Yin Nuxia menarik gadis kecil Yu Dian yang pemalu, diam-diam mendekati sekelompok generasi kedua. "Kalian tadi bicara soal bertaruh siapa yang menang? Bolehkah kami ikut?"
Seorang pemuda menjerit terkejut: "Srikandi!"
Yin Nuxia mengernyit: "Kamu kenal saya?"
Pemuda itu bersemangat menjawab: "Tentu! Dulu aku pernah match denganmu waktu kamu belum jadi Raja."
Yin Nuxia berkata "Oh" lalu bertanya: "Terus? Bagaimana kelanjutannya?"
Pemuda: mmp……
Yin Nuxia cengar-cengir sambil menggaruk kepala: "Aku serius, tadi kalian bicara soal beli siapa yang menang ya?"
Pemuda lain menjawab: "Kami cuma main-main……"
Yin Nuxia menghela napas kecewa, menggandeng gadis kecil Yu Dian kembali ke samping Kepala Stasiun. Matanya tak berkedip menatap arena.
Shao Yang mengenakan helm dan maju terlebih dahulu.
Sebagai bentuk penghormatan, Naqu pun bersenjata lengkap.
Berdua berhadapan, melangkah dua langkah ke depan. Senjata mereka bersilangan sebentar di udara sebagai salam, lalu mundur mencari posisi masing-masing sambil mengambil postur tempur.
Shao Yang bertubuh tinggi kurus, jauh lebih tinggi dari Naqu. Wajaknya tampak dingin, dan dia suka pamer gaya. Saat memegang golok dan memainkan bunga, seolah sama sekali tidak menganggap lawannya penting.
Penampilannya saja sudah menarik perhatian banyak anggota wanita klub.
Hanya saja para anggota klub ini berasal dari latar belakang luar biasa. Dari segi wawasan, mereka jauh lebih berpengalaman dibanding gadis biasa, sehingga tidak ada yang sampai berteriak histeris. Justru rekan-rekan Shao Yang-lah yang meneriaki agar dia tampil maksimal.
Gadis kecil Yu Dian berbisik di telinga Yin Nuxia: "Orang ini kelihatannya sangat ahli. Menurutmu Naqu Sensei bisa mengalahkannya?"
Dia mengikuti panggilan Cheng Yan yang menyebut Naqu sebagai 'Sensei'.
Yin Nuxia menjawab dengan santai: "Tenang saja. Konon Naqu itu sangat hebat. Lagi pula golok lawannya pendek, postur berdiri dan memegang goloknya juga salah. Mustahil menyaingi pedang model itu."
Yin Nuxia merasakan ini sangat dalam. Dulu, ketika teknik pedang Terbang Ikan-nya ditambah Yanling Dao-nya bertarung melawan penerus Pintu Bulu Ringan itu, ia benar-benar dirugikan. Pada akhirnya, berkat keahliannya yang lebih tinggi ditambah keberaniannya bertukar luka dengan nyawa, barulah ia berhasil membunuh sang penerus tersebut. Jika tidak, ia takkan bisa sampai ke dunia ini.
Gadis kecil Yu Dian tertegun mendengar penjelasan itu. Ia bahkan merasa penjelasan Yin Nuxia terdengar sangat meyakinkan.
Tepat seperti dugaan, melihat Shao Yang yang begitu meremehkan, Naqu hanya bisa pasrah.
Golok pada dasarnya lebih pendek daripada pedang runcing, artinya jarak serang efektifnya jauh lebih pendek. Ditambah postur berdiri dan cara memegang golok dengan kedua tangan, semakin memperpendek jangkauan serangan. Meski kemampuannya setara dengan Naqu, Naqu tetap yakin bisa menguasai situasi. Apalagi perbedaan keduanya begitu besar - dalam satu detik saat ia memutar goloknya, Naqu sudah bisa menusuk sepuluh lubang di tubuhnya!
