2 Juni.
Cheng Yun sudah sejak pagi membawa loli ke markas besar Sekte Xuandao.
Hari ini adalah hari terakhir Kompetisi Antar Penyiar Profesional, Regu Pendekar akan bertarung melawan tim pro yang terdiri dari atlet profesional. Patut dicatat bahwa Regu Pendekar dalam dua pertandingan sebelumnya selalu menang dengan skor telak, ditambah kontras antara penyiar amatir vs profesional yang menjadi gimmick utama.
Pertandingan ini disiarkan secara live streaming tanpa penjualan tiket offline, markas besar Sekte Xuandao juga tidak bisa menampung banyak penonton, namun tetap ada audiens yang mengamati di lokasi——
Tiga tim penyiar yang kalah kemarin masih belum pergi, beberapa bahkan masih melakukan siaran langsung via ponsel.
Cheng Yun juga ada di sini.
Dengan memeluk loli kecil, ia segera dikenali. Bagaimanapun juga, beberapa penyiar di sini mungkin memiliki fans lebih sedikit daripada si loli. Segera ada orang yang mengangkat ponsel mendekat untuk menggesekkan popularitas.
Cheng Yun tidak bisa menunjukkan ekspresi wajah masam, terpaksa pura-pura pergi ke kamar mandi, tapi malah bertabrakan dengan Xuanxuan di sana.
Anak kecil ini masih meninggalkan kesan tertentu padanya.
Xuanxuan melihatnya tertegun, hingga melihat loli dalam pelukannya, seolah baru ingat siapa dia, buru-buru menyapa dengan antusias: "Pagi, Guru... Sang Kepala Stasiun!"
"Kamu juga selamat pagi!"
Xuanxuan menyimpulkan orang di depannya sangat mungkin menjadi "Nyonya Guru"-nya, ia tak berani lengah, terus membawa senyum: "Sang Kepala Stasiun datang mengawasi pertempuran?"
"Ah, cuma menonton pertunjukan."
"Kepala Stasiun juga main game ini?"
"Kening... Sudah lama tak bermain."
"Begini rupanya." Xuanxuan bingung menjawab, "Aku akan segera turun ke arena, jadi..."
"Silakan pergi." Cheng Yun mengangguk bijaksana.
"Baik, Sang Kepala Stasiun selamat tinggal!"
"Hm..."
Tanpa terasa, julukan "Sang Kepala Stasiun" seolah telah menyebar luas, meski sama sekali tak ada yang tahu mengapa ia disebut begitu.
“Sudah sampai di kamar mandi, tidak melakukan sesuatu pun rasanya kurang tepat.” Maka ia dan si loli pun mencuci tangan bersama di luar kamar mandi. Saat kembali ke tempat duduk, pertandingan hampir dimulai.
Kameramen, sutradara siaran, wasit, pembawa acara, dan komentator berduyun-duyun mengambil posisi. Di layar besar, animasi beberapa pahlawan terus diputar ulang. Para penyiar yang mengamati pertandingan juga mematikan ponsel mereka - sejak siaran resmi panitia dimulai, tak ada yang akan menonton "siaran bajakan" mereka. Bersamaan dengan itu, jumlah penonton di situs resmi dan beberapa platform live streaming mulai melesat cepat. Sekejap mata, jumlahnya telah melebihi dua puluh juta dan terus bertambah.
Anggota kedua tim naik ke arena secara bergantian, saling menjabat tangan. Pembawa acara mulai melakukan wawancara prapertandingan untuk membangkitkan antusiasme penonton.
Ia memilih untuk mewawancarai tim penyiar terlebih dahulu. Secara wajar, target utama wawancara adalah MVP dari pertandingan-pertandingan sebelumnya: Yin Nuxia.
“Kita tahu bahwa Regu Pendekar tampil sangat mulus di pertandingan-pertandingan sebelumnya. Mari kita tanyakan pada Feiyu Nuxia: Nuxia, apa pandangan Anda tentang performa tim Anda dalam beberapa pertandingan terakhir?”
"Berkarya normal." Yin Nuxia berkata.
"Emm... bicara ke mikrofon."
"Oh." Yin Nuxia mengulanginya lagi.
