Yin Nuxia diterima begitu saja sebagai MVP seluruh arena.
Regu Pendekar total telah bertanding sembilan kali, hanya kalah satu kali. Dalam sembilan pertandingan tersebut, Yin Nuxia berhasil mendapatkan lima kill sebanyak tujuh kali, hanya hari ini saja sudah tiga kali lima kill, membuat penonton sangat terpuaskan.
Biasanya semakin tinggi kelas permainan, probabilitas mendapatkan lima kill semakin kecil. Tapi Yin Nuxia seolah adalah makhluk aneh.
Setelah kompetisi berakhir, komentar langsung yang bergulir penuh dengan 666……
Istilah "Feiyu Nuxia" mulai dikenal lebih banyak orang, juga memasuki wawasan lebih banyak orang.
Selanjutnya ada sesi wawancara dan penyerahan piala, baru selesai hingga sore hari.
Karena peserta bukan regu tetap, piala juga bukan satu utuh melainkan satu per orang. Piala MVP tambahan satu lagi untuk Yin Nuxia.
Sebenarnya perusahaan Xuandao sudah mengatur acara makan malam untuk regu juara, tapi Yin Nuxia sama sekali tidak mau datang dan lebih memilih pulang cepat.
Eksekutif perusahaan agak kesal, namun tak bisa berbuat apa-apa.
Di depan gedung perusahaan, Yin Nuxia melambaikan tangan pada rekan setim: "Selamat tinggal! Sampai jumpa online!"
Supreme Riven melirik Cheng Yun yang membawakan dua pialanya: "Dadah Kak, sampai ketemu Kepala Stasiun."
Luohua dengan wajah masam: "Semoga kalian bersenang-senang ya Kak!"
Niangao yang masih belepotan minyak: "Ayo main game bareng lain kali, Kak!"
Xiao Erduo tersenyum tipis: "Minta dibimbing..."
Yin Nuxia mengangguk: "Oke!"
Sebenarnya yang dipikirkan dalam hatinya adalah, dua ayam lemah ini membuatnya kesulitan membawa mereka. Membawa dua anak buah saja sudah sangat melelahkan, lebih baik di masa depan menjaga jarak dengan mereka, biar permainan yang seharusnya jadi relaksasi tidak berubah jadi tidak menyenangkan sama sekali.
Lalu dia juga berkata pada dua anak buahnya: "Kalau ada waktu, bisa datang ke Jinguan cari aku main!"
Luohua mengangguk kuat: "Hm!"
Supreme Riven juga bilang: "Pasti!"
Yin Nuxia langsung berbalik dan pergi bersama Sang Kepala Stasiun.
Sambil berjalan, Cheng Yun berkata: "Platform sana malam ini mentraktir makan, kenapa kamu tidak ikut?"
"Enggan pergi saja!"
"Nanti mereka tidak akan memberi kamu perlakuan tidak adil?"
"Aku tidak takut sih!"
Yin Nuxia telah melalui pertimbangan matang.
Sang Kepala Stasiun bilang besok malam harus kembali, mungkin sudah beli tiket pesawat. Kalau malam ini dia ikut acara makan malam itu, dia tidak punya waktu untuk naik Tembok Besar bersama Sang Kepala Stasiun!
Hm... seperti kata pepatah kuno, 'Bukan pahlawan jika belum sampai ke Tembok Besar', dia ingin jadi pahlawan, begitulah!
Yin Nuxia kembali melirik Sang Kepala Stasiun, buru-buru menjemput dua piala dari tangan pria itu. Ia memegangnya erat sambil mengamati, senyum bahagia hampir merekah di wajahnya.
Tatapannya persis seperti ketika ia baru membeli sepeda motor listrik dan memandanginya penuh kekaguman.
Bagus dilihat dari sudut mana pun!
Di dunia asalnya, hidupnya sulit. Ia hanya bisa membual pada Sang Kepala Stasiun dan mengganggunya yang tak tahu masa lalunya, baru bisa sedikit menghibur diri. Tapi di dunia ini, meski dapat banyak bendera brokat, mana ada yang seagung piala ini! Ia sudah memutuskan akan memajang piala ini di rak dinding resepsionis hotel, setiap hari diperlihatkan pada orang yang lewat!
Sambil membayangkannya, ia terus tertawa bodoh.
Si loli sesekali meliriknya dengan pandangan merendahkan seperti melihat orang bodoh.
Kembali ke hotel tempat Yin Nuxia menginap, setelah membereskan barang bawaan, ia menggendong dua piala menuju hotel Sang Kepala Stasiun.
Kebetulan, ponsel Cheng Yun berdering.
Panggilan video dari Tang Yaoyao……
Cheng Yun asal mengklik terima, di layar terlihat Tang Qingying bersemangat: "Kakak ipar! Kak Yin Dan sudah menyelesaikan semuanya kan?"
Yin Nuxia yang mendengar namanya segera mendekat.
