Seiring perkembangan teknologi, dunia dengan kereta dan kuda yang lambat telah lama lenyap.
Ditempatkan ratusan tahun lalu, jalan ke ibukota ini bisa memakan waktu berbulan-bulan bagi pelajar, di sepanjang perjalanan akan terjadi banyak kisah, harapan orangtua, istri dan anak terpusat serta ilusi peserta ujian... Namun Cheng Yun dan Yin Nuxia hanya butuh dua jam, di dalam pesawat cuma seorang pria paruh baya pecandu game yang mengenali Yin Nuxia dan mengobrol sepanjang perjalanan, tak ada hal menarik yang terjadi.
Konon pernah Su Shi diasingkan, Senior Chao Gu yang sudah tua berusaha mengunjunginya, namun mati di perjalanan dari Meizhou ke Pulau Qiong, hingga akhir hayat tak sempat bertemu sang sahabat.
Seandainya zaman sekarang, tentu takkan separah ini.
Akhir Mei di ibukota sudah sangat panas, berbeda dengan panas di Jinguan. Kadang Jinguan terasa teredam, panasnya sulit ditahan. Sedangkan ibukota meski suhunya tinggi, tetap terasa Jernih! Malam hari ibukota berubah menjadi sejuk, jauh lebih nyaman daripada Jinguan.
Dua manusia dan satu makhluk berjalan di jalanan. Jalan malam masih sepi sepi saja, mungkin karena kaum muda pencinta hidup malam belum berkumpul di sini.
Si loli tidak berjalan di depan Cheng Yun, melainkan agak tertinggal di samping kaki kanannya. Sesekali mempercepat langkah menyusul Cheng Yun, mengangkat kepala menatapnya, lalu melambatkan tempo agar ia bisa memimpin.
Yin Nuxia juga mendampingi Cheng Yun, seperti bayi penasaran yang terus memalingkan wajah ke segala arah.
Melihat ada Da Ye sambil minum bir sambil beristirahat di tempat sejuk, bersenandung lagu opera Beijing, dia merasa seru.
Melihat kendaraan yang sudah lama parkir di pinggir jalan menggunakan papan-papan kayu untuk menutupi roda yang menghadap ke luar, dia juga penasaran, bertanya seperti anak kecil, menunggu penjelasan Cheng Yun.
Cheng Yun menduga itu untuk mencegah kerusakan akibat terik matahari.
Sesekali ada satu dua toko di pinggir jalan, mengeluarkan aroma harum sate daging domba yang dipanggang. Saat dua manusia dan satu makhluk melewati depan toko, cahaya lampu memantulkan tiga bayangan - dua besar dan satu kecil. Kombinasi ini sering dianggap aneh dan mistis, namun cara mereka berjalan begitu wajar, seolah memang tiga manusia biasa.
Setelah belasan menit, Yin Nuxia heran berkata: "Sudah jauh jalan tapi tak nemu tanjakan..."
Cheng Yun mengangguk: "Memang daerah sini lebih datar daripada Jinguan, tapi tanjakan tetap ada, mungkin kebetulan saja kita belum melewatinya."
Yin Nuxia langsung tersenyum lebar: "Asyik banget kalau naik sepeda di sini, jalannya sepi, rata, malam hari juga adem..."
Cheng Yun baru tahu mengapa ia tiba-tiba memperhatikan soal jalanan datar di sini, lalu berkata: "Bukannya kamu sudah beli sepeda motor listrik? Masih kepikiran naik sepeda?"
"Itu berbeda!"
Yin Nuxia dengan serius merapikan ucapannya, baru melanjutkan: "Awal-awal naik sepeda motor listrik rasanya seru banget, sampai malas naik sepeda biasa, soalnya belum pernah coba sebelumnya. Tapi setelah beberapa hari, ternyata sama serunya dengan naik sepeda, cuma beda jenis keseruannya. Naik sepeda ada serunya sendiri, naik motor listrik juga ada sensasinya sendiri. Makanya kadang aku pilih motor listrik, kadang pilih sepeda biasa."
Cheng Yun mengangguk: "Masuk akal juga."
Sebenarnya sudah banyak penggemar sepeda yang bukan sekadar hobi karena keterbatasan ekonomi.
Setelah membeku sejenak, ia menambahkan: "Tapi naik sepeda berbagi pakai itu mana ada serunya? Kalau mau benar-benar menikmati bersepeda, harus beli sepeda gunung atau road bike lah."
Yin Nuxia langsung tertegun sejenak: "Apakah seperti yang dikendarai anak-anak kecil di jalan itu?"