"Lalu hari ini Bertempur melawan tim pro? Punya keyakinan?"
"Ada."
"Emm... Bisa tambah dua kalimat?" Pembawa acara mengalami Momen Memalukan.
"Hanya permainan, bermain saja. Semua berusaha sekuat tenaga dan bersyukur sudah cukup. Bahkan jika kalah sebenarnya tetap begitu, lagian tidak akan mati." Yin Nuxia mengatakan kebenaran polos.
"Tampaknya sikap mental Srikandi sangat bagus!" Pembawa acara berkomentar, lalu bertanya lagi, "Kabarnya top lane tim pro di seberang, Xuanxuan, adalah murid terakhirmu. Kali ini guru dan murid kita berseberangan, lalu apa harapanmu pada penampilan muridmu?"
"Ah..."
Yin Nuxia menghela napas.
Apakah ingatan orang-orang ini lebih buruk darinya? Sudah berapa kali dia bilang, orang itu bukan muridnya. Sekarang malah menjadi murid terakhir...
Yin Nuxia daripada membantah, hanya melirik samar ke Xuanxuan: "Teknik anak muda ini masih tergolong bagus."
Wajah Xuanxuan langsung bersinar mendengar kabar itu.
Kameramen juga memberikan close-up ekspresi padanya.
Pembawa acara mengangguk, tidak keberatan dengan jawaban Yin Nuxia yang nggak nyambung, sambil membuka kertas di tangannya dia berkata: "Karena Nuxia adalah penyiar yang sangat terkenal, popularitasnya tinggi, kami juga menyiapkan beberapa pertanyaan dari netizen..."
Tiba-tiba, sambil memegang mikrofon dan membuka kertas, tangannya mulai goyang. Mikrofon langsung terjatuh.
Dengan reaksi dewa, Yin Nuxia menangkap mikrofon secepat kilat dan mengembalikannya.
Pembawa acara masih trauma, mengambil kembali mikrofon sambil mengucapkan "Terima kasih", baru berhasil mengutarakan pertanyaan di kertas: "Kabarnya Srikandi menjadi penyiar untuk cari uang merawat kepala stasiun, tapi akhirnya kepala stasiun juga tidak termerawat. Apakah Srikandi masih punya target berikutnya? Apa keberatan untuk ganti objek merawat?"
Begitu suara gaung pertanyaan mereda, belasan penonton di barisan langsung menggoda ramai-ramai, memandang Cheng Yun yang duduk di sudut.
Kameramen tampak keraguan, tapi tetap memberikan close-up pada Cheng Yun.
Cheng Yun dengan ekspresi bingung, namun bereaksi cepat. Ia buru-buru mengangkat loli kecil dalam pelukannya sebagai tameng, sekaligus menarik perhatian musuh dan menutupi rasa canggung.
Xiao Luoli hanya menatap dengan tanda tanya di wajahnya.
Setelah mewawancarai Regu Pendekar, pembawa acara melanjutkan wawancara dengan tim pro.
Fokus utama adalah wawancara dengan kapten sementara sekaligus pemain jungler. Karena hubungannya dengan Yin Nuxia, Xuanxuan juga mendapat banyak perhatian.
"Karena Shifu tak menyangkal hubungan guru-murid kami, Xuanxuan pun tak akan menyangkal." Menghadapi pertanyaan pembawa acara, ia hanya tersipu: "Bermain melawan Shifu memberi tekanan besar, tapi juga sangat menyenangkan. Untungnya Shifu tidak main top lane, jadi tekanan utama bukan di jalurku." Tentang kemampuan duo botlane menghadapi Yin Nuxia, ia memuji kemampuan mereka tapi meragukan ketahanan mereka.
Namun soal kemungkinan menang, para atlet pro tak ada yang panik!
Segera wawancara pun berakhir.
Duduk di depan komputer, ekspresi wajah beberapa atlet profesional langsung berubah serius. Jika kalah dalam pertarungan ini, reputasi mereka sebagai atlet profesional akan tercoreng.
Yin Nuxia terlihat lebih santai, berkata pada rekan setimnya: "Ayo kita selesaikan cepat. Setelah ini aku mau mendaki Tembok Besar."
supreme Riven bertanya: "Mendaki Tembok Besar?"