Cheng Yun mengangguk: "Kami baru kembali ke hotel."
Tang Qingying melanjutkan: "Tahukah kakak, sekarang nama Kak Yin Dan sedang viral banget di internet!"
Yin Nuxia langsung membelalakkan matanya.
Apa? Aku mau meledak?
Saat itu Tang Qingying melihat Yin Nuxia di sudut layar, menambahkan: "Kak Yin Dan dalam dua hari sudah bikin tujuh fragmen five-kill, skillnya bikin bulu kuduk merinding, terutama dua kill terakhir pakai Irelia dan Fiora... Singkatnya Kak Yin Dan bakal jadi superstar!"
Yin Nuxia: "？？？"
Tang Qingying mengabaikan tanda tanya di kepalanya: "Kalian kapan pulang?"
"Besok malam." Jawab Cheng Yun.
"Kebetulan, besok malam aku jaga shift!" Kata Tang Qingying.
“Kening……Benarkah, aku akan bawa makanan enak untuk kalian.” Cheng Yun menarik sudut bibirnya.
“Bagus!”
“Besok kami akan mendaki Tembok Besar!” Yin Nuxia berbagi dengannya.
“……” Ekspresi Tang Qingying berubah kaku.
“Sudah, tutup saja.” Cheng Yun berkata, “Kami hampir selesai merapikan barang dan akan check-out.”
“Baiklah……”
Tang Qingying mematikan video secara proaktif.
Setelah merapikan barang, berdua dan satu makhluk memanggil taksi menuju Dongzhimen Transportation Hub. Ada bus langsung ke Gubei Water Town, di atasnya terdapat Simatai Great Wall.
Saat tiba sudah senja, berdua dan satu makhluk mencari tempat menginap terlebih dahulu, jalan-jalan keliling kota air, dan bersiap mendaki Tembok Besar besok.
Dalam ingatan Cheng Yun, sekitar ibukota ada banyak bagian Tembok Besar yang bisa didaki, tapi yang dia ingat hanya tiga segmen. Masing-masing adalah Tembok Besar Badaling yang paling terkenal - bagian yang konon saat liburan nasional orang bisa menyelesaikan perjalanan dengan kaki terangkat karena padatnya pengunjung, Tembok Besar Jinshanling yang pemandangannya indah, dan Tembok Besar Simatai yang paling curam. Tentu saja dia tidak ingin mendaki Badaling. Jinshanling lagi tidak terbuka untuk umum, jadi pilihan satu-satunya adalah Simatai.
Keesokan harinya, langit cerah sepuluh ribu li dengan terik matahari menyengat.
Mereka sudah membuat janjian untuk gelombang pagi.
Saat keluar penginapan suhu belum terlalu panas, tapi ketika sampai di titik naik bus di Kota Air Gubei, suhu mulai melesat cepat.
Yin Nuxia dengan semangat mengangkat pandangan ke arah barisan gunung hijau yang membentang di atas kepala, sambil menggendong tas ransel berisi persediaan air mineral. Kondisi mentalnya jauh lebih baik daripada siapapun.
Setelah naik bus shuttle sampai kaki bukit, mereka memilih berjalan kaki ketimbang naik kereta gantung.
Ada satu jalur pendakian yang langsung menuju ke Tembok Besar. Jaraknya tidak terlalu jauh, dan di sepanjang jalan terdapat spot terbaik untuk melihat pemandangan Kota Air Gubei dari ketinggian.
Cheng Yun merasa Resor Air Panas Gubei tidak menarik, dan terlalu dikomersialkan, namun dari ketinggian ini, danau hijau jernih yang dipadukan dengan bangunan bergaya kuno tetap terlihat cantik.
Yin Nuxia teriak histeris sambil terus mengeluarkan ponselnya untuk berfoto.
Sekitar satu jam kemudian.
Matahari semakin terik, menyinari tubuh hingga terasa membara.
Cheng Yun telah menghabiskan dua botol air dan berkeringat deras sambil merangkak naik menyusuri Tembok Besar yang curam.
Simatai benar-benar curam, jauh lebih terjal dari gambar Tembok Besar biasa, dengan lereng berbahaya dan reruntuhan di mana-mana. Dari bawah, sebagian tembok bergelombang seperti garis ombak, begitu curam sampai membuat lutut gemetar. Ada bagian pendek yang hampir vertikal, mustahil didaki tanpa menggunakan tangan dan kaki, dan satu kesalahan kecil bisa membuat orang tergelincir jatuh dari tebing jurang.
Belum berjalan jauh, Cheng Yun menghela napas, menoleh tajam ke belakang memandang gunung hijau membentang tak putus, wawasan yang luas, di hati pun timbul semangat heroik.
Sang loli yang dipeluknya justru terlihat santai.
Dari depan terdengar suara riang: "Kepala Stasiun, cepat!"
Cheng Yun mengangkat kepala, melihat siluet Yin Nuxia sudah sampai di sebuah menara api sinyal perang di depan, sedang mengibaskan tangan padanya.
