Berkunjung ke ibukota, Istana Kekaisaran adalah destinasi wajib.
Cuma mungkin motivasi tiap orang saat ke sana beda-beda.
Ada yang ingin mengunjungi istana kuno dan mempelajari pengetahuan budaya di balik istana kerajaan, ada yang ingin menikmati pemandangan sambil berfoto-foto, ada yang sekadar absen virtual untuk membuktikan pernah ke sini, bahkan ada yang sengaja datang untuk... mengelus kucing.
Konon ada lebih dari dua ratus ekor kucing di istana kerajaan, masing-masing memiliki nama sendiri-sendiri, diberi makan hingga bulat dan gemuk, sangat disukai pengunjung.
Pengunjung seperti Cheng Yun dan Yin Nuxia yang membawa "kucing" sendiri saat berwisata ke istana tergolong sangat langka, terlebih makhluk ini sama sekali tak perlu tali pengikat, lebih mudah diurus daripada mengajak anjing jalan, membuat banyak turis terkagum-kagum.
Pagi-pagi mereka menyaksikan pengibaran bendera nasional di Gerbang Tiananmen, sarapan mi kecap goreng, lalu memasuki kompleks istana.
Berdua dan satu makhluk masuk melalui Gerbang Meriam, menjelajahi setiap sudut istana sepanjang hari.
Yin Nuxia yang merupakan orang persilatan biasa tentu belum pernah melihat istana kerajaan. Pengetahuannya tentang istana dan kaisar sebelumnya hanya berasal dari rumor dunia persilatan dan cerita di kedai teh. Tapi sekarang istana kerajaan telah berubah menjadi semacam taman hiburan. Cukup dengan puluhan yuan, yang harganya hanya beberapa mangkuk mi daging sapi, ia bisa berjalan-jalan di dalam istana raksasa ini. Hal ini benar-benar membuatnya sulit tidak merasa girang.
Di depan mereka berdua dan satu makhluk ada grup tur. Pemandu wisata wanita mengangkat bendera kecil dengan pengeras suara di pinggangnya, terus menjelaskan pengetahuan tentang Istana Terlarang sepanjang perjalanan.
Yin Nuxia dan Cheng Yun diam-diam mengikuti di belakang mereka, menyelundup mendengarkan penjelasan.
Mendengar pemandu berkata di depan adalah tempat tinggal selir kerajaan, Yin Nuxia buru-buru menyelip di antara kerumunan turis. Bersama grup pengunjung, ia mengintip melalui deretan jendela kayu rumah rendah sambil menutup satu mata dan mengamati bagian dalam dengan mata yang lain.
Awalnya si loli juga berlari beberapa langkah ke depan, tapi setelah sadar posturnya tak cukup mencapai jendela, dia berlagak hanya keluar sebentar untuk jalan-jalan, mengitari aula lalu kembali lagi, berdiri di dekat kaki Cheng Yun sambil matanya jelalatan ke segala arah.
Setelah mengintip lama sekali, Yin Nuxia akhirnya kembali sambil berkata kecewa: "Itukah kamar para selir?"
Cheng Yun tersenyum: "Tidak sebagus bayanganmu ya?"
Yin Nuxia mengangguk: "Iya! Kamarnya kecil, ranjangnya juga mini, sinar pun redup, hitam legam, isinya cuma kayu-kayu. Rasanya bahkan tak senyaman kamar hotel kita!"
Usai bicara, Yin Nuxia tertegun.
Dalam hati dia bertanya-tanya apakah dirinya mulai sombong. Padahal dulu mengembara di dunia persilatan, tidurnya di kuil reyot atau jongkok di pinggir jalan. Sekarang berani-beraninya meremehkan rumah para selir!
Yin Nuxia ckck dua kali, lalu melanjutkan langkah mengikuti grup turis yang masuk lebih dalam.
Sejak datang ke planet ini dan mengikuti Sang Kepala Stasiun, wawasannya seolah ikut meluas. Sesekali dia berkomentar "di sini berbeda dari yang ditayangkan di TV", lalu membandingkan Taman Kekaisaran yang "tak secantik hamparan bunga di atap hotel kita". Bahkan saat tiba di luar Aula Taihe, selain terkesima dengan pilar-pilar raksasa dan bertanya apakah singgasana naga benar-benar terbuat dari tael emas, dia sama sekali tak merasa ada kemewahan khusus.