Luohua juga menyahut: "Aku juga mau ikut mendaki! Kakak sulung, ayo kita pergi bersama!"
Yin Nuxia tampak sedikit dilema, namun tak menolak: "Aku harus minta pendapat Sang Kepala Stasiun dulu."
Luohua langsung menghela napas panjang: "Kalau bersama Sang Kepala, lebih baik tidak usah deh!"
supreme Riven awalnya berpikir mendaki bersama biasa saja, tapi melihat reaksi Luohua, ia pun mengikuti dengan lesu: "Ya...sudahlah..."
Menghadapi perubahan sikap kedua rekannya, Yin Nuxia mengerutkan kening, namun tetap diam.
Fase Larangan segera dimulai.
Pihak lawan melakukan ban terhadap Caitlyn, Lucian, dan Tahm Kench di tiga pilihan pertama, menunjukkan penghormatan penuh pada jalur bawah yang dijaga Yin Nuxia.
Larangan terhadap Tahm Kench ini membuat mereka waspada, buru-buru memblokir beberapa hero yang bisa membunuh cepat.
Saat mulai memilih komposisi tim, pola pikir lane lawan segera terekspos.
Top lane Shen, Sang Mata Senja - hero dengan ultimate skill yang bisa support global; mid lane Twisted Fate, skill ultimate-nya juga memiliki efek support sekaligus crowd control dengan damage meledak; jungler memilih Nocturne abadi dengan damage tinggi dan ultimate skill yang bisa langsung menerjang target. Tiga pilihan ini langsung membentuk strategi global tim pro, membuat para streamer yang menyaksikan berdecak kagum——
Siapa yang mereka targetkan, semua bisa melihatnya!
Tim pro melawan tim streamer, seluruh lane atas-tengah-hutan fokus menekan satu streamer, ini benar-benar tak ada tandingannya!
Xuanxuan mengangkat kepala diam-diam melirik ke arah lawan. Ia melihat lane lawan sedang berdiskusi, tapi karena memakai headphone kedap suara bernilai 10.000 RMB, yang terdengar hanya musik game dan voice tim.
Kameramen berhasil menangkap ekspresi agak bersalah ini.
Komentator berkomentar: "Tim pro memberikan Feiyu Nuxia penghormatan yang tak tertandingi, tapi ini justru membebaskan semua hero andalan mid-jungle-top tim streamer! Meskipun untuk mencegah gank dari Ahli Kartu di mid, dan melindungi AD lebih baik dalam teamfight, Niangao memilih Lulu mid. Tapi Supreme Riven sebagai mantan Riven nomor satu server, Riven-nya sama sekali tidak kalah dengan pemain pro!"
"Pick terakhir tim streamer memilih Tris yang kemampuan bertahan dirinya relatif masih kuat, tidak terjebak dalam jebakan tim pro. Ban mereka ini seharusnya ingin membuat Nuxia mengeluarkan Draven yang sudah menumpuk bola salju beberapa game, tapi sekarang mereka pasti kecewa."
"Aku tahu Juru Tembak Miling·Tristana juga salah satu AD yang sering dimainkan Nuxia di stream dengan performa gemilang. Akhir-akhir ini entah mengapa, Nuxia sangat suka memainkan Yordle."
"Perhatikan Ban selanjutnya!"
"Tim pro memblokir Morgana. Perisai Morgana memang bisa memberikan perlindungan besar bagi Kaisar Kecil di bawah komposisi tim pro ini. Sekaligus... apakah ini untuk mencegah Regu Pendekar menggunakan formasi perisai ganda demi melindungi AD mati-matian?"
“……”
"Komposisi akhir duo lane tim pro telah ditetapkan - Ezreal yang memiliki kemampuan bertahan diri dan ketahanan tekanan yang termasuk terbaik di antara marksman! Pahlawan ini dipilih di hadapan Srikandi jelas hanya untuk farming di bawah menara!"
"Support-nya adalah Janna sang Dewi Angin, kemampuan proteksinya sangat kuat!"
"Tim streamer memilih Braum, tidak mengambil Karma untuk kombinasi perisai ganda. Mungkin bocah Luohua tidak memiliki Karma di pool hero-nya, sekaligus menambahkan inisiator tim."
