Saat Cheng Yun turun ke lantai bawah, Cheng Yan dan Tang Qingying masih ada di area resepsionis.
Tang Qingying duduk bersila di sofa dengan kedua tangan menopang pipinya, wajahnya dipenuhi kecemasan. Sepasang sandal jepit bertumit tinggi hitam tergeletak sunyi di bawah sofa. Sementara Cheng Yan bersandar di sofa sambil memeluk bantal di dadanya, ekspresinya tenang.
Keduanya terlibat percakapan yang tersendat-sendat.
Cheng Yun tampak terkejut: "Kalian belum juga berangkat kuliah?! Bukankah ini masa ujian akhir? Biasanya dosen sedang gencar mengecek kehadiran, memberi nilai partisipasi, dan menyoroti poin-poin penting ujian. Berani sekali kalian bolos?"
Cheng Yan melirik samar ke arahnya: "Jangan berlagak terkejut seperti itu."
Tang Qingying mengangguk terus-menerus.
Cheng Yun batuk dua kali dengan canggung, menyesali kenakalan masa lalunya yang kini membuatnya kehilangan kredibilitas sebagai wali.
Tapi... siapa sangka akan secepat ini menjadi orang tua!
Andai mengikuti jalur normal, 10-20 tahun lagi saat anak-anaknya tak tahu masa lalu ayahnya, ia bisa dengan bebas mengklaim "Ayah dulu murid teladan berprestasi akademik dan berakhlak baik", "nilai ujian sempurna di semua mata pelajaran", "tidak pernah bolos" tanpa khawatir dibongkar kebohongannya. Bahkan Cheng Yan yang tahu persis masa lalupun mungkin akan memilih diam... mungkin.
Setelah mengatur ekspresi, Cheng Yun melanjutkan dengan wajah serius: "Justru karena aku pernah melewatinya, aku tahu bahaya bolos di masa ujian akhir!"
"Seberapa parah? Bukannya kamu lulus dengan normal?" Cheng Yan memeluk bantal, ekspresinya tetap tenang.
"Tapi ujian ulang merepotkan, dan memengaruhi GPA."
"Jangan bandingkan aku denganmu."
"Emm..." Cheng Yun agak canggung, lalu... ia memandang Tang Qingying yang sedang bersiap mendukung Cheng Yan.
"......" Tang Qingying menahan ucapan yang hampir terlepas.
Tatapan Cheng Yun menyampaikan pesan yang jelas——Cheng Yan percaya diri, si bodoh akademik ini ikut-ikutan apa?
"Aku... aku..." Tang Qingying berjuang lama, akhirnya memaksakan diri mengucapkan, "Aku sore ada ujian olahraga tes lari 800 meter, harus istirahat cukup, nanti tidak kuat lari."
"Glek!" Alasan kacangan.
"Lari 800 meter, dengan satu tekaz langsung selesai." Cheng Yan bicara enak tanpa merasakan pegal pinggang.
"Mau gantiin aku lari?" Tatapan penuh harap Tang Qingying tertuju padanya.
“Kamu bahkan 800 meter saja tidak bisa lari?” Nada Cheng Yan bernada merendahkan. Lari jarak jauh tidak bisa dimaklumi, tapi 800 meter saja tidak sanggup, bisa dibilang benar-benar lemah.
“Nggak bisa... Dada aku terlalu besar, sangat memengaruhi kemampuan lari dan lompat.” Ekspresi Tang Qingying penuh kesulitan.
“!!” Cheng Yan menggenggam kepalan tangan.
“Gantian kamu yang lari untukku!” Tang Qingying menangkap adanya ruang negosiasi dalam nada bicara Cheng Yan sebelumnya, dia merasa ada harapan.
“Mimpi kali!” Cheng Yan bersikap tegas menghujam.
“??” Tang Qingying sama sekali tidak paham di mana letak kesalahannya.