Di sepanjang jalan, kadang mereka berpapasan dengan beberapa kucing. Terkadang si loli menakuti mereka sampai kabur, terkadang mengejar-ngejar hingga kucing itu berlarian mengitari pot bunga, atau malah memanggil mereka mendekat sehingga si kucing terpaku ketakutan. Sang loli sendiri justru asyik bermain.
Beberapa turis yang mengira kucing itu adalah kucing istana, mencoba mendekati untuk mengelusnya. Tapi semua berakhir kabur ketakutan setelah dihadang dengan geraman dan cakaran.
Baru setelah keluar dari Gerbang Shenwu, petualangan mereka di Kota Terlarang resmi berakhir.
Cheng Yun tersenyum bertanya pada Yin Nuxia: "Seru nggak tadi?"
"Bosan mati!"
Yin Nuxia merasa lebih baik menyewa sepeda kuning kecil mengitari Istana Kota Terlarang, tapi menurut kepala stasiun, beberapa jalan sepertinya dilarang untuk bersepeda... Sungguh kejam!
Tapi Yin Nuxia tetap tertawa bodoh: "Seru!"
Loli kecil juga mengangkat kepala: "Huu!"
Cheng Yun tersenyum tanpa bicara.
Menjelang siang, cahaya keemasan semakin menyengat, kesejukan pagi telah dihapuskan. Maka Cheng Yun membeli tiga es loli klasik di tepi jalan seharga empat koma lima yuan, lalu duduk di bangku batu tepi Sungai Tongzi yang setengah tertutupi bayangan pohon willow, lumayan sejuk.
Berdua dan satu makhluk membagi tiga es loli, setelah dimakan, rasa gerah selama lebih dari dua jam akhirnya sedikit mereda.
Cheng Yun menunggu loli kecil menghabiskan esnya, lalu menyodorkan stik kayunya: "Buang ke tempat sampah."
Loli kecil menggigit stik kayu itu, memeriksa sekeliling, dan segera menemukan tempat sampah.
Setelahnya kembali, Cheng Yun baru bertanya lagi: "Siang ini makan hot pot domba atau tulang belakang domba?"
"Tulang belakang domba itu kan kalajengking yang makan daging domba ya?" Yin Nuxia masih ingat betul dengan Ayam Pisang dari Pulau Weizhou yang makan pisang.
"Itu tulang punggung domba." Cheng Yun menjelaskan.
"Oh, mending makan hot pot domba saja!" Yin Nuxia selalu yakin daging pasti lebih enak daripada tulang. Ia tak pernah paham kenapa di pasar tulang harganya lebih mahal dari daging.
"Huu!" Si loli justru mau membantahnya.
"Kalau kalian berdua ingin makan hot pot domba, kita putuskan saja begitu. Setelah makan hot pot domba, aku akan mengantarmu ke markas besar Sekte Xuandao untuk melapor. Lebih cepat lebih baik, berkomunikasilah lebih banyak dengan rekan se-timmu." Cheng Yun kembali terhanyut dalam kenangan. Dulu dia memang pernah ke Ibukota, saat masa paling royalnya dia pernah jalan-jalan sendirian ke sini. Kemudian saat bersama Tang Qingyan, mereka juga pernah naik mobil dari Pintu Batu ke Ibukota untuk berwisata, toh jaraknya dekat, "Seingatku ada restoran bernama Dong Lai Shun yang khusus menyajikan hot pot domba, cukup terkenal ya?"
"Siap!"
"Huu??" Si loli terpaku bingung.
"Kita kembali ke hotel dulu."
"Hm!"
Si loli masih ingin protes, tapi tubuhnya sudah dipeluk Cheng Yun dengan sigap sambil berjalan menuju tepi jalan.
Di luar Gerbang Sakti terparkir banyak taksi atau mobil gelap. Sopir-sopirnya menarik penumpang tanpa malu-malu. Jangan kira di Ibukota tak ada praktik seperti ini, faktanya lingkungan taksi paling kacau seantero negeri justru ada di sini.
Cheng Yun berdua berjalan di tepi jalan, segera ada seorang laki-laki dengan logat Beijing bertanya: "Mau ke mana, bro? Naik mobil?"
