Gerbang Utara Kecil masih sama ramainya seperti masa sekolah dulu, dipadati lapak jajanan yang berjejal rapat.
Secara jujur ini agak terlalu dibuat-dibuat, sebenarnya Tang Qingyan dan Cheng Yun baru lulus setahun lebih, dikeluarin dari asrama juga baru sekitar dua tahun. Gerbang sekolah telah tegak berdiri bertahun-tahun, banyak pedagang jajanan ini yang telah menghabiskan banyak tahun di sini. Tidak realistis berharap terjadi perubahan besar di sini hanya dalam satu dua tahun. Namun ketika mengingat satu dua tahun yang begitu mengubah diri sendiri ternyata sama sekali tak menggerogoti tempat ini, selalu membuat orang agak mantap.
Seolah waktu yang berantakan, keduanya tidak berada dalam linimasa yang sama.
Juga membuat orang mencurigai apakah satu dua tahun sejak kelulusan mereka ini benar-benar nyata.
Hidangan kering, sate……
Panggang, hidangan Yi……
Di restoran Jigong Bao duduk beberapa pasangan kekasih, gemuruh tawa tanpa kegelisahan; pelanggan gerobak buah-buahan hampir pasti siswi, Tang Qingyan dulu juga sering ke sini; Five Grains Fish Rice Noodle bagai bug yang tak pernah redup, popularitasnya tetap terjaga, toko lain buka-tutup silih berganti, tapi tempat ini setiap siang masih antrean panjang, meski sudah bikin bosan, setelah beberapa waktu tak menyantapnya akan kembali dirindukan; Ibu penjual bubur di pagi hari beralih jadi jual minuman di waktu lain, Tang Qingyan hanya membeli buburnya saat mengurus SIM, tapi yogurt buatannya memang enak diminum...
Lewat pukul dua sore sudah bukan jam makan puncak, tapi tetap ada murid dengan pola hidup berantakan yang sedang menyantap makanannya.
Paman pemilik gerobak buah-buahan melihat Tang Qingyan, tertegun sejenak, lalu mengangguk padanya, seolah mengenali pelanggan setia yang cantik ini.
Tang Qingyan pun menoleh tajam sambil tersenyum.
Si paman langsung berteriak: "Kok lama sekali tak datang ke sini?"
Dari seberang jalan separuh, Tang Qingyan membalas: "Sudah lulus, Paman!"
Paman mengeluarkan seruan "Oh" yang panjang, kemudian melirik Cheng Yun seolah teringat sesuatu: "Kalian berdua datang kembali untuk melihat-lihat?"
“Ya.”
Tang Qingyan tersenyum kecil, tidak banyak bicara, lalu meninggalkan tempat itu.
Bagi para pedagang di sekitar kampus, seberapa akrab pun mereka denganmu, mereka tak akan paham kapan kamu lulus, apalagi mengetahui berapa lama kamu menghabiskan waktu di kampus ini. Tahun-tahun yang kamu anggap begitu bermakna, di mata mereka hanyalah fragmen-fragmen singkat.
Baru ketika melihat sebuah toko roti...
Tang Qingyan memandangnya beberapa saat, tiba-tiba bertanya: "Menurut kalian, buka toko kue di sekitar sini bagaimana?"
Tang Qingying langsung waspada: "Apa maksudmu?"
Cheng Yun berpikir sejenak, lalu berkomentar: "Seharusnya cukup bagus, cuma biaya sewa ruko di sekitar kampus ini mahal. Tapi daya beli mahasiswa masih oke. Tapi kalau produkmu terlalu high-end dan harga kemahalan, sulit diprediksi."
Tang Qingyan mengangguk sambil berpura-pura merenung.
Cheng Yun tahu dia sedang belajar baking akhir-akhir ini dan punya ide buka toko, setelah berpikir sejenak, bertanya: "Kamu ingin membuka toko di sekitar sekolah?"
Tang Qingyan melirik Tang Qingying, tersenyum: "Aku cukup ingin membuka toko di alma materku. Menurutku sebelumnya ada shijie dari jurusan kalian yang buka toko teh susu di dalam kampus kan?"