“Bagaimana kalau...” Setelah merenung sebentar, tiba-tiba mata Tang Qingying berbinar menatap Sang Mage yang sedang duduk merenung di dalam resepsionis, “Kak Cai Qing yang gantian lari untukku! Sebagai imbalan, aku akan belikan kue strawberry!”
“Mana ada kue strawberry?”
Sang Mage sama sekali tidak mendengar kalimat sebelumnya, baru empat kata terakhir yang menyadarkannya dari lamunan.
“Aku yang belikan!” kata Tang Qingying.
“Baik sekali!” Sang Mage tertegun, instingnya mulai mencurigai,"Tiba-tiba saja, mengapa mau membelikanku kue strawberry?"
“Bantu aku mengerjakan hal kecil, nanti kubelikan.” ujar Tang Qingying.
“Bantuan apa?”
“Gantikan aku tes fisik lari 800 meter.”
“Delapan ratus meter...meriah! Kukira apa, ini hal sepele!” Sang Mage langsung menyetujui.
“Benar! Tidak salah! Super sederhana! Apalagi bagi Kak Cai Qing yang jago fisik dan akademis ini, sungguh seperti lauk pelengkap nasi! Cukup angkat tangan!” Tang Qingying menyelesaikan kalimatnya sambil melirik Cheng Yan,"Hanya orang pelit dan picik seperti itu yang bahkan tak mau membantu hal remeh begini."
“……” Wajah Cheng Yan menghitam.
“Hehe.” Sang Mage awalnya malu-malu menggaruk kepala, lalu ekspresi wajahnya berubah, dengan nada agak menyalahkan berkata, “Kamu memang selalu begitu, suka bicara blak-blakan, gampang banget dirugikan!”
“En-en! Kak Cai Qing penampilanmu juga mirip cewek, nanti kalau dandan sedikit, pasti nggak ada yang bakal ngeh kamu itu cowok.” Tang Qingying tersenyum manis.
“？？？”
“Ada apa?” Tang Qingying bertanya dengan sikap menyelidiki.
“Aku… aku berubah pikiran.”
“Mengapa?”
“Pokoknya cari Cheng Yan aja, atau cari Srikandi.” Kali ini wajah Sang Mage menghitam, ini menyentuh harga diri Mage, dia sama sekali tak bisa mengabulkan permintaan aneh begini.
“Hiks hiks hiks… Kak Cai Qing seharusnya bukan tipe orang yang ingkar janji kan?”
“……”
“Baiklah.”
Melihat bertingkah imut tidak efektif, Tang Qingying hanya bisa menundukkan kepala, terus khawatir tentang 800 meter itu.
“Kalau tidak, kakak ipar pakai setelan wanita…”
“Mimpi kali!” Cheng Yun memotong ide gilanya.
“Sepertinya hanya bisa mencari Yin Dan… Sudahlah, Kak Yin Dan sedang latihan, lebih baik aku menggigit gigi saja.” Ekspresi memelas Tang Qingying tetap tidak ada yang bersimpati.
“Apa yang kalian berdua bicarakan tadi?” Cheng Yun bertanya.
“Pelatihan militer,” jawab Cheng Yan.
“Hm, pelatihan militer…” Ini adalah masalah kedua yang membuat Tang Qingying merana, hanya membayangkannya saja sudah membuat seluruh tubuhnya tak nyaman.
“Kapan pelatihan militernya?”
“11 Juli hingga 24 Juli, dua minggu,” Cheng Yan menjawab tenang.
“Di mana lokasinya?”
“Tahun ini di kampus ini.”
“Di kampus?” Cheng Yun ingat sebelumnya Universitas Yizhou selalu mengadakan pelatihan militer di area militer sekitar Jinguan dengan fasilitas buruk, “Bagus juga, kondisi di kampus jauh lebih baik daripada markas militer.”
“Fasilitas bagus mengurangi penderitaan, fasilitas buruk menambah penderitaan, ujung-ujungnya tetap harus menderita…” gumam Tang Qingying dari samping.