Seiring dengan pendekatan terus-menerus Shao Yang, Naqu juga perlahan mundur, mempertahankan jarak di luar jangkauan serangan Shao Yang namun masih dalam radius serangannya sendiri, lalu tiba-tiba Brrrak! menurunkan pedangnya.
Saat Shao Yang masih bingung, Naqu berkata pada murid di samping: "Kalian akan segera mengerti mengapa aku selalu menekankan penguasaan jarak, dan mengapa tusukan harus diprioritaskan daripada tebasan, menghindar lebih utama daripada tameng."
Shao Yang tertegun sejenak, kemudian mulai menunjukkan kemarahan.
Orang ini bahkan berani menjadikannya bahan demonstrasi latihan!
Wajahnya berkerut, dengan kasar melangkah beberapa langkah ke depan, melesat dengan kecepatan ekstrem, mencari kesempatan untuk menebas diagonal ke depan.
Namun Naqu mengimbangi serbuan ini dengan mundur sama cepatnya menggunakan teknik side-step anggar. Saat tebasan turun, Naqu hanya sedikit merebahkan tubuh ke belakang - ujung pedangnya menyambar tepat di depan masker wajah Shao Yang.
Bersamaan ia berkomentar: "Menghadapi senjata pendek seperti ini, selama kau kuasai jarak dengan baik, kau bisa menyerang sesuka hatimu."
Shao Yang mengerutkan kening, tidak melanjutkan kemarahannya. Ia segera menjadi hati-hati sambil mengepal golok dan terus mengamati Naqu, mencari kesempatan yang tepat untuk mengeluarkan golok.
Namun Naqu masih belum menunjukkan niat untuk menghunus pedangnya.
Dalam satu menit kebuntuan, Shao Yang melakukan serangan bertubi-tubi sebanyak empat kali, yang semuanya dielakkan Naqu dengan gerakan ringan seperti tak berbobot.
Baru ketika Shao Yang mengayunkan goloknya sekali lagi, Naqu berkata: "Jarak ayunan tebasan terlalu panjang, gerakan terlalu besar, memakan waktu dan tenaga. Sangat mudah memberi celah bagi lawan."
Sambil bicara, ia kembali menghindari golok Shao Yang dan menusukkan pedangnya secepat kilat: "Ketika lawan sudah menghunus pedang, kamu masih sibuk dengan gerakan serangan sebelumnya."
Nada bicaranya serius dan tenang, tanpa nada mengejek atau bermain-main, seolah hanya sedang menjelaskan pokok-pokok jurus pedang pada muridnya.
Dang!
Tusukan pedang tepat mengenai tenggorokan Shao Yang. Kekuatan dahsyat yang menembus masker membuat tubuh bagian atasnya terlempar ke belakang, hampir terjatuh ke tanah.
Poin efektif, dan lebih tinggi daripada skor torso.
Shao Yang segera menyesuaikan postur, tapi justru beralih dari serangan ke bertahan, ekspresi di balik maskernya menjadi sangat serius.
Naqu tersenyum tipis, tidak mengganggunya melainkan menunjukkan sikap mengajar junior, memberi hormat sebagai isyarat sebelum berkata: "Berikutnya akan kudemonstrasikan bagaimana tameng bisa membuatmu kehilangan inisiatif..."
Shao Yang tak menyangka dari awal sampai akhir ia hanya mengikuti arahan pelatihan Naqu.
Sepuluh detik kemudian, ia mengalami kekalahan total.
Selanjutnya giliran Li Yu dari Deshuang.
Jelas kemampuan Naqu melebihi imajinasi Li Yu, ia menyimpan cemoohan halusnya bahkan memberi hormat dengan khidmat sebelum pertarungan dimulai.
Deshuang lebih unggul daripada golok karena lebih panjang.
Di saat yang sama, teknik Li Yu seolah juga lebih superior.
