Melihat pemuda itu menatap Cheng Yan dengan malu dan marah, sementara Cheng Yan tampak kesulitan karena tidak membawa wajan listrik saat jalan-jalan, ditambah loli kecil di sampingnya yang sedang curiga menebak-nebak apa yang dilakukan kedua orang biasa ini - seolah begitu tebakan itu jelas akan langsung menciptakan angin anyir dan hujan darah, Cheng Yun merasa sebagai kepala stasiun, ia harus maju menjaga perdamaian dunia.
Ia menepuk bahu Cheng Yan dan bertanya dengan lembut: "Ini teman sekelasmu?"
Pemuda itu langsung tertegun, menatap lelaki yang tiba-tiba muncul di samping Cheng Yan yang sama sekali tidak ia perhatikan sebelumnya, lalu bertanya dengan nada agak feminin: "Siapa orang ini?"
Cheng Yan menarik napas dalam-dalam, mengingat kerumunan orang di sini yang banyak berisi penyiar, media mandiri, dan influencer, akhirnya menahan kekuatan purbakala-nya dan berkata dingin: "Kamu sakit otak ya?"
Pemuda itu seketika kembali pada keadaan malu dan kesal.
Sebelumnya dia sempat berpikir, apakah siswi ini sedang main drama "pura-pura menolak" untuk meningkatkan nilai dirinya. Bagaimanapun kondisinya sangat baik, meski siswi ini memang luar biasa - yang tidak luar biasa pun tidak akan dia pandang. Dengan harta warisan ratusan juta dan kewarganegaraan ganda, menghirup udara merdeka dari negara demokratis, terpenting sudah mengungkapkan perasaan dengan susah payah tapi masih ditolak, kalau bukan tipu muslihat lalu apa?
Sekarang dia kembali mengamati Cheng Yun beberapa detik.
Penampilannya lumayan, gaya sporty kasual. Di zaman sekarang baju mahal atau tidak bukan patokan kekayaan, ini cukup membuatnya pusing.
Tapi pria ini tampak beberapa tahun lebih tua dari Cheng Yan...
Bahkan menuntun seekor kucing!
Ya! Makhluk ini!
Pemuda itu langsung mengangkat kepala bertanya: "Apakah kamu kakak laki-lakinya?"
Cheng Yun mengatupkan bibir: "Hello."
Pemuda itu juga tersenyum: "Halo bro, tahun-tahun ini Cheng Yan banyak terbantu berkat kamu."
Cheng Yun: "？？？"
Nada bicara seperti apa ini?
Cheng Yun berpikir dalam hal merayu perempuan, keberanian dan ketidaktahuan malu pria belum tentu buruk. Bagaimanapun juga, pepatah "berani, cermat, dan tak tahu malu" yang dianggap banyak orang sebagai mantra sakti perayu wanita memang ada benarnya. Tapi bagaimana menakar "belum tentu" ini? Tergantung apakah si gadis mau menoleransi keberanian dan kelakuanmu. Jika si perempuan sudah jelas-jelas bersikap "enyahlah kau dari sini!" tapi kau masih memaksa, itu sudah jadi pelecehan. Cheng Yun akan merasa pria seperti itu sangat menyebalkan.
Jika yang jadi sasaran adalah adiknya sendiri, Cheng Yun pasti akan naik darah.
Tiba-tiba terdengar lagi suara pemuda itu berkata pada Cheng Yan: "Aku tahu kalian yatim piatu, setahun terakhir pasti hidup susah, cuma punya satu kakak laki-laki. Kakak mana bisa menggantikan orangtua. Tapi tenang saja, kalau kita jadi pacar, aku pasti akan merawatmu baik-baik. Kalau hubungan kita langgeng, aku bahkan bisa mengajakmu imigrasi ke AS atau keliling dunia. Coba bayangkan..."
Mendengar ini, wajak Cheng Yun menjadi gelap total.
Cheng Yan juga menunjukkan ekspresi muram.
Yin Nuxia melirik ke Cheng Yun, lalu melihat Cheng Yan yang jelas-jelas ingin langsung menghajar orang itu, berseru: "Orang ini otaknya mungkin bermasalah, mau kubanting saja?"