"Hm." Cheng Yun mengangguk.
"Toko teh susu mana?" Tang Qingying bertanya.
"Yang di ujung jalan komersil itu. Dulu sekolah kan mendukung entrepreneurship, murid mudah dapat toko." kata Cheng Yun.
"Oh yang itu ya!" Tang Qingying pura-pura tersadar, tapi malah semakin waspada, memalingkan wajah ke Tang Qingyan: "Bukannya kamu mau kembangkan bisnis di Shimen? Kenapa nggak buka di kampus Jizhou Normal saja? Kan ada ayahmu yang melindungi, lebih nyaman!"
"Aku belum putuskan." Tang Qingyan menatapnya dengan senyum lebar, nada bicaranya samar.
"……" Tang Qingying merasa terhina di hati.
Jalan-jatan di kampus sampai kaki Tang Qingying sakit, bertiga duduk sebentar di perpustakaan dengan meminjam kartu kampus seorang gadis kecil. Lalu minum teh di kedai teh susu dan makan bakmi asam pedas sebelum pulang.
Si loli kecil punya banyak penggemar di kampus. Berjalan sendirian di depan sambil asyik bermain air, ia kerap mendapati diri dikerubungi orang-orang nekat yang menyelinapkan kotak ajaib kecil dengan niat jahat. Biasanya ia akan menghardik mereka sekali sebelum lari secepat kilat kembali ke sisi Cheng Yun.
Semakin mendekati hotel, si loli kecil mulai gelisah. Memandang genangan air di tepi jalan dan jalanan yang dicuci bersih hujan deras... Naik saja ke atap gedung untuk terus bermain?
Tang Qingyan meregangkan badan panjang sambil merasakan keharuan di hati.
Rasanya tak ada yang berubah di sekolah ini, hanya berganti generasi yang menempatinya.
Melihat ke toko di sebelah jalan, dia kembali tersenyum: "Aku ingat traffic di sini cukup bagus, kok toko ini sampai tutup? Sebagai toko selebritas internet, apakah traffic kalian tak cukup untuk menopangnya?"
Suasana hati Tang Qingying sedang buruk, enggan bersuara.
Cheng Yun berkata pelan: "Rasa masakan mereka tidak enak."
"Oh!"
Kembali ke penginapan, Cheng Yan sudah pulang. Sekelompok orang berputar mengelilingi meja kopi sambil makan. Dengan absennya Cheng Yun dan Tang Qingying, area sekitar meja terkesan lebih lapang.
Tang Qingyan menyapa Cheng Yan: "Long Time No See."
"Hm." Cheng Yan mengangguk samar.
"Apa kalian sudah makan?" tanya gadis kecil Yu Dian.
"Sudah."
"Kepala Stasiun sudah makan apa? Silakan mencoba lagi, Nona Cheng Yan dan Nona Yu yang langsung masak." Yin Nuxia menatap Cheng Yun, tak sabar ingin berbagi hasil masakan Cheng Yan.
"Oh?" Cheng Yun segera menyelip di antara mereka.
Sepiring kentang iris goreng, potongan kentangnya sempurna - pasti hasil usaha Yin Nuxia. Tapi pinggiran setiap irisannya terlihat menghitam hangus. Sepiring tumis tomat telur, telurnya juga agak gosong, selain itu masih bisa ditolerir. Ditambah semangkuk asinan kubis dan sepiring kepala babi yang dibumbui. Sudah jauh lebih baik daripada dulu, setidaknya Yin Nuxia sudah tahu proporsi air dan beras saat memasak nasi, tidak lagi jadi bubur kental seperti sebelumnya.
Tapi gaya keseluruhannya... masih sangat khas Cheng Yan.
Cheng Yun mengeluarkan suara "Brengsek", lalu berkomentar: "Wah, mewah sekali!"
Cheng Yan dengan ekspresi datar menggunakan satu tangan untuk mendorongnya menjauh dari meja kopi: "Kau minggir sedikit!"
Cheng Yun menggelengkan kepala sambil tersenyum.
Padahal sudah diingatkan untuk tidak memaksakan diri...