“Apa saja item pelatihan militermu dulu?” tanya Cheng Yan.
“Jalan berirama, berdiri dalam posisi tentara, bisa apa lagi? Cuma kegiatan itu-itu saja. Nanti ada formasi simulasi, latihan anti-ledak, anti-teror, P3K, kalau terpilih masuk simulasi, pasti lebih santai dan seru dibanding formasi biasa.” Cheng Yun menguap panjang, “Rajin pakai sunscreen, siapin obat-obatan, selipkan pembalut di alas sepatu, plus siap-siap tampil acara malam hari. Itu aja.”
“Harus tampil acara juga!?” Cheng Yan mengerutkan kening.
“Iya.” Cheng Yun berbagi pengalaman pada dua gadis muda, “Biasanya siang latihan, malamnya duduk-duduk main bareng. Kadang cuma formasi sendiri, main genderang oper bunga atau cari cara lain buat nuduh satu orang tampil. Kadang formasi lain ikutan, masing-masing ngirim perwakilan tampil bergiliran, lomba siapa yang lebih jago. Kalau ada formasi yang gak bisa ngirim orang... wah malu dong! Anak-anak kecil gitu, gengsi abstraknya tinggi banget. Pada semangat semua.”
“Serepot ini!” Kening Cheng Yan semakin berkerut.
“Kamu secantik ini, diperkirakan pelatih akan proaktif memanggilmu untuk tampil.” Cheng Yun bergembira atas kesulitan orang lain, "Mungkin juga ada pemuda dari formasi lain yang mengungkapkan perasaan padamu, mendesakmu berkoordinasi menari atau mempertunjukkan sulap sejenis itu. Banyak masalah yang akan membuatmu pusing!"
“Kehilangan minat!”
Materi-materi tersebut takkan Cheng Yan hiraukan, namun yang membuatnya bimbang adalah: Jika genderang diteruskan dengan bunga sampai ke tempatnya, mungkinkah ia mengabaikannya?
Maka Cheng Yan pun mulai cemas seperti Tang Qingying.
“Aaaaa...” Tang Qingying berteriak seolah melampiaskan emosi, memikirkan harus terpapar matahari, melangkah tegap, dan berdiri dalam posisi tentara, seluruh tubuhnya sudah tak karuan.
Mengenai pertunjukan, dia justru tidak takut.
Siswa Tang Yao Yao punya banyak bakat!
“Eh ngomong-ngomong! Pelatihan militernya pria dan wanita dipisahkan atau bersama-sama?” tiba-tiba Tang Qingying bertanya.
“Biasanya dipisah. Formasi pria dan wanita terpisah, tapi tidak menutup kemungkinan dua formasi latihan bersama. Malam hari pasti duduk main bareng.” Cheng Yun mengingat-ingat.
“Oh…” Tang Qingying mengangguk, lalu bertanya lagi, “Pelatihnya bisa diajak bernegosiasi?”
“Lumayanlah.”
“Lumayan maksudnya gimana?”
“Berlagak keras, sebenarnya biasa aja… Mau ngapain?” Cheng Yun mengerutkan kening memandangi Tang Qingying.
“Nggak… Nggak ngapa-ngapain. Kalau aku sakit selama latihan, minta izin seharusnya nggak masalah ya?”
“Pelatih akan pura-pira akibatnya parah, tapi sebenarnya nggak apa-apa. Tiap tahun banyak yang izin sakit.” Cheng Yun menarik sudut bibirnya, baru mau menasehati Tang Qingying, tapi kembali menggeleng.
Daripada repot mengurusnya.
Bersamaan dengan itu, mata Cheng Yan tiba-tiba berbinar.
Cheng Yun berpikir sejenak, lalu berkata: "Setelah pelatihan militer selesai, aku akan mendaftarkan kalian ke sekolah mengemudi. Belajarlah dengan serius, kebetulan bisa memanfaatkan periode liburan musim panas ini untuk mengambil SIM."
Cheng Yan tidak memberikan pendapat.