Pemuda itu tertegun lagi, lalu berkata: "Masih pakai trik ini? Belum tentu aku mau sekali lagi memaafkan..."
Sebelum dia selesai bicara, Cheng Yan sudah berpaling ke Yin Nuxia: "Kalau begitu kumohon bantuannya, Kak Yin Dan. Tapi tolong perhatikan kekuatan pukulan, jangan sampai terjadi insiden. Dan cepat sedikit, jangan sampai ada orang iseng yang merekam."
Yin Nuxia mengibaskan tangannya sambil tersenyum lebar: "Buat apa basa-basi sama aku! Tenang aja, gerakanku super cepat!"
Pemuda itu belum sempat bereaksi, perutnya langsung diserang rasa sakit yang luar biasa. Pemandangan di depannya menjauh dengan cepat, punggungnya menghantam sesuatu. Suara alarm mobil berdengung di telinganya. Dunia berputar-putar di matanya.
Pejalan kaki di sekitarnya riuh gempar.
Tang Qingying bertepuk tangan: "Kak Yin Dan, benar-benar perkasa!"
Yin Nuxia berjalan perlahan mendekat.
Si loli kecil tentu sudah paham. Ia berlari kecil ke depan dengan wajah garang, sampai tali pengikatnya tegang dan tubuhnya terjatuh ke tanah.
Ia membeku beberapa detik sebelum bangkit, lalu melotot ke arah Cheng Yun yang masih memegang tali dengan ekspresi tidak puas.
Cheng Yan yang tadi masih dingin seketika tersentuh, berjongkok dan mengulurkan tangan untuk membelai ubun-ubun si loli, sorot matanya berbinar-binar penuh kekaguman. Dia benar-benar berhasil menyentuhnya, meski hanya sebentar sebelum si loli menolak disentuh lagi, tapi dia sudah sangat puas.
Sementara pemuda itu terbaring di tanah, tak bisa memahami niat baiknya ingin membantu gadis yatim piatu dari keluarga biasa malah dipukuli, berteriak pada Yin Nuxia yang mendekat: "Apa maksudmu! Kalian orang 426 ini melanggar hukum, aku akan melaporkan kalian!"
Yin Nuxia tertegun, ekspresinya seru: "Lapor polisi?"
Melihat raut wajaknya yang seolah berkata "Mau lapor polisi? Aku pinjamin ponsel", pemuda itu tertegun sejenak, seolah menyadari mungkin mendapat perlakuan tidak adil, lalu berteriak: "Aku akan ke Kementerian Luar Negeri, ini peristiwa diplomatik!"
Yin Nuxia mengernyit, Apa itu Kementerian Luar Negeri?
Cheng Yun khawatir ada yang berfoto, lalu mendesak: "Ayo pergi!"
Yin Nuxia bahkan tidak menoleh saat berteriak "Oh" keras-keras, lalu mengangkat kakinya ke arah wajah pemuda itu. "Itu adik Sang Kepala Stasiun, dalam perlindunganku! Dengar?! Kalau berani ulangi..." Kaki sepatunya menghunjam ke pipi pemuda, "...kuhentikan paksa kakimu!"
Usai bicara, ia berbalik dan melesat cepat mengikuti langkah Sang Kepala Stasiun!
Wajah loli kecil memerah marah. Sesekali ia menoleh tajam, geram karena kesempatan pertunjukan heroiknya direbut si manusia bodoh tadi!
Sambil berjalan, Cheng Yun berbisik-bisikan: "Dia bukan dari benua, ya? Aksennya juga aneh."
Tang Qingying mengangguk: "Pasti orang Provinsi Yizhou."
Cheng Yun cuma mengangguk singkat lalu diam.
Orang unik seperti itu memang mustahil ditemui dalam keseharian. Tapi kalau berasal dari Provinsi Yizhou, keanehannya jadi masuk akal. Tahun-tahun ini ada sebagian kecil orang Yizhou yang... Entah otak mereka bagaimana. Segala hal absurd berani mereka lakukan. Seringkali membuatku bertanya: Benarkah kita masih satu leluhur?
Cheng Yan seolah tak mendengar percakapan mereka, pandangannya terus mengikuti loli kecil. Di benaknya terus terngiang adegan loli itu menerjang ke depan tadi. Rasa manis dan kepuasan hampir meluap dari hatinya.
