“Guru Cai, kenapa kamu langsung mengatakannya! Biarkan mereka menebak dulu tidak lebih baik?” Cheng Qiuye gagal pamer, alisnya kembali normal.
Tiba-tiba, dari penglihatan tepinya dia melirik Cheng Yun yang terlihat sangat terkejut—
“Dia sudah menggelar konser?”
Cheng Qiuye seketika wajahnya menghitam, langsung mengulurkan tangan mencengkeram kerah baju Cheng Yun. Saat mendengar suara menguap riang dari sebelah, dia segera melepas pegangan, namun tetap menatap tajam Cheng Yun: "Apa yang kau katakan!!?"
Cheng Yun batuk dua kali: "Aku turut bersukacita untukmu!"
Tang Qingying juga terheran-heran, tapi titik keheranannya berbeda dengan Cheng Yun: "Kakak sepupu mau mengadakan konser? Di mana? Aku ingin datang mendukung!"
Cheng Qiuye baru menunjukkan senyum puas, tapi berpura-pria rendah hati sambil mengulurkan tangan menekan: "Hush, kecilkan suara..."
Cheng Yun tak kuasa membalikkan mata putihnya.
Bagi Cheng Qiuye, siapa yang mau mendukung aktingnya akan dia ajak main. Langsung dia menepuk-nepuk tiket dengan suara plak-plak, berkata pada Tang Qingying: "Aku bawa tiket untuk kalian, barisan depan loh, bernilai ribuan! Konser pertamaku, kalian harus datang!"
"Di mana?"
"Kawasan Baru sebelah, Jinguan Damosquare."
"Oh, Pusat Seni Wuliangye itu?"
“Eh nama ini kurang bagus, Jinguan Dà Mófāng lebih enak didengar.” Cheng Qiuye mengibaskan tangannya.
“……” Cheng Yun menarik sudut bibirnya, lalu bertanya, “Apa kamu punya cukup banyak lagu untuk dinyanyikan?”
“Hei! Omongan apa lagi ini!?”
“Aku peduli padamu.”
“Cih! Jangan banyak gaya, kamu bahkan tidak tahu kalau aku baru saja bekerja sama lagi dengan Guru Cai membuat dua lagu baru! Masih berani bilang peduli sama kakakmu ini!” Cheng Qiuye tak tahan lagi meludah kecil.
“Itu total baru enam lagu.”
“Masih ada tiga lagu baru yang belum dirilis, kualitas tidak perlu diragukan, kami berencana memanfaatkan konser ini untuk membangun momentum sebelum resmi merilisnya.” Cheng Qiuye menjelaskan, “Setelah menyanyikan sembilan lagu ini sudah memakan waktu 40-50 menit, ditambah sesi interaksi dan bintang tamu pendukung, satu setengah jam sudah terisi. Belum lagi pembawa acara yang melawak, nanti aku juga bisa belajar dari beberapa artis yang membawa gitar dan menyanyikan satu dua lagu folk populer akhir-akhir ini, dua jam pun bisa terpenuhi, mungkin bahkan lebih...”
“Terkesan asal-asalan...” Cheng Yun menarik sudut bibirnya lagi.
“Maksudmu apa?! Kakakmu ini sedang panas-panasnya sekarang! Banyak yang mau membeli tiket, nanti kamu lihat sendiri betapa panasnya atmosfer konser!” Cheng Qiuye melotot padanya dengan tidak puas.
“Benarkah?” Cheng Yun melirik ke arah Sang Mage.
“Ahem…” Cheng Qiuye mengalami Momen Memalukan.
“Tampaknya usahamu sekarang juga cukup moncer!” Cheng Yun mengangkat loli kecil yang mondar-mandir di meja kopi, lalu memeluknya sambil mengusap alis, “Di perusahaan berjalan dengan lancar?”
“Lancar.” Cheng Qiuye duduk di sebelahnya, “Semua hal berjalan mulus.”
“Syukurlah.” Cheng Yun kembali menguap panjang.
“Berkah dari sang pemancing…”
"Ngawur lagi..." Cheng Yun menerima tiket konser dari tangannya, melirik foto wanita cantik berbusana merah dengan aura transenden di bagian depan tiket. Bagaimanapun juga, sulit baginya menghubungkan gambar itu dengan citra Cheng Qiuye dalam ingatannya - bukankah dulu mereka pernah bersama-sama mengasapi kumbang tanduk dan menancapkan petasan di kotoran sapi? "13 Juni, baiklah. Nanti akan kuajak orang untuk menambah kuota penontonmu."
"Dasar sok jual mahal!"
"Mau tinggal makan siang?"
"Enmm... Kalau kamu benar-benar tulus mengajak kakakmu ini makan siang, kebetulan jadwalku juga kosong, ya sudah aku tinggal saja." Cheng Qiuye menambahkan setelah berkata demikian, "Cuma akhir-akhir ini aku harus hindari makanan yang terlalu pedas."
"Dimanjakan sekali..." Cheng Yun memutar matanya sinis.
