"Hari Anak-Anak, ini hari raya yang khusus kami manusia dirikan untuk anak-anak."
AC mengendalikan suhu toko hingga sangat rendah, bagai membuat pori-pori mengeras, panas terhalang di luar. Semangkuk es serut gula merah dengan hawthorn, kacang tanah cincang, dan kismis, di musim panas ini rasanya terlalu nyaman.
Cheng Yun memakai sendok untuk menghancurkan dan mengaduk es serut, menyendok sesuap lalu memasukkannya ke mulut, sambil menggunakan nada bicara seperti pada anak-anak: "Kami manusia mendirikan berbagai macam hari raya demi kenyamanan sendiri, untuk bermalas-malasan atau memberi penghiburan psikologis. Contohnya guru membuat Hari Guru, polisi membuat Hari Kepolisian, ayah membuat Hari Ayah, ibu membuat Hari Ibu..."
"Kalau kau tidak punya pekerjaan dan juga jomblo, bagaimana?"
"Huu?" Loli menatapnya dengan tertegun.
"Buat saja Hari Perempuan atau Hari Mahasiswa Internasional semacam itu!" Cheng Yun kembali menyendok es serut ke mulutnya.
Loli melirik es serut dalam mangkuknya, lalu menundukkan kepala, memandangi buah jujube hijau setengah termakan di hadapannya.
Setelah bimbang sebentar, ia menunduk melanjutkan mengunyah jujube.
Cheng Yun terus membujuk: "Setelah membentuk hari raya, orang merasa tidak enak hati. Melihat grup anak kecil yang polos tidak mengerti apa-apa, orang kasihan lalu membuatkan mereka hari raya juga, namanya Hari Anak."
Loli dengan fokus menggigit jujube besar, sesekali mengangkat kepala memandang Cheng Yun sebagai tanda ia sedang mendengarkan.
Cheng Yun menundukkan badan mendekati loli, dengan nada bicara paman aneh: "Hari Anak adalah hari khusus untuk anak-anak. Di hari ini, anak-anak harus dapat perlakuan istimewa. Hmm... kecuali murid SD. Karena murid SD mungkin masih harus pentas akting untuk guru. Kamu belum SD jadi tak perlu khawatir, jadi di Hari Anak ini aku izinkan kamu memilih satu hadiah - bisa makanan enak, mainan, boneka kain, atau baju kecil yang cantik... pokoknya pilih sesukamu."
Mendengar itu loli langsung mengangkat kepala, terpaku dengan mulut agak terbuka memperlihatkan dua gigi putih kecil yang runcing dan lidah merah jambu.
Cheng Yun tersenyum: "Bagaimana keadaannya? Apa yang kamu inginkan?"
Di samping ada sepasang kekasih yang sedang makan buah-buahan, mereka sudah lama memperhatikan manusia dan kucing ini. Melihat pria tampan ini berbicara serius dengan seekor kucing, mereka tidak merasa aneh, hanya merasa fragmen kenangan ini penuh kasih.
Sementara melihat makhluk ini menggigit buah hijau sambil seolah benar-benar mendengarkan ucapannya, mereka juga ikut mendukung.
Terlihat loli kecil menundukkan kepala, menatap mangkuk es serut miliknya.
Meskipun buah hijau juga enak, tapi yang dimakan Da Wang pasti lebih enak, ini fakta tak terbantahkan...
Cheng Yun masih memandangnya dengan keraguan: "Kenapa?"
Loli kecil menatapnya: "Huu!"
Ekspresi Cheng Yun menunjukkan kepasrahan: "Baiklah, tunggu aku menghabiskannya es serut ini, kita akan jalan-jalan keluar, lihat apa yang ada kita beli. Tapi kita harus cepat kembali, sebab Srikandi sore ini ada pertandingan."
Setelah berkata demikian, ia mengangkat mangkuk dan dalam dua tiga tegukan menuangkan es serut ke dalam mulutnya, lalu menatap tajam si loli.
Loli itu tertegun memandanginya sejenak, lalu terpaksa mempercepat kecepatan mengunyah qing zao dengan pasrah.
Tak lama, daging qing zao habis tersisa bijinya. Ia bahkan memeriksa biji itu ke kiri-kanan, mencari sisa daging yang masih menempel, mendekat dan menggigit lagi dua kali—andai Cheng Yun tidak ketat dalam beberapa aspek, mungkin biji itu pun akan ditelannya!
Kemudian Cheng Yun membayar tagihan, menggapai sekantong qing zao di meja dan berjalan keluar.
Si loli buru-buru melompat turun dari meja, menyusul di belakangnya.
Sambil berjalan, ia menengok ke kedua saku yang berisi dua biji qing zao—memastikan tidak ada yang terjatuh.
