Hari itu Cheng Qiuye hanya tinggal di hotel selama dua jam sebelum kembali bergegas pergi.
Feng Yujia melanjutkan rencananya secara langkah demi langkah: foto bersama Dewi Laut Utara, bermain game dengan Feiyu Nuxia sambil screenshot, plus absensi di lantai atas hotel.
Setelah terkumpul semua, posting di momen sosial media……
Beberapa hari berikutnya Cheng Yun terus menemani Feng Yujia bermain.
Sebutan 'bermain' pun kurang tepat, karena sebenarnya mereka hanya main kartu di hotel, mengobrol, main ponsel, nonton film, dan paling-paling jalan-jalan sore setelah makan malam sambil beli camilan banyak di supermarket.
Sore hari tanggal 13 Juni.
Tang Qingying membuka pintu kamar sambil menggendong tas, di tangannya tergenggam beberapa potong semangka. Matanya langsung tertuju pada Cheng Yan yang sedang berbaring di sofa sambil memeluk buku, kaki jenjang putih salju itu benar-benar mencolok mata.
"Dang dang dang! Aku pulang!" teriak Tang Qingying.
Namun Cheng Yan sama sekali tak bergeming, bahkan tidak mengangkat kepala, tetap fokus pada buku di tangannya.
Tak peduli, Tang Qingying buru-buru melangkah masuk sambil memutar badan menutup pintu, seolah takut AC di kamar akan bocor keluar walau sedetik pun.
"Memang lebih sejuk di dalam. Di luar panas sekali." Dia melepas tas dan meletakkannya di meja kopi, lalu mengayun-ayunkan semangka di depan Cheng Yan. "Lihat apa yang kubawa!"
"Semangka..." Cheng Yan akhirnya mengangkat kepala.
"Iya, kakak ipar dan Feng Yujia membelinya di persimpangan. Kebetulan ketemu saat aku pulang, dia menyuruhku membawakanmu dua potong." jawab Tang Qingying.
“Oh.” Cheng Yan kembali tertunduk, tiba-tiba keinginannya untuk makan menghilang.
“Hm? Kamu tidak mau makan?”
“Taruh saja di situ...”
“Hah?” Tang Qingying berjongkok di samping sofa, wajahnya hampir menempel sambil menatap tajam mata Cheng Yan, “Dua hari ini kamu... jangan-jangan sedang cemburu ya?”
“Omong kosong apa lagi?” Cheng Yan menutup bukunya dengan keras hingga berbunyi plak.
Tang Qingying refleks mundur selangkah, waspada melihat buku di tangan Cheng Yan sambil berkilah, “Wajar kok! Waktu kecil dulu kalau ibu mengajak main anak lain, aku juga tidak senang. Apalagi kalau dia akrab dengan Tang Qingyan, bisa seharian aku cemberut. Harus dikasih es krim baru bisa dihibur.”
Beberapa garis hitam muncul di dahi Cheng Yan.
Tang Qingying mengeluarkan semangka dan menggigitnya, melanjutkan analisis: "Kakak ipar adalah kakak kandungmu, tapi dia sangat akrab dengan sepupu kecil itu, bahkan terlihat lebih dekat daripada denganmu. Wajar kalau kamu cemas... Manis banget, mau gigit nggak?"
"Aku tidak." Cheng Yan menatap tajam semangka bekas gigitan yang disodorkannya dengan ekspresi datar.
"Jangan bohong, aku sudah lihat." Tang Qingying santai menarik kembali tangan, menggigit lagi dengan kriuk. "Semalam jalan-jalan, saat menyeberang Feng Yujia menyandarkan tangan ke kakak ipar. Lalu kamu masuk supermarket tapi nggak beli apa-apa. Padahal biasanya selalu beli segunung."
"Soalnya Feng Yujia sudah beli terlalu banyak. Khawatir nggak bisa dibawa pulang."
"Ada Kak Yin Dan, mana mungkin nggak kebawa!"
"Aku lagi hemat..."
"Hmm." Tang Qingying berjongkok di samping Cheng Yan, menggigit habis satu potong lalu ganti potongan lain, melanjutkan, "Sebagai adik kandung, kamu juga belum pernah menyandarkan tangan di kakak ipar kan? Saat itu di hatimu pasti berpikir 'Orang ini bagaimana sih, hubungan dengan sepupu malah lebih akrab daripada dengan adik kandungnya sendiri'? Haha, waktu kecil aku juga pernah berpikir begitu."
"Bagaimana kamu tahu aku tidak pernah!" Cheng Yan dipenuhi garis hitam di dahinya.
"Aku belum pernah melihat." Tang Qingying berkomentar, "Lagipula dengan karaktermu yang seperti ini, cuma menebak-nebak saja sudah bisa tahu..."
"Omong kosong!"