Namun di tangan Naqu, ia tetap dikalahkan dengan telak. Hanya saja Naqu tidak menggunakan kekuatan yang mengalahkan segalanya untuk menghancurkannya, melainkan sambil bertarung terus memuji kelebihannya, memberikan pujian, sekaligus dengan halus menunjuk kesalahan-kesalahannya - ini juga menjadi bimbingan khusus bagi murid-muridnya.
Akhirnya hanya tersisa Zhang Ke seorang diri.
Du Shan merasa malu sekaligus senang, menoleh bertanya pada Zhang Ke: "Kamu masih mau bertarung?"
Zhang Ke semakin bersemangat: "Tentu saja!"
Berhadapan dengan ahli sejati terkemuka seperti ini, ibarat penggemar basket bermain melawan Kobe Bryant - meski sadar akan DIHANCURKAN habis-habisan, tetap dianggap sebagai kesempatan berharga.
Naqu tersenyum ramah, maju untuk bertarung dengannya. Meski kemenangannya tidak mutlak, gerakannya sangat elegan.
Usai tiga pertarungan, gedung anggar bergemuruh oleh tepuk tangan yang tak putus-putus.
"Sebagian besar penonton yang hadir adalah anggota Klub Hong Guang. Melihat pelatih klub begitu manjur, mereka pun ikut merasa bangga. Bahkan banyak yang langsung menyatakan ingin belajar pedang dari Naqu, membuat Pelatih Zhu yang di samping terlihat iri."
Anggota klub Bingji juga dengan lapang bertepuk tangan.
Termasuk tiga peserta yang bertanding.
Kemudian, Du Shan mendekat dan berkomentar: "Level Guru Na benar-benar mengerikan!"
Pelatih Zhu menyela di depan Naqu: "Pelatih Na bisa ikut Olimpiade. Level kalian ini, Pelatih Na hanya sedang membimbing kalian."
Naqu mengatupkan bibir dan menunduk: "Pujiannya terlalu berlebihan."
Du Shan tertegun sejenak, lalu setelah merenung sebentar melanjutkan: "Guru Na, kami semua penggemar Bingji. Tak disangka di Jinguan ada ahli sejati seperti Anda. Bolehkah kami belajar dari Anda di kemudian hari?"
"Saat ini saya menjadi pelatih di sini. Kalian cukup mendaftar melalui prosedur klub saja." Naqu sangat paham apa yang pantas diucapkannya.
“Bagus. Tapi Guru Na, apakah Anda juga akan mengajarkan hal lain?”
“Hal lain?”
“Maksudku selain jurus pedang Anda, hal lain seperti Kendo Jepang, tradisi bela diri, dan Dou De semacamnya.”
“Aku hanya menguasai jurus pedangku sendiri.” Na Qu merendah, “tapi jurus duel memang punya solusi optimal. Berbagai metode penyelesaian juga memiliki titik persamaan. Jadi untuk aliran pedang lain, aku bisa memberikan sedikit masukan, tapi itu tidak bisa disebut mengajar.”
“Kalau begitu, mohon banyak arahan dari Guru Na!” Du Shan berkata.
“Jangan sungkan, jangan sungkan.” Na Qu berulang kali mengangguk.
“Beberapa dari kami akan datang melapor besok. Hari ini kami tidak akan mengganggu dulu.” Du Shan pergi sambil membawa sekelompok orang.
Orang-orang di sekitarnya merasa ada sedikit nuansa drama.
Naqu kemudian memanggil beberapa murid mendekat dan merangkum poin-poin penting sebelumnya: "Kalian semua sudah melihat tadi, tapi ada beberapa kesalahan umum pemula yang harus kusoroti. Misalnya, kebiasaan pemula menggunakan tameng alih-alih menghindar, sebab dalam pertarungan pemula, tameng memang lebih mudah. Jika kalian cuma main-main, tak perlu peduli. Tapi jika ingin mencapai level tinggi, mulai sekarang harus membina kesadaran menghindar..."