Di luar panas terik, Cheng Yun berpesan pada loli agar menepi di pinggir jalan menghindari terik matahari, sambil membuka navigasi ponsel mencari supermarket hewan peliharaan terdekat.
Supermarket hewan peliharaan terletak di persimpangan jalan di kawasan ramai, berada di dalam sebuah mall dengan skala sangat besar, jauh lebih besar dibandingkan toko di sekitar hotel, memiliki beberapa tampak depan. Di dalam mall juga menjual berbagai macam barang, kebetulan memudahkan mereka.
Masuk ke dalam mall, suhu langsung menjadi sejuk.
Cheng Yun menghela napas lega sambil membawa loli ke dalam: "Kamu bisa perlahan-lahan melihat, mau makanan, pakaian, atau mainan."
Loli mendengarkan ucapannya tanpa merespons, hanya mengangkat kepala dan mengamati dengan pandangan berkilauan ke kiri-kanan mall.
Tiba-tiba, ia menghentikan langkahnya, menatap tajam ke arah kanan.
Cheng Yun sudah berjalan beberapa meter, saat tak sengaja menoleh ke belakang baru menyadari loli tidak mengikuti - inilah kekurangan tanpa tali pengikat.
"Hm?"
Ia mengikuti arah pandangan si loli, melihat seorang gadis berpostur model sedang menggendong kucing siam di depan toko ponsel vivo. Kucing itu menatap tajam ke arah loli. Dengan senyum, Cheng Yun kembali mendekat dan berkata, "Kenapa? Belum pernah lihat kucing penambang batu bara?"
Loli meliriknya, matanya bolak-balik memandangi Cheng Yun dan toko ponsel itu. "Huu...huu!" suaranya.
Cheng Yun tertegun, lalu mengernyitkan kening. "Jangan-jangan kamu mau aku belikan kucing untuk menemanimu?"
Mana boleh!
Loli buru-buru menggoyangkan telinganya tanda menolak!
Cheng Yun mengerutkan alis. "Bukan? Lalu mau apa lagi? Ingin mengganggu mereka lagi seperti waktu di Istana Terlarang?"
Loli menatap toko ponsel itu lama sekali, lalu menoleh tajam memandangi Sang Raja Semesta yang bodoh ini. Setelah berpikir keras, ia memutuskan untuk mengubah taktik-
Loli melangkah mantap menuju toko vivo.
Cheng Yun dengan refleks Cepat segera mengangkatnya: "Ini kucing yang memiliki pemilik, jangan membuat masalah!"
Sang loli seketika membatu seperti patung, membiarkan dirinya diangkat dengan empat kaki terkulai, memandang kosong ke arah deretan kotak ajaib kecil yang tersusun rapi di toko ponsel itu semakin menjauh...
Cheng Yun menggendongnya beberapa langkah, tak menyalahkan kenakalannya. Ia merasa hari ini Hari Anak-Anak, biarlah memanjakannya sekali ini.
Maka seorang manusia dan seekor kucing kembali berjalan maju.
Sang loli melihat kedai penjual daging sapi, setelah beberapa keraguan, akhirnya menunjukkan keinginannya untuk menyantap daging sapi.
Kali ini Cheng Yun memahami maksudnya. Dibelikannya banyak butiran daging sapi dengan bumbu lima rempah, pedas, dan jintan - camilan khusus yang dapat dianggap sebagai perayaan Hari Anak-Anak untuknya.
Beberapa saat kemudian, di dalam Sanfu Department Store.
Cheng Yun menghadap cermin, memasang topi baseball abu-abu keputihan di kepalanya, menggelengkan kepala ke kiri-kanan sambil memeriksa.
Karena terik matahari di luar begitu menyengat, ia memutuskan membeli topi untuk meneduh. Kebetulan barang-barang di Sanfu cukup murah, bisa dibeli sebagai solusi sementara.
Sang loli berjongkok manis di dekat kakinya, mengangkat kepala tinggi-tinggi untuk menatap pantulannya di cermin dengan penuh kepatuhan.
Cheng Yun menunduk bertanya: "Bagaimana? Apakah kelihatan bagus?"
Sorot mata loli itu berbinar-binar penuh kekaguman: "Huu!"
Namun Cheng Yun tak langsung memutuskan. Matanya beralih ke topi lain yang memiliki jaring ventilasi, lebih sejuk dipakai saat musim panas.
Banyak orang di sekitarnya mengarahkan pandangan pada mereka, berbisik-bisik dengan suara rendah.
"Kucing ini imut sekali!"
"Kenapa mirip Yang Mulia Loli ya……"
"Bukankah Yang Mulia Loli sedang berada di Yizhou?"
