sulit... Beliau itu pembunuh dan pencuri makam sekalipun pernah ditanganinya!”
“Ah, akhir-akhir ini berhati-hatilah……”
“Gua brengsek pernah diciduknya, dia mungkin ingat gua. Kalau dia khusus nyari orang-orang kita buat balas dendam, gua bisa kena sial ini!”
“Sepatutnya parah gitu?” Xiao Li terdiam kaku.
Sampai pukul sembilan malam, mereka masih berdebat sambil makan tusuk sate di sekitar kompleks.
Habis makan, mereka pun berjalan pulang untuk istirahat sebentar sebelum berangkat kerja.
Namun baru belok di sudut jalan, mereka melihat siluet samar di bawah lampu jalan yang redup. Sosok itu memegang pedang panjang dan menari-nari secara acak, cahaya pedang itu memantul ke tembok, tanah, dan pepohonan dengan terang menyilaukan.
Semua orang merasa ada nuansa iblis, langsung menghentikan langkah.
Salah seorang menyipitkan matanya: “Orang itu ngapain sih?”
“Nggak tahu, kayak lagi main-main sesuatu!”
“Orang gila kali?”
“Kayaknya cewek,” kata Xiao Li yang penglihatannya paling tajam.
“Cewek?” Kening seseorang langsung berkedut.
“Hm, posturnya lumayan pendek.”
“Masih pendek juga?”
“Guluk!”
“Ti-tidak mungkin kebetulan seperti itu, kan?”
“Berjaga-jaga, lebih baik kita mundur saja!”
“Baik!”
“Lari cepat!”
Xiao Li meski merasa kejadian ini agak Xuanhuan, juga para senior terlalu berhati-hati, tapi karena dia baru datang, tidak berani membantah pemikiran para senior.
Menoleh dan mengambil jalan memutar, setelah berlari kecil melewati sudut, tiba-tiba mereka mendengar suara mengupas kuaci.
“Bipok bipok……”
Suaranya riang menggema.
Lao Zhang memicingkan mata, melihat di samping pohon seolah ada pedang panjang bersandar, di sebelahnya seekor kucing putih salju yang sangat cantik berjongkok, bola mata birunya bagai langit malam yang siap menyedot jiwa siapa pun yang menatap.
Siluet Yin Nuxia muncul dari balik pohon, dengan cekatan melemparkan cangkang kuaci di tangannya ke tempat sampah. Matanya menatap tajam ke arah mereka, lama kemudian baru menggelengkan kepala: "Benar-benar sudah tak sabar mati!"
Xiao Li terpaku, matanya menyapu sekilas wajah Yin Nuxia yang bertubuh mungil namun memiliki bekas luka di pipi, lalu beralih ke pedang klasik berkilauan di sampingnya dan kucing putih di kakinya. Tiba-tiba ia meragukan realitas: "Apa dunia ini sudah berubah jadi dunia silat?"
Sementara para senior di sampingnya serentak menelan ludah.
Seorang anggota mundur dua langkah, berbalik ingin kabur, namun menyadari dua sosok pria telah muncul tanpa terasa di belakang.
Suaranya gemetar: "Ada yang memutus jalur pelarian kita..."
Cheng Yun segera membantah: "Tidak, aku datang untuk menjamin keselamatan kalian."
Naqu juga menatap Yin Nuxia dan pedang di sampingnya dengan terkejut - Saat keluar rumah, tangan Yin Nuxia kosong melompong, namun pedang ini ditariknya keluar dari lengan kemeja lengan panjangnya! Seolah memunculkannya dari udara kosong!