"Jungler memilih Lee Sin buta, apakah ingin bermain agresif di early game?"
"Pertandingan dimulai! Mari kita lihat fase laning..." Dua komentator saling menyela dengan komentar mereka.
"Duo lane tim pro terlalu defensif..."
"Riven Supreme di lane atas memang sangat garang, terus menekan Shen milik Xuanxuan! Shen dalam situasi berbahaya, kalau dipaksa pulang ke markas, pilihannya: kehilangan minion atau menghabiskan teleport... Eh Lee Sin datang!"
"Riven tim streamer berhasil mendapatkan First Blood!"
"Lane bawah akan menyerbu menara!"
"Tristana melompat ke menara membunih Ezreal, lalu melompat keluar seperti capung menyentuh air, sangat indah! Tampaknya tim pro gagal bertahan di hadapan Nuxia..."
"Janna juga harus pulang ke markas, nanti bisa dibunuh paksa..."
"Duo lane tim pro kembali ke lane dengan level tertinggal satu, bisa dibilang sangat merugi."
"Tapi syukurlah, Nocturne yang terus farming akan naik level 6!"
“……”
Setelah diingatkan Luohua, Yin Nuxia menyadari di game kali ini dia tidak bisa menganggap lawan sebagai pemain Perunggu di fase awal. Harus waspada terhadap gank dari lane atas, mid, dan jungle lawan, karena kalau lengah sedikit, lane bawah bisa dikeroyok 4-5 orang dan mereka akan pasif.
Tapi kemampuan push lane hero Siopao ini terlalu kuat, dia tidak mungkin mengontrol lane di bawah menara, ini sangat menyiksa.
Namun pihak lawan lebih tersiksa.
Tim pro memilih komposisi ini untuk menekan Yin Nuxia di early game dan mengalahkan lawan melalui operasi taktis di late game. Tapi sekarang Yin Nuxia sama sekali tidak tertekan, malah Riven di lane atas sudah power spike, menekan Shen hingga babak belur dan hampir tidak bisa roaming.
Bahkan sampai saat ini mereka belum membuka rekor kill.
Xuanxuan pusing, melihat baik dirinya maupun Nocturne sudah level 6. Dia ingin mengatur gank ke Shifu, tapi Riven lawan masih memegang teleportasi sementara teleport-nya sudah terpakai. Ultimate level 1 Shen juga CD-nya terlalu panjang, memaksanya ekstra hati-hati. Melihat darah Ezreal dan Janna di lane bawah yang menyedihkan, ganking ke sana terlalu riskan.
Setelah merenung sebentar, dia berkata lewat voice chat: "Kakak-kakak, begini terus tidak bisa! Aku punya ide!"
Beberapa saat kemudian, Ezreal dan Janna di jalur bawah tim pro meminum botol darah, kembali ke separuh HP, mulai mempercepat membersihkan lane. Bersamaan itu Ahli Kartu terus mendekati jalur bawah, jelas ingin turun membantu. Sementara mimpi buruk lawan masih tidak diketahui keberadaannya.
Lulu milik Niangao menegangkan hati, buru-buru mengikuti Ahli Kartu dari jarak aman. Begitu dia menggunakan ultimate skill untuk terbang ke jalur bawah, jurus mengubah jadi domba langsung menghentikan proses pemanduan ultimate-nya.
Lee Sin mulai bergegas menuju jalur bawah.
Riven di jalur atas juga mengerutkan alis, berkata: "Shen sudah masuk menara, mungkin akan terbang ke bawah! Cepat mundur dari jalur bawah!"
Yin Nuxia dan Luohua buru-buru mundur.
Tiba-tiba, Niangao melihat lingkaran mulai berputar di bawah kaki Ahli Kartu. Dia langsung flash mendekat, jurus domba menginterupsi ultimate Ahli Kartu, mencegahnya terbang untuk membantu jalur bawah.
Supreme Riven sudah tidak tahu ke mana Shen pergi, tapi reaksinya cepat. Mendengar laporan Niangao, dia langsung teleportasi ke minion dekat Benteng II di jalur bawah. Posisi ini tak diketahui lawan, sekaligus memungkinkan dukungan cepat.