Si loli kecil tetap berbaring di pangkuannya, dengan penuh konsentrasi menggunakan kedua cakar mungilnya menghalangi cakar iblis sang tuan rumah. Sepertinya dia menganggap permainan ini sangat menyenangkan.
Tak lama setelah makan siang, Feng Han dan yang lain pun tiba.
Saat masuk hotel, Cheng Yun dan Cheng Qiuye masih mendengar suara percakapan mereka——
"Si anak ini apakah sedang pacaran? Akhir-akhir ini terus menghilang. Kemarin sudah disuruh datang, tapi kau tunda sampai hari ini."
"Iya, waktu itu saat aku menelepon juga tidak diangkat."
"Aku memang di klub, cuma sedang berlatih jurus pedang di lantai empat. Waktu itu aku taruh ponsel di lemari, baru melihatnya saat sudah malam. Karena lelah jadi tidak membalas... Besoknya juga lupa, maaf ya Kak Yuanwu."
"Kau benar-benar latihan jurus pedang?"
"Iya."
Ketiga orang itu mengangkat kepala dan melihat Cheng Qiuye yang bermasker, bersama Cheng Yun di sampingnya.
Zhu Jiayan tertegun: "Qiu..."
Dari penglihatan tepinya ia melihat ada orang lewat di resepsionis, dengan cepat menelan ucapannya dan berkata: "Kau juga di sini? Oh, pasti datang mengantar tiket untuk Kepala Stasiun ya?"
Cheng Qiuye mengedipkan mata dua kali: "Kenapa kau juga ikut memanggilnya Kepala Stasiun?"
Zhu Jiayan masih bereaksi cepat: "Kalian belum nonton live streaming Srikandi beberapa hari lalu? Sekarang seluruh jagat maya sudah tahu Bos Cheng dipanggil kepala stasiun."
Cheng Qiuye tertegun-tertegun mendengarnya: "Benarkah......"
"Tentu saja!"
"Baiklah baiklah."
"Bos Cheng, maaf mengganggu lagi." Feng Han selalu datang ke Hotel Anju saat hatinya resah.
"Ah, tidak masalah!" Cheng Yun tersenyum.
Sang Mage diam-diam memproses prosedur check-in mereka.
Zhu Jiayan bertanya lagi: "Kepala stasiun, Naqu Sensei ada?"
"Sepertinya di atas, sedang latihan. Ada perlu?" Cheng Yun menunjuk ke arah atap gedung.
"Aku ada masalah dalam jurus pedang, semalaman kucoba pahami tapi belum dapat. Ingin bertanya pada Naqu Sensei." Zhu Jiayan mengangguk.
Feng Han dan Lin Yuanwu di samping sama-sama tertegun mendengar.
"Begini rupanya, kau memang murid yang serius." Cheng Yun tersenyum.
"Aku cuma tertarik pada jurus pedang saja......"
"Kartu kamar!" Sang Mage menyodorkan kartu kamar dan kartu identitas kepada mereka.
"Terima kasih."
"Bos Cheng, kami akan naik sekarang."
"Baik."
Ketiganya berjalan berdampingan menuju lantai atas.
Feng Han bertanya dengan ragu: "Kamu benar-benar serius belajar jurus pedang?"
Lin Yuanwu menambahkan: "Yang anggar ala Naqu itu? Sampe keterlaluan! Lebih serius dari latihan panahan!"
"Iya."
"Semenarik itu?"
"Ya!" Zhu Jiayan tanpa ragu-ragu, "Bukan cuma seru, tapi juga penuh daya tarik!"
"Ngomong-ngomong, sebenarnya sehebat apa sih Naqu itu?"
"Dia dengan mudah mengalahkan Pelatih Zhu."
"Wah, terus prestasimu sejauh apa?" Lin Yuanwu tersenyum.
"Baru latihan sebulanan, tapi sekarang..." Zhu Jiayan melirik Lin Yuanwu, penuh percaya diri, "Kalau kita dikasih pedang, Kak Yuanwu pasti kalah sama aku!"
"Segitu jagoannya?" Lin Yuanwu tertawa semakin lebar.
"Tiga detik kuambil nyawamu!"
“Hah……”
“Kalian kembali ke kamar dulu, aku akan ke atap gedung mencari Sensei Naqu.” Zhu Jiayan berhenti di lantai dua tanpa melanjutkan naik.
“Kita juga ikut melihat, sekadar numpang ramai.”
“Hm!” Feng Han juga menyetujui.
Zhu Jiayan mengerutkan kening, namun tidak berkomentar lebih lanjut.
Ketiganya segera tiba di atap gedung.
Karena terik matahari sore, tak ada yang main di atap. Meja kopi dan kursi rotan yang tertata rapi telah digeser ke samping, menyisakan area kosong seluas beberapa meter persegi.
Yin Nuxia dan Naqu sedang berada di sana.