Beberapa saat kemudian, ia diam-diam mendekat di telinga Cheng Yun dan berbisik: "Izinkan aku pegang tali loli itu!"
Telinga loli kecil bergetar, menoleh tajam ke arahnya.
Cheng Yan langsung berlagak seolah tak mengatakan apa-apa.
Loli kecil juga berpura-pura tak mengerti bahasa manusia.
Baru saja keluar dari area Jalan Cheng Jian, tiba-tiba loli itu tertegun memandang ke depan, lalu menoleh ke Cheng Yun sambil bertanya keraguan: "Huu?"
Mengikuti arah pandangnya, terlihat seorang gadis kecil duduk bersimpuh di pinggir tembok. Di tanah terbentang selembar kertas yang ditindih batu kerikil kecil, dengan beberapa uang kertas tergeletak di atasnya.
Cheng Yun terlihat heran, lalu mengerutkan kening.
"Pemandangan seperti ini dulu sering terlihat bertahun-tahun lalu, bahkan mungkin masih ada di Jinguan lima enam tahun lalu. Tapi beberapa tahun terakhir seiring pengembangan negara, hampir sudah tidak terlihat lagi."
"Huu?"
Si loli melanjutkan pertanyaannya, mengapa anak manusia ini bersujud di sini, terlihat sangat memprihatinkan.
Mengapa di depannya ada begitu banyak uang, bahkan beberapa lembar uang kertas besar warna tunas hijau yang paling bernilai, ditambah berbagai uang kecil warna-warni lain yang jumlahnya hampir menyamai tabungan kecilnya.
Cheng Yun membungkuk mengangkatnya sambil menjawab: "Mungkin dia tidak punya orangtua yang baik, atau terpisah dari orangtua dan dikendalikan orang jahat. Bagaimanapun kita harus lapor polisi, pasti ada yang akan mengurusnya."
Tampaknya rombongan Cheng Yun tidak perlu repot melapor. Beberapa orang sudah mengerumuni gadis kecil itu sambil berdiskusi, salah satunya sedang menelepon dengan ponsel.
Anak seusia ini di zaman sekarang seharusnya bersekolah.
Entah orangtua yang mengirimnya ke sekolah, atau bahkan tanpa orangtua, seluruh masyarakat harus memastikannya bersekolah. Bagaimanapun caranya, seharusnya dia tidak ada di sini mengemis.
Loli itu memiringkan kepala sambil berpikir keras, lalu segera memahami situasi.
Ia teringat masa kecilnya sendiri, perasaan belas kasihan pun muncul di hatinya melihat anak manusia ini.
"Aku bisa menemukan Da Wang, tapi dia?"
Beberapa saat kemudian, menepuk bahu Cheng Yun. Melihat tatapan bingung Cheng Yun, terpaksa melepaskan diri dari pelukannya.
Melompat ke tanah, ia menarik Cheng Yun mendekati gadis kecil itu lalu duduk mengawasinya.
Cheng Yun malah menunduk mengamati kertas yang tergeletak di tanah.
Kontennya klise - deskripsi latar belakang keluarga yang memprihatinkan, permohonan bantuan pada dermawan. Hanya entah kemana aliran uang yang terkumpul itu nanti.
Orang di samping ternyata memang sedang menelepon polisi, Cheng Yun pun berjongkok sambil tersenyum pada gadis kecil itu: "Mengapa kamu mengemis di sini?"
Gadis itu mengangkat kepala, meliriknya dengan suara lemah, lama sekali baru menjawab: "Keluargaku miskin."
Cheng Yun mengatupkan bibir tanpa berkomentar, lalu bertanya lagi: "Apakah ini keinginan orangtuamu, atau ada orang lain? Dengarkan, sudah ada yang menelepon polisi. Jika ada orang lain yang memaksamu, kami akan menjamin keselamatanmu dan mengantarmu kembali ke orangtuamu."
Dengan suara lemah gadis itu berkata: "Keluargaku miskin, tak punya uang... Terpaksa mengemis... Kalau tidak kami akan mati kelaparan..."
Cheng Yun mendengar jawaban kaku itu, mengerutkan kening. Diam sejenak, ia berpaling ke rombongan: "Mari kita tunggu sebentar di sini."