"Orang lain jalan-jalan dengan pacar, bro ini jempolan, jalan-jalan sama kucing peliharaannya, bahkan diskusi sama kucing soal bagus tidaknya topi. Ternyata memang, pria yang punya kucing udah nggak butuh pacar lagi……"
Loli sesekali menoleh tajam memandang mereka dengan marah, tapi tidak menggubris kumpulan orang biasa bodoh ini, segera kembali memusatkan perhatian pada Da Wang.
Akhirnya Cheng Yun memilih topi berjaring warna navy biru tua tanpa hiasan berlebihan, hanya bagian bawah tepi topi berwarna hijau. Cheng Yun tidak jijik, malah merasa modelnya cukup youthful.
Membawa loli keluar dari Sanfu, dia kembali bertemu cewek yang tadi memeluk kucing Siam, hanya sekarang di sampingnya ada pemuda tinggi besar.
Cheng Yun buru-buru menoleh tajam memandang loli: "Jangan bertindak sembarangan!"
Loli diam-diam menatapnya sebentar, tidak bersuara.
Justru cewek itu berteriak kaget, menatap Cheng Yun, memulai percakapan: "Kucingmu tidak pakai tali pengikat ya?"
Loli yang sudah ired mendengar itu semakin masam wajahnya, langsung menguap mengancam ke arahnya.
Cewek berpostur model tidak takut, malah kucing dalam pelukannya yang ketakutan bukan main. Kucing penambang batu bara yang biasanya patuh langsung menggelepar keras di pelukannya, mengeluarkan suara sedahsyat.
Cheng Yun langsung melotot ke arah loli.
Loli diam-diam menarik kembali pandangannya.
Entah cakar si kucing penambang tak keluar, atau kukunya sudah dipotong, cewek itu hanya sedikit panik, tidak sampai kesakitan.
Susah payah menenangkan kucing Siam, dia kembali menatap Cheng Yun: "Kucingmu sangat patuh padamu! Cantik sekali! Di mana dibeli? Bagaimana diajarkan?"
Pemuda di sampingnya berkata: "Kau tertarik sama kucing ini?"
Cewek itu mulai merajuk: "Hm! Kamu bilang mau beliin boneka untukku! Menurutku yang ini keren banget!"
Cheng Yun melihat sikapnya, menarik sudut bibir.
Tiba-tiba pemuda itu berkata "Baiklah" padanya, lalu mendekat. Rahang bawahnya sedikit terangkat, bukan untuk menggertak, hanya kebiasaan sikap tinggi yang terbentuk dari sering berbicara dengan orang di sekitarnya. Dia bertanya: "Bro, tanya dong. Kucing ini beli di mana? Kandang kucing mana?"
Si loli tak tahan lagi, mengeluarkan dengkur rendah ke arah pemuda itu.
Cheng Yun buru-buru mengangkatnya, sementara si loli meski sudah dalam pelukannya masih menatap mati-matian ke pemuda itu.
Cuma dua orang biasa, berani-beraninya terus memprovokasi kewibawaan Raja Padang Salju! Kalau bukan karena kehadiran Da Wang, pasti sudah kuhancurkan tulang mereka dan hamburkan abunya!
Pemuda itu tertegun, lalu berkata pada cewek di sampingnya: "Kucing itu juga nggak sebagus yang kamu bilang, cuma cantik dikit, sama sekali nggak kalem kayak kucing Ragdoll!"
Cewek itu menjawab: "Tapi dia nggak galak sama majikannya tuh!"
Si pemuda kesel, menatap Cheng Yun: "Bicara!"
Cheng Yun tak berniat menjawab, hanya mengucap "Maaf", lalu menghindar sambil menggendong loli.
Pemuda itu tertegun sejenak, ingin menyerang untuk balas dendam, tapi cewek itu menarik lengannya dan menyuruhnya mengendalikan watak.
Loli mengubah posisi, menyembulkan kepala dari bahu Cheng Yun, menyipitkan mata seolah tampang kejam ke dua orang biasa itu.
Kembali ke hotel sudah lewat pukul tiga. Yin Nuxia sudah mulai kompetisi. Cheng Yun buru-buru mengeluarkan ponsel, membuka live streaming kompetisi.
Loli berbaring di ujung ranjang, malas mengunyah butiran daging sapi, sesekali meliriknya yang asyik memegang ponsel.
Kotak ajaib kecil ini benar-benar jahat, si warga nakal itu juga sangat jahat! Susah payah si warga nakal itu kabur ke tempat lain, tapi belum lama senang-senang, dia malah muncul lagi di kotak ajaib kecil itu, sehingga Da Wang tidak sempat menemani bermain!