Tiba-tiba, Nocturne mengaktifkan ultimate—
Kegelapan!
Pandangan di kejauhan terhalang!
Supreme Riven bersyukur teleportasinya dilakukan dengan ketegasan!
Tapi sudut mata Niangao berkedut—dia melihat Nocturne meluncur ke arahnya!
MENUJU DIRINYA!! DIA!!
Niangao terpaku di tempat!
Tanpa Hextech Capacitor dan Flash, kemampuannya bertahan turun drastis. Dengan cepat dia dihajar Nocturne dan Twisted Fate.
Niangao menggerutu: "Sial! Aku dikadali!"
Visi pulih.
Supreme Riven yang tertransmigrasi ke jalur bawah terlihat kebingungan. Melihat Shen dengan tenang menarik pasukan di jalur atas, kabar Lulu dibunuh di mid lane berdatangan, sementara Ezreal dan Janna lawan sudah bersembunyi di kedalaman menara untuk mencegah serbuan tower dive. Ia pun ikut terkejut membeku.
Dikalahkan secara intelektual!
Lawan memberi ilusi akan fokus gank bawah, tapi sebenarnya menjebak flash dan skill Lulu di mid lane terlebih dahulu, lalu membunuhnya sekaligus mengelabui teleportasinya!
Ia juga rugi satu gelombang pasukan!
Lee Sin pun cuma jalan-jatan sia-sia...
Berani ulangi tanpa teleportasi, Shen bisa Buka ultimate ke bawah! Lulu tanpa flash juga lebih sulit mencegah Twisted Fate melaju ke bawah!
Ha...
Berbeda dengan tim penyiar yang ingin muntah darah, semua yang menyaksikan adegan ini—mulai dari penyiar pengamat, komentator, netizen, bahkan Cheng Yun—serentak berteriak kaget: Taktik ini benar-benar memukau dan sangat menarik!
supreme Riven pulang ke markas, melengkapi equipment, kembali ke lane atas, berkomentar: "Lee Sin naik untuk memaksa Shen menghabiskan dua summoner spell, di game ini aku bisa bersinar!"
Xiao Erduo mengangguk menjanjikan.
Di bawah target tim pro, Yin Nuxia tidak bisa seperti kemarin yang langsung jadi dewa pembunuhan di early game. Dari sisi ini strategi tim pro berhasil. Tapi Yin Nuxia juga tidak collapse, tetap menekan Ezreal dengan parah. Begitu teamfight dimulai, dia langsung berkembang.
Koleksi hero Niangao kalah dari pro player. Permainan Lulunya kurang matang, terjajah oleh Twisted Fate. Tapi di late game Lulu memang untuk support Tristana, tidak perlu output darinya.
Lane atas supreme Riven sudah mulai bersinar!
Game ini mencapai 30+ menit. Tristana dengan item lengkap outputnya jauh lebih tinggi dari Ezreal. Dengan proteksi Lulu dan Braum tidak mudah di-burst. Apalagi Riven-nya supreme Riven di lane atas sudah mulai menunjukkan jurus menakjubkan!
Pertempuran terakhir meletus di area jungle bagian atas, tim streamer memanfaatkan cooldown perhiasan untuk menyergap musuh dengan bantuan Baron. Saat pertempuran pecah, Nocturne sama sekali tidak bisa mengeliminasi Corki. Sebaliknya, Yin Nuxia memanfaatkan medan area jungle untuk melompat-lompat ke kiri dan kanan, terus mencari sudut tembak optimal. Rentetan meriamnya tak henti-hentinya, langsung mencetak lima kill.
Satu gelombang serangan merobohkan markas.
Supreme Riven akhirnya bisa mengangkat kepala!
Di game ini performanya bagus, bukan lagi sekadar "memeluk kaki besar". Lagipula... Menderita di tangan kakak sulung masih bisa diterima, tapi kalau sampai kalah oleh murid sang kakak, harga dirinya benar-benar akan tercabik.
Tim pro merasakan jurang kemampuan yang sangat lebar.