Semua anggota ekspedisi mengangguk setuju.
Loli itu tampak ragu beberapa saat, tiba-tiba berbalik badan, mengeluarkan dua bingkai merah kecil dari saku bajunya dengan mulut, lalu meletakkannya di atas kertas di depan gadis kecil itu. Cakar kecilnya mendorong hadiah itu ke depan - uang yang disiapkannya hari ini untuk belanja baju.
Orang-orang di sekitarnya langsung berteriak kaget, memandangi loli dengan takjub.
Bahkan ada yang mengenali si loli, teriakan mereka semakin keras.
Gadis kecil itu pun mengangkat kepala dengan terpaku.
Tang Qingying tertegun sejenak, lalu menatap tajam Cheng Yun dan Cheng Yan: "Kalian bilang dia belum jadi makhluk legenda?!"
Cheng Yun: ……
Cheng Yan mengamati loli yang masih diam-diam mengawasi gadis itu, berkata: "Sepertinya loli ini paham konsep uang. Dia bahkan bisa rebut bingkai merah."
Tiba-tiba suara kasar terdengar dari belakang: "Kalian ngapain disini!? Ngapain ngerubungi!"
Semua orang menoleh tajam, melihat sepasang suami-istri paruh baya bergegas mendekat.
Para penonton saling pandang bingung.
Cheng Yan yang tak gentar langit maupun bumi langsung bertanya, "Siapakah kau?"
Pria paruh baya itu membentak, "Urusanmu apa siapa aku! Ngapain kalian mengerumuni di sini! Mau apa?!"
Alis Cheng Yan berkerut. Dia sangat jengah menghadapi orang tak berakal, kali ini sama sekali tak ada keinginan berdebat.
Seorang pemuda kemudian berseru, "Apa kau orangtuanya atau siapa? Sudah kami hubungi polisi!"
Pasangan paruh baya itu tertegun, tak menyangka ada banyak pengacau. Muka mereka berubah: "Urusan kalian apa! Jangan ikut campur! Enyahlah!"
Wanita paruh baya itu langsung ingin menerjang untuk membawa gadis kecil itu pergi.
Sebelum rombongan Cheng Yun bertindak, beberapa pemuda lain sudah menghadang: "Tunggu polisi datang!"
Pria itu yang lebih pemarah menggulung lengan sambil menerjang sambil memaki, ingin mengusir para pemuda.
Saat itu, si loli menoleh dan meliriknya sekilas.
Pria paruh baya itu langsung kakinya terpeleset, tubuhnya condong ke depan dan terjatuh. Rahang bawahnya persis menghantam perbatasan trotoar dan jalan raya, seketika tak sadarkan diri.
Situasi di lokasi kacau balau, hanya Tang Qingying yang terus memperhatikan si loli dan sang Mage yang berdaya observasi tajam yang menyaksikan pemandangan ini.
Sang Mage diam-diam melirik Tang Qingying, ternyata memang wajah Tang Qingying tampak terguncang hebat.
Menarik.
Begitulah pikirnya.
Perempuan paruh baya itu melihat situasi memburuk, berusaha menarik pria tersebut untuk kabur. Tapi bagaimana mungkin seorang diri bisa mengangkat pria gemuk dewasa? Akhirnya dia pun melarikan diri sendirian.
Yin Nuxia menatap punggungnya, memasukkan tangan ke saku: "Kepala stasiun, mau tidak aku..."
Cheng Yun menggeleng: "Sudahlah, satu saja cukup."
Yin Nuxia diam-diam tetap mengalirkan gerakan mantra. Seketika sinar perak berbentuk pedang kecil melesat dari tangannya. Dalam terik matahari yang menyengat tak ada yang menyadarinya. Cahaya pedang itu segera menghilang masuk ke punggung perempuan paruh baya itu.
Paling-paling sepuluh menit, polisi pun tiba, menanyakan situasi semua orang sekali putaran, lalu membawa pergi pria paruh baya yang tak sadarkan diri dan gadis kecil.
Si loli masih menatap Cheng Yun dengan tatapan bertanya.
Cheng Yun berkata: "Dia akan ditempatkan dengan baik."