Cheng Yun juga tidak tahu jenis yang mana yang ia maksud……
Kebetulan saat itu, beberapa pemuda mengendarai sepeda berderet panjang datang dari arah berlawanan. Mereka mengendarai sepeda jalan raya dengan lampu depan dan lampu belakang, mengenakan pakaian ketat bersepeda serta helm racing, terlihat sangat profesional. Kecepatan mereka juga sangat tinggi, hanya terdengar suara gesekan rantai yang ringan, dan segera melintas di seberang jalan dari keduanya dan makhluk itu.
Cheng Yun menunjuk mereka: "Ini sepeda jalan raya, rodanya kecil dan dilengkapi transmisi."
Yin Nuxia mengerutkan alis: "Terlihat sama sekali tidak kokoh."
Cheng Yun tak bisa membantah.
Sepeda jalan raya memang dirancang ramping untuk ringan dan cepat, rangkanya terlihat tidak tahan banting, tapi kekuatan bahan yang digunakan sebenarnya sangat tinggi.
Yin Nuxia berpikir sejenak, lalu berkata: "Tapi ada senternya, poin ini cukup bagus."
Cheng Yun mengangkat bahu: "Setelah mencoba sekali, kamu pasti akan tahu. Sepeda dengan transmisi dan tanpa transmisi benar-benar berbeda."
Yin Nuxia menunjukkan rasa ingin tahu: "Transmisi itu apa?"
Cheng Yun pun menjelaskan dengan sabar.
Si loli sesekali menoleh melihat mereka. Ia ingin ikut terlibat dalam diskusi mereka. Berjalan sambil mengobrol tampak lebih seru daripada diam-diam berjalan. Tapi mengingat mereka tak akan paham bahasanya, ia pun menyerah dengan putus asa.
Tak lama kemudian, Cheng Yun berhenti. Ia melihat ponsel lalu menoleh ke Hotel: "Sampai."
Ia mengangkat koper terlebih dahulu, menapaki tangga hotel.
Yin Nuxia menggendong tas di belakangnya, kedua tangan mencengkeram terbalik dua tali bahu ransel.
Loli kecil juga naik tangga selangkah demi selangkah. Karena postur tubuhnya masih relatif kecil, kalau lari cepat masih bisa, secepat kilat sudah sampai atas. Tapi kalau naik tangga perlahan seperti ini akan terkesan sangat sulit, seolah setiap anak tangga sengaja membuatnya kesulitan.
Hotel ini sangat besar, satu gedung utuh. Tentu harganya juga mahal. Perbedaan terbesar antara Ibukota dan Jinguan adalah harga propertinya.
Tapi Bos Cheng memiliki keyakinan penuh, tidak kekurangan sedikit uang ini. Melihat hotel ini mengizinkan hewan peliharaan menginap, tanpa pikir panjang langsung memesan. Itupun dua kamar termahal.
Membuka pintu kamar, menyalakan lampu. Yin Nuxia melihat dekorasi mewah di dalam kamar, tak bisa menahan kekaguman.
Dari pintu kamar terdengar suara Sang Kepala Stasiun: "Coba kau jalan ke balkon lihat ke luar. Konon katanya bisa melihat Gerbang Tiananmen."
Yin Nuxia mendengar itu buru-buru menuju balkon.
Cheng Yun tersenyum tipis, kembali ke kamarnya sendiri. Berbaring di ranjang mengambil swafoto, lalu mengirim informasi ke Cheng Yan dan Tang Qingying untuk memberitahukan keselamatan: "Sudah sampai."
Keduanya hampir langsung membalas.
Tang Qingying: "Posting foto tanpa memperlihatkan bagian penting buat apa!"
Cheng Yan: "Jepek!"
Cheng Yun meletakkan ponselnya, mendapati loli sedang menggaruk-garuk jendela kaca dan menerobos keluar.
Ia membawa ponsel mendekati jendela, memotret loli yang sedang berjongkok di pagar balkon sambil memandang kejauhan. Lokasinya dekat Liu Li, di depan hanya terdapat bangunan kuno rumah Siheyuan rendah yang tak menghalangi pandangan, sehingga Gerbang Tiananmen langsung terlihat. Punggung mungil loli itu sedikit menengadah, beradu pandang dengan Gerbang Tiananmen yang diterangi cahaya gemerlap.
"Di mana fitur flash photo... Ah ketemu."
Cheng Yun mengirim foto ini sebagai flash photo ke Cheng Yan dengan pesan: "Panggil kakak!"
Cheng Yan langsung berteriak: "Bahaya sekali! Cepat peluk dia, bagaimana kalau jatuh?!"
Cheng Yun: "?"
Cheng Yan: "Mimpi di siang bolong! Nanti setelah kamu pulang, aku akan rampas ponselmu dan cari foto di album!"