Tang Qingying mengangguk patuh: "Oh."
Cheng Yun juga mengangguk: "Kebetulan, aku juga ingin jalan-jalan sebentar."
"Hm?"
"Mau ke mana?"
Keduanya langsung menunjukkan minat.
Cheng Yun menarik sudut bibirnya: "Jalan-jalan saja."
"Ke mana?" tanya Cheng Yan.
"Dengan siapa?" Tang Qingying juga menatap Cheng Yun tanpa berkedip.
"Keliling tempat, sendirian... Kenapa kalian menatapku seperti ini?"
"Sendirian?" Cheng Yan bertanya.
"Benar-benar sendirian? Bahkan Kak Yin Dan... siluman kucing itu tidak diajak?" Tang Qingying menyatakan keraguan.
"Tidak akan."
"Kamu mau ke mana?" Cheng Yan bertanya lagi.
“Kalau begitu kakak ipar bawa aku saja! Aku juga ingin jalan-jalan!” Tang Qingying segera mengangkat tangannya, “Aku pintar, patuh, manis, penampilannya juga cantik, dibawa jalan-jalan pasti bikin bangga... Aku juga bisa memijat kaki dan meremas bahu selama perjalanan, mengantar teh dan air... Hal lain pun bisa dilakukan lho!”
Sambil berkata demikian, ia bahkan mengedipkan mata ke arah Cheng Yun.
“Kalian harus ikut pelatihan militer...” Cheng Yun berkata.
“Setelah latihan militer selesai baru pergi lah.” Tang Qingying bergumam.
“Setelah latihan militer kalian harus ujian SIM.”
“...Kau mengatur segalanya begitu rapi.” Cheng Yun mencibir, lalu bertanya lagi, “Sebenarnya kau mau ke mana?”
“Tempat yang cukup terpencil...” Cheng Yun berkata, “Nanti mungkin tidak ada sinyal, kalau tidak bisa menghubungiku jangan panik.”
“Jangan-jangan ke luar negeri?” Tang Qingying langsung tertegun, “Jangan sampai ke Thailand ya! Hm, Eropa sebelah sana juga egaliter, jangan pergi ke sana!”
“Kenapa tidak boleh ke Thailand?”
“Thailand... tempat itu terlalu jahat, tidak cocok untuk laki-laki.” Tang Qingying berkata.
Mendengar itu, Sang Mage mengangkat kepala dari resepsionis: "Hm? Bukannya Thailand itu surga para pria?"
"Kok kamu tahu..." Tang Qingying menatap Sang Mage dengan keterkejutan, "Jangan-jangan Kakak Cai Qing kamu... Benar-benar sulit dipercaya!"
Tang Qingying sulit membayangkan bagaimana penampilan Sang Mage di negara yang terkenal tidak melarang adegan mesum itu—Kalau dia yang membayar... Bisa-bisa malah dikasih uang kembali!
"Aku baca di internet."
"Oh, jangan banyak-banyak online," kata Tang Qingying.
"Thailand kenapa?" Cheng Yan bertanya lagi.
"Hmm, susah jelasinnya..." Siswa Tang Yao Yao tidak mau menjelaskan ilmu pengetahuan aneh ini ke Cheng Yan.
"......" Cheng Yan mengerutkan kening.
Saat ia menarik kembali pandangan dan melanjutkan pengamatan ke Cheng Yun, tiba-tiba menyadari Cheng Yun sudah berdiri sambil menggeliat hendak naik ke lantai atas.
Sorot mata Cheng Yan berkedip samar, menunjukkan kecurigaan.
Akhir Juni, bagi perguruan tinggi sudah memasuki masa ujian akhir.
Olahraga, mata pelajaran penilaian dan beberapa mata kuliah pilihan akan terus-menerus memulai ujian, memasuki bulan Juli dasarnya hanya tersisa mata kuliah penyaringan ketat, setelah selesai ujian tibalah waktu pelatihan militer Universitas Yizhou.