Ia bagai monyet kecil, berlari-lari kecil dengan energi tak habis, melesat secepat kilat naik ke atas.
Sebenarnya dengan poin fisik Cheng Yun sekarang, mendaki bagian Tembok Besar ini semestinya semudah membalik telapak tangan. Namun ia memeluk jangkar besi padat. Tidak sampai lelah, hanya kecepatannya tak bisa tinggi.
"Kok berat banget sih..."
"Huu?"
Sang loli berusaha menoleh ingin memandangnya.
Cheng Yun menarik napas dalam, mengangkat sang loli, dengan satu tekaz menyusul Yin Nuxia.
Melihat Yin Nuxia sedang memotretnya dengan ponsel, ia bahkan kooperatif melambaikan tangan.
Yin Nuxia duduk di anak tangga paling atas, matanya menyipit karena tertawa: "Kepala Stasiun, kamu mau minum air?"
"Baru minum setengah botol..."
"Apa capek banget?"
"Nggak capek, cuma benda kecil ini agak berat."
"Biarkan dia lari sendiri! Bukannya dia jago-jago banget?" Yin Nuxia melirik loli dengan tatapan dingin.
"Dia belum bisa. Terlalu kecil, naik tangga bakal merepotkan!"
"Bener juga!" Yin Nuxia menyeringai, "Kaki benda kecil ini terlalu pendek!"
"Huu!!"
Loli menatap Cheng Yun. Ia merasa tak puas - padahal ia bisa tumbuh sangat besar! Jalan setapak seperti ini bisa ia lewati hanya beberapa langkah. Tapi pria inilah yang melarangnya membesar!
Yin Nuxia kasihan melihat kepala stasiun: "Mau kubantu menggendongnya?"
Loli tertegun, lalu buru-buru melepaskan diri dari pelukan Cheng Yun. Ia melompat-lompat di tanah menunjukkan bisa merangkak sendiri.
"Glek! Aku juga tak mau memelukmu!"
"Kenapa tidak istirahat di dalam menara api sinyal perang? Di luar panas terik matahari begini."
"Di dalam bau pesing..." Yin Nuxia mengerutkan kening.
"Baiklah."
Tiba-tiba seorang pemuda di samping melirik Yin Nuxia beberapa kali. Baru setelah melihat si loli, dia seolah yakin dan berteriak: "Pendekar Feiyu! Kamu pasti Pendekar Feiyu kan?"
Yin Nuxia memalingkan wajah: "Bukan, kamu salah orang!"
Pemuda itu menatap bekas luka di pipi Yin Nuxia: "Mustahil! Wajahmu... Ciri khas sekali! Apalagi Yang Mulia Loli juga ada di sini!"
Si Loli: "？？？"
Pemuda itu segera memanggil teman-temannya. Setelah beberapa "bro" berkumpul, dia berkata: "Kami semua penggemarmu! Kemarin kami nonton pertandinganmu, jurus-jurus Nuxia keren banget!"
Yin Nuxia bengong: "Apa yang keren banget?"
"Game! Teknik operasimu!"
"Oh!"
"Nuxia foto bareng dong?"
“Ah tidak, kalian salah mengira!”
“Tadi kamu sudah mengaku secara terselubung……”
“Ada? Jangan membujukku ya, aku memang tidak pernah sekolah.”
“Ada.”
“Baiklah.” Yin Nuxia menghela napas dengan pasrah.
Cheng Yun juga tak menyangka bisa bertemu fans Yin Nuxia dalam kondisi seperti ini, tapi kalau dipikir-pikir lagi, ini hal yang sangat wajar.
Kemudian, dua cewek dari samping menemukan si loli dengan kata kunci "Yang Mulia Loli" dan minta foto bersama, tapi malah dimarahi habis-habisan.
Tapi akhirnya Cheng Yun tetap mencubit pipi si loli dan memaksanya berfoto dengan mereka.
Setelah mendaki Tembok Besar, mereka kembali ke penginapan untuk mengambil barang bawaan, lalu naik mobil pulang ke ibukota. Cuaca sudah mulai gelap.
Baru pada malam hari, mereka membeli sumsum domba dan bebek panggang dari sebuah toko, lalu mencari tempat tersembunyi untuk langsung kembali ke markas.
Yin Nuxia masih terpaku, padahal dia mengira akan naik pesawat.
Sang Mage berkoordinasi dengan Sang Kepala Stasiun mencegah Tang Qingying melihat rekaman kamera pengawas, menjaga kewaspadaan terhadap Cheng Yan yang mungkin keluar jalan-jalan. Kemudian Cheng Yun dan Yin Nuxia turun ke lantai dua, melompat dari belakang hotel, lalu mengitari kembali ke pintu depan.
Tang Qingying yang sebelumnya mengantuk langsung bersemangat, siluet Cheng Yun yang menarik koper memenuhi mata besar yang indah miliknya.
"Kalian sudah kembali!"