Cheng Yun: "Benarkah? Aku bahkan berencana merekam beberapa video kecil untukmu. Lihat loli ini, bisakah kau bayangkan di matanya yang bagai angkasa terpantul pemandangan malam Ibukota dan Gerbang Tiananmen?"
Cheng Yan: "Keterlaluan!!"
Cheng Yun: "?"
Cheng Yan: "Kakak!"
Cheng Yun membuka mulut lebar, mengirimkan foto aslinya kepada gadis itu.
Saat mengalihkan pandangan dari ponsel, tiba-tiba ia mendapati Loli sedang memalingkan wajah dengan tatapan curiga, seolah menanyakan alasan dirinya tertawa bodoh sendirian.
Cheng Yun mengabaikannya, menyuruhnya terus menikmati pemandangan kota sambil mengitari si kecil sambil merekam video dengan ponsel.
Yin Nuxia di balkon sebelah melambaikan tangan: "Kepala Stasiun sedang apa?"
"Ngevlog."
"Aku mau main ke situ!"
"Boleh."
"Aku berangkat ya."
"Oke... Hmm??"
Yin Nuxia menyangga tubuhnya di pagar balkon dengan satu tangan, lalu melompat dengan ringan seolah tak mengeluarkan tenaga. Tubuhnya melayang bagai burung layang-layang melewati celah selebar beberapa meter di ketinggian lantai lima belas, mendarat di balkon Cheng Yun.
Si loli kecil masih tak puas, memalingkan wajah sambil mendesis padanya.
Yin Nuxia terkekeh, mengangkat ponselnya dengan semangat untuk menunjukkan foto yang baru diambilnya pada Cheng Yun - sebagian besar fotonya gelap gulita, hanya ada titik cahaya kecil di tengah yang samar-samar menyerupai Gerbang Tiananmen.
Tiba-tiba, ponselnya berbunyi.
Yin Nuxia mengernyit penuh tanya, ternyata ada pesan suara di grup diskusi "Tim Pendekar" dari jungler Xiao Erduo: "Sudahkah kalian semua sampai di ibukota?"
Supreme Riven juga mengirim pesan suara: "Baru turun dari pesawat."
Luohua berkata: "Aku naik kereta cepat besok pagi."
Supreme Riven tertegun: "Kereta cepat?"
Luohua menjelaskan: "Rumahku di Tianjin. Naik kereta cepat cuma satu jam, tiap lima menit sekali ada jadwal."
Niangao berkomentar: "Bukannya hampir sama dengan bus umum?"
supreme Riven bertanya: "Nian Gao kapan kamu sampai?"
Nian Gao: "Aku sudah sampai sore tadi."
supreme Riven: "Bagaimana dengan Kakak sulung?"
Yin Nuxia yang duduk manis mendengarkan semua pesan, lalu menekan tombol rekam sambil berkata: "Aku baru saja tiba di penginapan."
Kemudian ia menunjuk satu per satu efek perubahan suara, akhirnya memutuskan versi "diberikan secara khusus", lalu mengunggahnya.
supreme Riven langsung membalas: "Kakak sulung tinggal di mana?"
Yin Nuxia bertanya pada Cheng Yun dulu sebelum menjawab: "Kepala stasiun bilang di sekitar area Luo Ma Shi dan Liu Li Chang."
Pesan supreme Riven baru muncul beberapa saat kemudian, mungkin sedang mencari peta. Suaranya terdengar tegang tapi berlagak santai, mirip dengan perasaan canggung pemuda pertama kali bertemu netizen: "Oh dekat Gerbang Tiananmen ya? Aku masih di sekitar bandara. Besok pagi kita janjian ketemuan, pergi bersama ke markas besar Sekte Xuandao untuk registrasi..."
Yin Nuxia mengerutkan alis: "Besok pagi? Aku sudah janji dengan kepala stasiun untuk jalan-jalan ke istana kerajaan."
Xiao Erduo: "Iri deh kerja dinas bawa-bawa keluarga segala..."
Nian Gao: "Boleh juga, Nuxia jangan-jangan kamu sekamar sama Kepala Stasiun?"
Luohua: "Dari dulu udah nebak Kakak pasti jalan sama Sang Kepala Stasiun. Kesempatan emas buat deketin doi, mana mungkin dilewatin!"
Supreme Riven berperan sebagai karakter yang penuh wibawa: "Jangan pada ngasal!"
Yin Nuxia sembari memerah pipi melirik Cheng Yun, grogi membela diri: "Jangan didengerin omongan nggak jelas mereka, Pak!"
Cheng Yun cuma tersenyum tipis, tak bersuara.
Yin Nuxia buru-buru ngetik di grup diskusi: "Udah dibilang jangan ngoceh! Sekarang doi denger semua tuh!"
Supreme Riven: "……"
Nian Gao: "666."