Awalnya Cheng Yun tidak ingin menghiraukannya, tapi melihat cuaca panas ditambah loli kecil yang seberat kucing besi padat, ia pun sekilas bertanya: "Hotel Resort Mewah Gongwei, berapa ongkosnya?"
Laki-laki itu merenung sebentar, lalu dengan semangat heroik berkata: "Hai! Kasih delapan puluh yuan saja!"
Cheng Yun: "……"
Apa orang Ibukota semuanya segitu tajirnya?
Melihatnya berbalik tanpa ragu-ragu, si laki-laki masih berteriak dari belakang: "Kalau merasa mahal, enam puluh juga bisa!"
Cheng Yun tetap tidak berniat merespons.
Sopir itu juga tidak mengejar, hanya menunjukkan senyum ejekan sebelum kembali menyandar di bodi mobil, terus mengipasi diri dengan topi sambil malas-malasan menunggu tamu berikutnya.
Seperti penduduk sini, di ibukota tanpa tekanan rumah, hari-hari bisa dijalani dengan sangat santai. Sopir taksi dari daerah lain mungkin tekun mencari uang, tapi mereka tidak akan. Satu trip cuma dapat beberapa yuan siapa yang mau? Lebih baik menunggu lebih lama di sini, di antara turis dari luar kota pasti ada yang tak kekurangan uang, apalagi orang asing yang mudah ditipu. Sehari santai saja bisa dapat ratusan yuan, buat apa susah-susah cari uang dari kerja kasar?
Cheng Yun juga tak kekurangan uang segini, tapi menurutnya ini sudah bukan lagi masalah kekurangan uang.
Ia mengantar Yin Nuxia mencari tempat menyewa dua sepeda, menaruh si loli di kandang, lalu mengayuh dengan santai ke hotel, hanya butuh belasan menit.
Mengambil barang bawaan, makan hot pot domba, ia kemudian mengantar Yin Nuxia ke markas besar Sekte Xuandao.
Markas besar Sekte Xuandao berada di sekitar lima jalan. Cheng Yun pun tak bisa menjelaskan nama daerah ini. Yang pasti, Tsinghua dan Yan University berada di sini, jaraknya dekat dengan Yuanmingyuan dan Istana Musim Panas. Hanya satu dua stasiun kereta bawah tanah, keluar satu stasiun lagi ada Jembatan Anhe—ada lagu berjudul itu. Sepanjang jalan, gedung-gedung pencakar langit di kedua sisi jalan dipenuhi nama perusahaan mencolok seperti Sohu, Xiaomi, dan lain-lain, semuanya bos-bos besar di bidang teknologi baru.
Setelah menemukan markas besar Sekte Xuandao, Cheng Yun bertanya: "Sekarang kamu bisa masuk sendiri kan?"
Yin Nuxia melirik aula resepsionis yang megah, bahkan lantai dan langit-langitnya seakan memantulkan cahaya. Matanya yang kikuk menatap Cheng Yun, tak menjawab—andai disuruh masuk untuk menghancurkan tempat itu, dia pasti tak akan panik.
Dengan kepasrahan, Cheng Yun terpaksa membawanya mendekat.
Berjalan ke resepsionis, menjelaskan maksud kedatangan pada gadis di depan, sang gadis pun mengantar mereka ke aula kopi markas besar sambil berkata, "Silakan duduk di sini sebentar, area ini lebih nyaman. Akan ada yang menemani kalian nanti."
Cheng Yun mengucapkan terima kasih padanya, baru kemudian menatap ke depan.
Di aula kopi terdengar musik lembut. Saat ini jam kerja, seharusnya tidak ada karyawan yang sedang minum kopi. Hanya ada lebih dari sepuluh orang duduk dekat area bar, bersama seorang pria paruh baya berkemeja putih yang sedang menjelaskan sesuatu sambil mengenakan kartu identitas kerja.
Kehadiran Yin Nuxia dan Cheng Yun seketika menyedot perhatian semua orang.
Cheng Yun tersenyum padanya, "Aku pulang dulu. Jadilah baik pada semua orang di sini. Kalau ada masalah, telepon aku."
Yin Nuxia mengangguk serius sambil berseru "Hm!", baru kemudian melangkah masuk ke aula kopi.
Begitu Cheng Yun berbalik pergi, segera ada yang melambai pada Yin Nuxia, "Kakak Sulung, ke sini!"