Mata Tang Qingying bersinar memandang Naqu, tangannya terus menarik-narik lengan Cheng Yun: "Aku baru pertama kali sadar Guru Naqu seganteng ini!"
Yin Nuxia mengedipkan bibir sambil menguap panjang: "Sama sekali tidak ada gejolak semangat."
Gadis kecil Yu Dian di sampingnya bertanya: "Lantas apa yang disebut gejolak semangat?"
Yin Nuxia berpikir sejenak, lalu menengadah ke langit-langit: "Yaitu berdiri di atas sambil berkata, 'Aku bisa lawan sepuluh orang sekaligus!', lalu gesek-gesek-gesek sampai semua lawan muntah darah dan menemui ajal. Terakhir teriak, 'Tak ada satupun yang bisa ditandingi!'... Ah!"
Gadis kecil Yu Dian mengetuknya: "Kau pikir semua orang sepertimu ya!"
Yin Nuxia menutupi kepalanya: "Aliran energimu melukaiku! Ahem! Aku akan jadi orang bodoh!"
Tang Qingying di sebelah seolah ingin berbicara tapi mengurungkan diri.
Gadis kecil Yu Dian juga tak tahu memikirkan apa, tersenyum sambil mengatupkan bibir.
Setelah itu Yin Nuxia mengajak gadis kecil Yu Dian jalan-jalan di klub, menjelajahi arena semua proyek, lalu kembali ke hotel.
Tak lama kemudian, Cheng Yun juga mengantar Tang Qingying pulang.
Hari ini Naqu pulang lebih awal, perkiraan sekitar pukul tujuh malam, dilihat dari waktunya pasti sudah makan malam di klub.
Ia melirik Tang Qingying di resepsionis, bertanya dengan kikuk: "Bisakah saya bertemu Srikandi di kamarnya?"
Tang Qingying berpikir sejenak: "Sekarang mungkin dia di atap gedung? Ada perlu dengannya?"
Naqu mengangguk: "Aku perlu berunding dengannya, terima kasih."
Segera ia menuju atap gedung.
Dalam cahaya redup, Yin Nuxia menyilangkan kedua tangan di dada yang hampir menyangga bagian yang menjulang itu, memandang sejajar ke arah Cheng Yun di depannya.
Cheng Yun sedang berlatih jurus bela diri di bawah bimbingannya.
Meski seiring waktu dan pemahamannya tentang node semakin bertambah, ia semakin merasa mungkin takkan pernah menggunakan jurus-jurus ini seumur hidup, namun tetap mempelajarinya dengan serius. Bagaimanapun, setelah belajar selama ini, tujuannya sudah bukan lagi sekadar menguatkan tubuh atau meningkatkan kemampuan bertarung. Bagi Cheng Yun, jurus bela diri ini bukan lagi sekadar keterampilan tempur, melainkan memberikan kebahagiaan dan kepuasan dari berbagai aspek.
Jurus tanpa nama Yin Nuxia sebenarnya sangat mirip dengan bela diri modern, hanya karena tidak dirancang khusus untuk tubuh manusia Bumi, masih ada perbedaan cukup signifikan.
Naqu pun diam-diam mengamati Sang Kepala Stasiun yang sedang berlatih jurus.
Ia sendiri tak pernah belajar jurus bela diri, dan tak membutuhkan teknik bertarung tangan kosong ini—meski di arena kompetisi ada kemungkinan pedangnya patah, namun bahkan jika pedang patah sekalipun, teknik bela diri semacam ini tetap tak berguna baginya.
Setelah lama ragu-ragu, akhirnya ia melangkah maju beberapa langkah. Melihat Yin Nuxia langsung memalingkan wajah ke arahnya, dia mengutarakan pertanyaan yang sudah dipendam berhari-hari: "Nuxia, bukankah kau bisa menggunakan pedang?"