Di match kedua, mereka ban Riven milik Supreme Riven sekaligus ban hero andalan mid-jungle tim streamer. Tapi mereka membiarkan marksman Yin Nuxia lolos ban.
Di game ini tim pro jalur bawah tetap bertahan mati-matian. Pada mid-late game mereka berhasil menemukan timing yang tepat. Dalam situasi di mana top, mid, dan jungle sudah unggul, mereka sukses mengalahkan tim streamer dengan strategi operasional. Meski Yin Nuxia punya 'paha besar', permainannya terasa sangat terhambat.
1-1 seri!
Game ketiga, Yin Nuxia kembali memilih Tristana.
Duo lane tim pro tetap bermain ultra defensif.
Tapi kali ini, Niangao memilih Irelia versi baru sebagai midlaner, dan di akhir game melakukan role swap dengan Yin Nuxia.
Melihat Yin Nuxia yang mengontrol Irelia baru berjalan ke mid lane, midlaner lawan langsung merasa ingin muntah.
Saat menit ke-25, Irelia baru dengan 14 kill ditambah support dan jungler melakukan 3v5 di mid lane dan berhasil dapat Penta Kill, game ini pun sudah bisa diakhiri.
Netizen berteriak minta Irelia dilemahkan!
Xuanxuan menghela napas panjang. Dia sangat paham kemampuan guru mereka. Para atlet pro yang cuma cadangan atau pemain bench ini ingin bertahan di hadapan guru mereka, lebih sulit daripada menang melawan Raja dari tier Perak.
Namun syukurlah, yang terus-menerus dibunuh secara solo bukanlah dirinya.
Maka di game keempat mereka kembali melarang Irelia yang baru di-update belum lama ini dan belum di-nerf habis-habisan, yang bisa 1v5 kalau dimainkan dengan skill tinggi.
Tim streamer tetap memilih Tristana dengan Braum, jungler memilih Xin Zhao, mid lane memilih Galio - ini membuat sudut mata Xuanxuan berkedut.
Shifu-nya tidak bisa main champion mid seperti Galio!
Jadi... Yang Mulia ini mau kembali ke role AD?
Tiba-tiba, dia melihat tim streamer memilih Fiora di pick terakhir.
Gulp!
Xuanxuan menelan ludah.
Tepat seperti dugaan, Fiora berpindah ke tangan Yin Nuxia.
Di luar arena meledak sorak-sorai keras para streamer, komentator juga menyebut game ini sebagai "Shifu mengajari murid". Meski Xuanxuan tidak mendengar ini, dari penglihatan tepinya yang menangkap kegaduhan para streamer di bawah panggung, dia bisa membayangkan apa yang mereka omongkan.
Champion yang dia pilih adalah Sion, ya Tuhan!
Dia merasa seperti dicekik!
Setelah begitu banyak solo melawan Yin Nuxia, tak peduli seberapa spesifik pemilihan hero-nya, ia tetap tak bisa menang. Bahkan belum sekali pun menang, apalagi dengan Fiora – ia tahu ini salah satu hero favorit Yin Nuxia!
Saat itu, Yin Nuxia menyilangkan tangan di dada. Ia masih ingat ada seorang anak kecil yang pernah bercerita padanya tentang kilau Fiora.
Menundukkan kepala, mengontrol titik strategis.
Dua puluh lima menit kemudian, di depan Menara Gigi Seri, perlawanan terakhir tim pro. Fiora Yin Nuxia meraung dari sisi, menyerbu ke kiri-kanan, terus mencari celah untuk menghancurkan pertahanan. Kilau pedangnya membuat silau mata—
Penta KIll！
Lima kill kembali tercapai!
Seluruh penonton berdiri!
Kompetisi Antar Penyiar Profesional ini resmi berakhir!
Para pemain tim pro melepas earphone. Selain Xuanxuan, ekspresi mereka semua jelek. Setiap jalur sudah merasakan tekanan dahsyat Feiyu Nuxia yang membuat ingin tercekik. Ini membuat mereka bertanya-tanya: "Apa aku benar-benar sepayah ini?"
Sebaliknya, Xuanxuan justru terlihat santai.
Bukankah hanya 0-9? Apa itu, ia sudah terbiasa!
Memalukan? Sama sekali tidak!