Tampak Yin Nuxia memegang pedang panjang berkilauan, sementara Naqu menggenggam pedang runcing keperakan. Bilah kedua senjata itu memantulkan cahaya menyilaukan di bawah mentari. Keduanya berhadapan dengan jarak sepanjang lengan ditambah panjang pedang. Ekspresi Yin Nuxia tenang, sedangkan Naqu dengan serius mencari celah serangan.
Tiba-tiba Naqu melesat secepat kilat, menusukkan pedangnya ke depan.
Orang awam menonton pertunjukan, ahli melihat pintu. Bagi Lin Yuanwu yang merupakan penggemar bela diri, gerakan sederhana ini sudah cukup membuatnya terguncang!
Terlalu cepat!
Seperti melebihi batas maksimal tubuh!
Namun Yin Nuxia hanya memelintir tubuh menghindar, menyelamatkan diri dari pedang itu. Sambil menggunakan penglihatan tepi melirik mereka, baru berkata pada Naqu: "Bisa! Lebih cepat sedikit daripada kemarin. Tapi menurutku serangan pedang ini... ini..."
"Sudut pandang?"
"Ah benar! Inilah yang ingin kukatakan! Jika sudut diturunkan sedikit, mengangkat ujung pedang sedikit, mungkin takkan mudah memfatalkan dalam satu serangan. Tapi lawan akan lebih sulit menghindar. Saat bertarung dengan lawan seimbang, perlindungan titik vitalnya pasti ketat maksimal. Saat itu pilih alternatif kedua - tinggalkan luka dulu di tubuhnya. Reaksi dan kecepatannya pasti akan terpengaruh, baru membunuhnya akan jadi lebih mudah." Yin Nuxia berkata dengan wajah terlalu serius.
"Hm... Ada benarnya!" Naqu mengangguk, pola pikir ini memberinya perspektif baru.
"Ada orang lain mencarimu." Yin Nuxia menunjuk ke belakangnya.
"Hm."
Naqu seketika menarik pedang, berbalik menatap Zhu Jiayan.
Saat Lin Yuanwu terguncang menyaksikan kecepatan Naqu dan Yin Nuxia, Feng Han terkejut dengan kata-kata seperti "Pembunuhan" dan "memfatalkan" dalam percakapan mereka, mata Zhu Jiayan justru terpaku pada bilah pedang yang digenggam di punggung tangan Naqu.
Pedang itu memancarkan familiaritas sekaligus keasingan!
Memiliki panjang sama dengan pedang latihan khusus klub, desain dan sistem penyeimbang beban yang mirip, bilah selebar satu jari lebih - namun perbedaannya terletak pada ketebalan: bilah pedang latihan lebih tebal dengan ujung membulat, sementara pedang ini tipis dan tajam mengerikan!
Zhu Jiayan langsung menyadari: Inilah pedang pembunuhan sejati milik Sensei Naqu!
Naqu tersenyum tipis: "Apa urusanmu naik ke sini?"
Zhu Jiayan baru bereaksi: "Oh oh... Aku punya pertanyaan yang mengganggu sepanjang malam. Kebetulan hari ini Anda libur, kebetulan aku menginap di hotel, jadi ingin minta petunjuk dari Anda."
"Pertanyaan apa?" Naqu sangat menyukai murid yang rajin belajar ini.
……
Saat ini, di resepsionis.
Cheng Yun sedang memegang ponsel dan mengobrol lewat WeChat.
Cheng Qiuye bersandar di bahunya sambil menatap layar ponselnya.
Amplop merah 100 yuan yang dikirim ke Feng Yujia beberapa hari lalu ternyata dikembalikan. Gadis ini sedang merengek minta dikirim ulang.
Hari ini sudah tanggal 5. Paginya, setelah merobek kertas ujian, siang harinya Feng Yujia sudah mulai liburan.
Besok istirahat sehari, lusa Ujian Nasional akan dimulai.
Setelah Cheng Yun mengirimkan amplop merah tambahan untuk Feng Yujia, gadis itu mengirimkan video pendek mereka merobek kertas ujian, ditambah berbagai adegan konyol dan heboh, yang seketika membawa Cheng Yun kembali ke musim panas penuh kekonyolan tahun lalu.
"Lalu dia mulai mengobrol dengan Cheng Yun tentang persiapan Ujian Nasional, bahkan mengatakan setelah ujian akan datang ke Jinguan untuk menghadiri konser Cheng Qiuye."
Setelah mengamati lama, tiba-tiba Cheng Qiuye memalingkan wajah dan bertanya: "Kamu memberi Yujia bingkai merah Hari Anak-Anak sebesar itu, adikmu tidak cemas?"
"Karakteristiknya mana mungkin cemas!" Cheng Yun menarik sudut bibirnya.
"？？？Bukannya dia paling suka cemas?"
"Bagaimana kamu bisa melihat itu?"
"Aku kan tidak buta..."
"Dia tidak tahu aku memberi Yujia sebanyak ini." Cheng Yun berpikir sejenak lalu berkata.
Tiba-tiba, di depan pintu telah berdiri siluet anggun yang memeluk buku, disusul suara jernih: "Berapa banyak yang dikirim?"