Jika kantor pemerintah saja tidak bisa menempatkannya dengan layak, maka Cheng Yun pun tidak ada cara lagi. Dunia ini tidak adil bagi setiap orang. Tragedi kehidupan sebagian orang telah dimulai sejak kelahiran. Saat orang lain berjuang untuk kebahagiaan, mereka justru mengerahkan segenap tenaga melepaskan diri dari kehidupan yang memprihatinkan.
……
Setelah jalan-jalan seharian di pusat perbelanjaan sekitar, mereka membeli bebek panggang di sebuah mall, baru pada sore hari ketika matahari paling terik, semua orang naik taksi pulang.
Ajaibnya, Cheng Yun menemukan begitu tiba di penginapan, ia langsung tidak lelah maupun mengantuk!
Tang Qingying melihat ekspresi Cheng Yun, protes tidak puas: "Kakak ipar, benarkah kau tidak suka jalan-jalan bersama kami?"
Cheng Yun langsung membantah: "Nggak ada!"
Tang Qingying bertanya lagi: "Kalau dulu kamu jalan-jalan sama Tang Qingyan juga kayak gini?"
Cheng Yun berpikir sebentar sebelum menjawab: "Ya kurang lebih sama, waktu itu kami lebih sering belanja online..."
Terutama Tang Qingyan tidak semereka mereka dalam merepotkan orang.
Yin Nuxia dengan sukacita membawa beberapa kantong ke resepsionis, duduk di sebelah gadis kecil Yu Dian, menggeser pantatnya mencari posisi yang nyaman sambil tersenyum lebar: "Coba tebak aku bawain apa?"
"Bebek panggang..." Ekspresi tersentuh muncul di wajah Yu Dian.
"Kok kamu tahu?" Yin Nuxia tertegun.
"Di kantongnya ada tulisannya, Shou Chai Lu arang kayu buah bebek panggang." Yu Dian menunjuk kantong kertas.
"Oh, berarti masih bisa dianggap kejutan ya?" tanya Yin Nuxia ragu-ragu.
"Hm... boleh lah!"
“Baguslah baguslah.” Yin Nuxia mengeluarkan bebek panggang yang sudah dibungkus dari kantong, mencakup kulit mie, bawang prei dan mentimun, serta rangka bebek, lalu memandangi gadis kecil Yu Dian dengan gembira, "Cepat makan selagi masih hangat!"
"Apakah kamu sengaja membelikan saya bebek panggang ini?" Gadis kecil Yu Dian tidak langsung menyantapnya, bertanya.
"Tidak! Cuma searah jalan!" Yin Nuxia melambaikan tangan sambil berkata, tiba-tiba teringat sesuatu lalu mengeluarkan camilan-camilan kecil dari kantong kertas lain, menyebut satu per satu nama yang dihafalnya dengan susah payah, "Masih ada tanghulu rasa strawberry dan peach monyet ini, Jianglong Zhua Zhua, kaki babi panggang, iga babi rahasia dan shaobing daging tumis sayur asin, juga ini... lupa namanya! Lagipula... Dang dang dang dang!"
"Oh." Gadis kecil Yu Dian bingung harus berkata apa, hanya merasa sangat tersentuh.
Tang Qingying yang menatap mereka dari samping tanpa sadar menunjukkan senyum mengembang, membantu Yin Nuxia menjelaskan: "Setiap kali Kak Yin Dan ingin makan sesuatu, dia selalu bergumam 'Nona Yu kecilku'. Kecuali yang sulit dibungkus, semuanya dia bawa kembali untukmu. Bahkan saat kami sudah lelah berjalan-jalan, dia masih nekat lari ke Wanda Plaza di bawah terik matahari hanya untuk membelikanmu satu paket bebek panggang."
Yin Nuxia agak malu-malu, buru-buru berkata pada Yu Dian: "Jangan dengarkan dia, itu cuma omong kosong."
Yu Dian mengangguk: "Oh."
Dengan kikuk dia membuka satu per satu kotak plastik, beraneka ragam makanan tergeletak memenuhi desktop resepsionis, bahkan beberapa harus diletakkan di atas keyboard agar muat.
Gadis besar yang agak bodoh ini...
Di dunia ini tidak ada lagi orang yang lebih baik darinya padanya.