"Jangan-jangan kamu dan kakak ipar juga pernah punya momen mesra seperti itu?" Sorot mata Tang Qingying memancarkan cahaya penasaran. Menurutnya, melihat karakter yang biasa ditunjukkan Cheng Yan sehari-hari, dia tidak akan terlalu dekat dengan orang lain, juga tidak suka proaktif mendekati siapapun, bahkan dengan keluarga terdekat sekalipun.
"……" Cheng Yan tidak bersuara lagi. Jika harus menyebut momen dimana kakak-beradik ini terlihat akrab, itu sudah ke masa kecil mereka...
“Sudahlah, jangan bahas ini lagi. Makan semangka.” Tang Qingying memberikan sepotong semangka padanya.
“Enggak mau!”
“Kekanak-kanakan amat...” Senyum cerah tak terbendung muncul di wajah Tang Qingying.
“Pergilah makan di samping!” Cheng Yan membalik halaman buku, tak ingin mendengar suara kruuk-kruuk saat dia menggigit semangka disertai decak air.
“Apa kamu mulai merasa terancam?” Tang Qingying melirik kening Cheng Yan yang sedikit berkerut.
“Apa?!”
“Bukan apa-apa...” Tang Qingying melambaikan tangan cepat, “Malam ini kita mau ke konser sepupu kedua dari pihak ayah...”
“Itu pertunjukan musik.”
“Hmm... Kabarnya disiarkan langsung di seluruh platform. Kita duduk di barisan depan. Haruskah berdandan cantik? Nanti kalau kameranya menyorot kita, kita bisa berpose gaya keren! Di acara live gitu biasanya kameramen sengaja cari cewek cantik di barisan penonton buat direkam.”
“Membosankan.” Cheng Yan berusaha keras mempertahankan ekspresi tenang, tapi pikirannya sudah tidak tertuju pada buku.
“Mengapa membosankan! Ngomong-ngomong kamu juga bisa berdandan lebih cantik...” Tang Qingying mengamati Cheng Yan dari ujung kepala hingga kaki, terkikik, “Kalau aku jadi kakak laki-lakimu, pasti lebih suka adik seperti Yujia. Manis dan patuh, sedangkan kamu adalah ekstrem sebaliknya. Tapi punya adik perempuan yang cantik juga bagus, dari sisi ini kamu masih lebih unggul dibanding sepupumu itu.”
“Hari ini kamu benar-benar layak dipukuli!”
Cheng Yan akhirnya tak tahan meletakkan bukunya, menggigit gigi menatap tajam Tang Qingying – Ia merasa seperti anak kecil yang ketahuan berbohong, malu sekaligus panik, dan marah pada si pembongkar kebohongan.
Tang Qingying mengkerutkan leher, mundur cepat beberapa langkah hingga menempel di tembok, menjaga jarak dengan Cheng Yan.
Cheng Yan buyar, muka memerah, dan malas menggubrisnya, hanya mengulurkan tangan menunjuk arah kamar tidur.
Tang Qingying dengan patuh memegang semangka masuk ke dalam kamar tidur.
Cheng Yan merasa lega, baru mengangkat buku ingin melanjutkan bacaan, tiba-tiba mendengar suara licik Tang Qingying dari pintu kamar tidur——
"Sebenarnya kamu tak perlu cemas, kamulah adik kandung kakak ipar, pasti hubunganmu dengannya yang terbaik. Sepupu perempuanmu cuma main beberapa hari saja, tentu kakak ipar harus lebih memperhatikannya. Tapi jika kamu mau belajar sedikit-demi-sedikit darinya, pasti bisa mempererat hubungan kakak-beradik..."
"Enyahlah!!" Cheng Yan hampir melemparkan bukunya.
Brak! Tang Qingying dengan cepat menutup pintu.
Membiarkan Cheng Yan sendirian terpaku di sofa, penuh amarah dan kekesalan.
……
Malam itu, Hotel Anju kembali mengalami pemadaman total staf.
Alasan kali ini adalah kakak pemilik hotel mengadakan konser, khawatir kursi kosong terlalu banyak, sehingga menarik semua orang dari hotel untuk mengisi jumlah penonton.
Jinguan Cube.
Gelapnya malam musim panas datang terlambat, sampai sekarang ufuk langit masih membawa cahaya, namun pencahayaan sudah mulai redup. Di lapangan depan Jinguan Cube, banyak mahkota bercahaya, telinga kucing/kelinci, atau tongkat cahaya keperakan yang mengambang.
Beberapa orang turun dari mobil satu per satu. Di tangan Yin Nuxia masih tergenggam papan lampu khusus bertuliskan huruf besar "Kelompok Pendukung Keluarga Cheng" dengan beberapa gambar hati persik.