Syukurlah, Sang Mage dan Yin Nuxia sama sekali tidak pilih-pilih makanan, tetap melahap seperti biasa. Sedangkan gadis kecil Yu Dian... sepertinya separuh jasa perang dalam hidangan ini juga menjadi miliknya.
Sampai di hotel dan meneguk air, Cheng Yun langsung mengangkat koper Tang Qingyan, mengantarnya ke stasiun kereta cepat.
Tang Qingyan juga tak menolak.
Duduk di kereta bawah tanah, mereka tetap mengobrol.
Chen Zhaodi baru akan menikah beberapa hari lagi. Tang Qingyan dan teman sekamar lainnya tiba lebih awal sebagai bridesmaid. Chen Zhaodi telah memesan kamar untuk mereka di Hotel Daqian di Tiancheng, mengajak mereka bersenang-senang sambil berunding detail pernikahan.
Turun dari kereta bawah tanah, keluar langsung ke Stasiun Timur. Cheng Yun masih membantu mengangkat koper.
Tang Qingyan bertanya: "Kau seharusnya tidak akan datang, kan?"
Cheng Yun tersenyum canggung di Momen Memalukan itu. Alih-alih membuat alasan, ia jujur: "Mana berani aku datang!"
Tang Qingyan mengangguk: "Sudah kuduga."
Harga diri sebesar itu masih dimiliki Cheng Yun.
Membeku sejenak, tatapannya tertuju ke depan, tiba-tiba ia berkata: "Aku ingin kembali ke Jinguan untuk berkembang."
Cheng Yun tertegun mendengarnya: "Mengapa?"
“Mengapa?” Tang Qingyan tersenyum, “Karena aku suka tempat ini!”
“Buka bakery?”
“Belum pasti. Kalau kembali ke sini, mungkin buka bakery, aku cukup suka ini.” Tang Qingyan mengalihkan pandangannya ke Cheng Yun, “Bos Cheng, mau dukung bisnisku?”
“Aku punya pelayan resepsionis yang bisa habiskan kue strawberry senatusan per hari.” kata Cheng Yun.
“Gila!”
“Kamu serius...”
“Kan sudah kubilang, belum kepikiran.”
“Oh……” Cheng Yun seolah ingin berbicara tapi mengurungkan diri, suasana menjadi canggung hingga mereka tiba di pintu Stasiun Timur, “Apa kamu juga tidak suka di kampungmu?”
“Lumayan, lebih baik daripada Yao Yao.” Tang Qingyan memalingkan wajah, “Tapi aku menyukaimu.”
“Ha?” Cheng Yun tertegun.
“Cuma bercanda!” Tang Qingyan tertawa, menarik kembali pandangannya lalu mengambil koper dari tangan Cheng Yun menuju loket tiket.
“Cukup sampai sini, tidak perlu antar lagi.”
“……”
Cheng Yun berdiri di tempatnya menatapnya.
Hanya beberapa detik, ia kembali memalingkan wajah. Dari ekspresinya, seolah puas melihat Cheng Yun masih berdiri di situ. "Bagaimana kalau kau ikut saja? Kulit wajahnya tebal sedikit, aku yang akan melindungimu. Takkan ada yang menertawakanmu. Batal dapat angpao tapi tidak makan, rugi sekali."
Hati Cheng Yun sedang kacau.
Beberapa saat kemudian, ia tetap merasa agak malu-malu untuk pergi.
Tang Qingyan tidak merasa terlalu terkejut, melambaikan tangan untuk pamit sekali lagi, lalu mengangkat koper masuk ke area pengambilan tiket.
Setelah mengantre beberapa menit, akhirnya tiba gilirannya. Dari tas kecilnya ia mengeluarkan kartu identitas, sekalian mengambil sebatang permen. Dengan plak, bungkusnya dibuka, lalu dengan tenang memasukkannya ke mulut sebelum mulai mengoperasikan mesin tiket.
Setelah mengambil tiket, ia berjalan menuju pintu masuk peron. Sekadar melirik, masih terlihat sosok Cheng Yun yang menjauh.
Dia jadi lebih kokoh!
Mirip seperti saat pertama kali mengenalnya!