Setelah makan siang, Cheng Yan dan Tang Qingying segera pergi ke sekolah.
Yang satu ada ujian mata kuliah pilihan, yang lain harus menjalani tes fisik.
Resepsionis hanya menyisakan Cheng Yun, Sang Mage dan si loli, sambil menikmati AC mereka menggigit semangka duduk sejajar menonton Game of Thrones.
Tak lama kemudian, Yin Nuxia menyusur lereng turun, dengan sikap kasar dia mengambil seiris semangka dari meja resepsionis sambil menguap berkata, "Pekerjaan telah selesai..."
Cheng Yun mengatupkan bibir, memanfaatkan kesempatan ketiga makhluk sedang berkumpul, berkata: "Beberapa waktu lagi aku ingin pergi ke tempat Kayu Licik."
Gaung suaranya baru saja menginjak lantai, ketiga makhluk itu langsung terpaku membeku.
Sang Mage menarik pandangannya dari layar komputer, ekspresi terkejut; Yin Nuxia masih mempertahankan postur menggigit semangka, mata membelalak; si loli juga menoleh ke arah Cheng Yun, memandangnya dengan takjub, di sudut bibirnya masih menempel satu butir biji semangka - biji hitam dan bulu putih salju membentuk kontras yang mencolok.
Sang Mage: "Kapan?"
Yin Nuxia: "Aku ikut! Biar kujaga kamu!"
Si loli pertama-tama menoleh memandang Yin Nuxia, baru kemudian terus menatap tajam Cheng Yun: "Wu!"
Cheng Yun berkata: "Aku pergi sendirian."
Sang Mage mengerutkan kening, berpura-pura merenung.
Yin Nuxia membelalakkan matanya lebih lebar: "Bagaimana jika kamu menghadapi bahaya?"
Si loli juga mulai grogi, melepaskan kipas semangkanya, terus menatap tajam Cheng Yun, mondar-mandir di tepi meja.
Cheng Yun mengatupkan bibir: "Dengarkan dulu penjelasanku..."
Setelah Yin Nuxia dan loli tenang, barulah ia melanjutkan: "Alam semesta Kayu-Yin telah mencapai titik akhir. Sangat mungkin hukum-hukumnya kacau, lingkungannya sangat buruk, pasti tidak punya ekosistem yang bisa menampung makhluk biasa untuk tinggal. Belum tentu tidak ada bahaya. Aku juga bukan pergi untuk bermain, cuma ingin melihat-lihat. Takkan lama, pasti akan kembali."
"Ada bahaya!!" Yin Nuxia mengernyit.
"Aku adalah Raja Semesta, bersifat abadi." Cheng Yun tetap mengucapkan kata-kata kekanak-kanakan itu.
"Tapi... bisa menderita!" Yin Nuxia terus berbicara.
"Bodoh! Kalian ikut, bagaimana jika terperangkap sampai mati, terkena radiasi atau gelombang aneh yang dimusnahkan?" Cheng Yun membalikkan mata, lalu dengan lembut berkata, "Patuhlah."
Yin Nuxia agak sedih, dirinya masih terlalu lemah.
Xiao Luoli dengan ekspresi hampa.
Sampai Cheng Yun sekali lagi menatapnya, menunjukkan ekspresi yang pernah dilihat setiap anak kecil di wajah orang tua mereka saat masa kecil: "Aku akan segera kembali, nanti kubawakan makanan enak dan hal-hal seru untukmu. Di hotel kau harus baik-baik, makan dengan tertib, tidur teratur, akan kusuruh orang mengawasimu. Saat kembali akan kutanyakan keadaannya, mengerti?"
Si loli seakan seluruh tubuhnya lemas, merebahkan diri di atas meja dengan lesu, kepala terkulai.
Cheng Yun tersenyum pasrah, mengulurkan tangan mengusap kepala kecilnya.
Tanpa terasa, ketergantungan makhluk kecil ini padanya sudah mencapai level seperti ini.