Tang Qingying mengenakan kaos oblong putih dengan huruf pink plus celana overall denim, rambutnya dikepang dua, terlihat sangat manis.
Cheng Yan tidak berdandan berlebihan, hanya memakai kaos oblong ketat yang sangat menonjolkan lekuk pinggangnya, menggarisbawahi sempurnanya kurva perut. Rambut panjangnya disisip rapi di belakang telinga, bentuk wajah yang sempurna dan lima indera tak tertutupi - kesederhanaan ini justru membuatnya terlihat sangat memesona.
“Dari segi tingkat kecantikan, aura-nya memang lebih menonjol dibanding Feng Yujia. Ditambah faktor karakter, gaya berpakaian, dan kharisma yang khas, kalau disandingkan dengan Feng Yujia, kemungkinan tak seorang pun akan menyangka Feng Yujia adalah kakaknya.”
“Seperti saat ini, dengan tenang ia melangkah maju. Feng Yujia malah berlari ke samping Cheng Yun, menunjuk lapak pedagang di lapangan: 'Kakak Ketiga, kita beli mainan kecil yuk?'”
“Mainan kecil?”
“Yang bersinar seperti cahaya keperakan, telinga kucing, dan sejenisnya,” kata Feng Yujia.
“Bagus!”
Mendengar itu, Tang Qingying segera menarik lengan Cheng Yan, mengikuti Cheng Yun menuju lapak pedagang: “Kami juga mau!”
Cheng Yun mengangguk: “Baik, setiap orang beli satu cahaya keperakan. Untuk cewek tambahkan hiasan lampu.”
“Aku mau telinga kucing!” seru Tang Qingying.
“Aku mau tanduk iblis itu,” kata Feng Yujia.
Yin Nuxia tampak bimbang memutuskan.
Gadis kecil Yu Dian juga ikut memilih-milih.
Hanya Cheng Yan yang tak beremosi: "Aku tidak mau ini, cukup pegang stik fluoresen dan ikut menari saja."
Cheng Yun hanya menoleh sekilas padanya, lalu cepat menarik kembali pandangan dan melanjutkan mengamati aksesoris lampu di lapak kecil.
Beberapa saat kemudian, Cheng Yun memasang aksesoris telinga kelinci bercahaya di kepala Cheng Yan, mundur dua langkah sambil mengamatinya yang masih menatapnya tanpa ekspresi: "Kenapa selalu terlihat seperti orang yang diutangi 20 yuan? Tidak cocok sama sekali dengan telinga kelinci kawaii ini!"
Sang Mage berdiri di belakang Cheng Yun dengan mahkota bercahaya di kepala, ekspresinya sama datar: "Bukannya setiap perempuan harus pakai aksesoris lampu? Kenapa aku juga harus pakai ini?"
Cheng Yun batuk dua kali, pura-pura tidak mendengar, mengamati semua orang lalu mengibaskan tangan: "Sudah cukup! Ayo masuk!"
Yin Nuxia memenuhi sepuluh jarinya dengan lampu jari, berlagak bisa menggunakan Jurus Enam Aliran Dewa Pedang sambil biubiubiu...
Gadis kecil Yu Dian yang juga memakai tanduk iblis, melihat sekeling sering ada orang melirik ke arah mereka, sangat takut memalukan, buru-buru mencubit Yin Nuxia dan mengikuti Cheng Yun.
Cheng Yun dan rombongan tidak masuk ke ruang VIP, namun tetap berada di barisan depan. Tidak perlu melihat layar besar pun bisa melihat orang-orang di panggung.
Arena ini sangat besar, konon bisa menampung hingga 13.000 penonton. Terlihat sekarang lokasi sudah dipadati banyak orang, dan terus ada yang masuk dari berbagai koridor. Sekilas pandang seperti lautan hitam. Cheng Yun yakin konser ini kemungkinan besar tidak akan penuh, tapi dengan perkiraan minimal, setidaknya ada 7-8 ribu orang. Sulit dibayangkan Cheng Qiuye yang baru memposting lagu selama dua tiga bulan sudah memiliki daya pikat sekuat ini.
Mungkin juga karena harga tiket yang dijual murah turut berperan.
Konser ini faktanya agak sederhana. Cheng Qiuya debut terlalu dini, lagu yang dinyanyikan juga terlalu sedikit, lebih pantas disebut pertemuan penggemar lagu. Tapi kalau dikatakan pertemuan penggemar lagu, ia justru menyewa venue sebesar ini dengan modal promosi besar-besaran, jelas sebuah peristiwa agung.
Kira-kira……pertemuan penggemar lagu skala besar.
Cheng Yun memalingkan wajah melihat semua orang.
Selain ia, semua memakai lampu hias. Pencahayaan redup ditambah cahaya warna-warni dari hiasan, beberapa gadis cantik berkumpul bersama, menarik pandangan banyak pria.
Yu Dian kecil dan Yin Nuxia jelas belum pernah mengalami situasi besar seperti ini, pipi mereka kemerah-merahan dengan sedikit kegembiraan.
Feng Yujia dengan pandangan memuja menanti penampilan Cheng Qiuya. Pasti Cheng Qiuya akan sangat bangga melihat pemandangan ini.
Tang Qingying melihat ke sana kemari, entah sedang mencari apa.
Cheng Yan dengan ekspresi tak beremosi memakai telinga kelinci, kontradiksi yang sangat kuat……
Cheng Yun kembali menundukkan kepala, berkata pada loli dalam tas kucing: "Tunggu sebentar, baru akan kulepaskan setelah acara dimulai."
Ucapannya meluncur, pembawa acara langsung naik ke panggung.
Cahaya arena tiba-tiba padam, hanya menyisakan panggung, di sekeliling masih terdengar hiruk-pikuk seperti dengung nyamuk, tapi sudah jauh lebih hening dibanding sebelumnya.
Mengingat ini konser, pembawa acara tentu tak boleh terlalu banyak bicara. Setelah mengerahkan suasana, ia segera turun.
Yang pertama naik panggung bukan Cheng Qiuye, melainkan tamu undangan pendukung vokal yang tak dikenali Cheng Yun.
Lagu cepat yang dinyanyikannya cukup meriah, namun tak mampu menandingi fakta bahwa sebagian besar penonton adalah penggemar Cheng Qiuye. Banyak yang meneriakkan nama Cheng Qiuye, membuat Cheng Yun pun merasa malu untuk tamu undangan tersebut.
Pembawa acara muncul lagi mengucapkan beberapa kalimat, barulah Cheng Qiuye naik ke panggung.
Mendengar sorak-sorai di lokasi yang seperti gelombang laut menghantam tepian, dari yang tersebar jarang-jarang berangsur berkumpul menjadi satu nama, Cheng Yun tak sengaja mengecup bibir. Ternyata rumah kita benar-benar telah melahirkan selebritas besar.
Maka ia bersama Feng Yujia mengangkat papan dukungan.
Cheng Qiuye yang naik ke panggung melirik ke arah mereka, menunjukkan senyum yang langsung diperbesar di layar raksasa, terlihat oleh seluruh penonton di arena.
Langsung disusul gemuruh tsunami raksasa.
Cheng Yun bahkan mendengar seorang cewek di belakang sampingnya menjerit: "Ah dia melihatku, dia tersenyum padaku..."
Lucunya, biasanya penggemar artis cantik seperti Cheng Qiuye didominasi pria, tapi basis penggemarnya justru seimbang. Ini terlihat jelas dari komposisi penonton yang hadir.
Di atas panggung, Cheng Qiuye pertama-tama mengucapkan terima kasih atas dukungan semua, baru kemudian mulai menyanyi.
Lagu pertama adalah 《Mengejar Angin》.
Begitu melodi pertama mengudara, atmosfer lokasi langsung meledak!
Tang Qingying menutupi telinganya, tapi masih mendekatkan diri ke telinga Cheng Yun sambil berteriak, setelah didorong pergi oleh Cheng Yun, ia kembali mendekati telinga Cheng Yan untuk berteriak.
Sang Mage menyunggingkan senyum di bibirnya, mengamati diam-diam Cheng Qiuye di atas panggung.
……
Sampai pukul sepuluh malam lewat, konser baru selesai.
Cheng Yun melihat banyak orang mengalir deras ke arena, sementara Cheng Qiuye telah melepaskan diri dengan cepat. Ia tidak berniat mencari Cheng Qiuye, hanya mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan padanya.
Belum sempat dikirim, pesan dari Cheng Qiuye sudah masuk: "Pertunjukan kakakmu ini lumayan bagus kan?"
Cheng Yun menghapus kata-kata yang sudah ditulisnya, berkata: "Aku akan tanyakan pada gurumu."
“……”
"Cuma bercanda, kita langsung kembali saja."
"Bagus! Tunggu dulu lampu sorot itu, buatanmu?"
"Kok?"
"Nggak ada apa-apa! Hahaha!"
Cheng Yun menggelengkan kepala, lalu menggendong loli kecil berjalan keluar.
Yin Nuxia masih memegang lampu iklan dengan perasaan sedih: "Bikin ini mahal lho, lebih dari seratus yuan. Cuma dipakai sebentar doang?"
"Gak bakalan rugi, lain kali masih bisa dipakai berulang kali."
"Bener juga, mainan-mainan kecil ini bisa disimpan buat dipakai lagi nanti." Yin Nuxia tiba-tiba jadi hemat, "Kalau gitu harus dijaga baik-baik, jangan sampai rusak."
"Ada benarnya juga." Cheng Yan mengangguk setuju.
