Kembali ke penginapan, langit telah gelap.
Resepsionis diselimuti aroma harum sate panggang yang menggoda, udara dipenuhi bahasa Jepang bernuansa anime. Tang Qingyang sedang bertugas di resepsionis, sesekali menjulurkan lehernya untuk melongok ke luar, sementara Cheng Yan dengan sikap tenang duduk di sebelahnya, menyantap sate tusuk demi tusuk.
"Kak, mau makan sate?"
"Baru saja makan nasi langsung nyemil sate," kata Cheng Yun.
"Mana tadi pagi? Sudah lama itu, lagipua ikan panggang nggak bikin kenyang," ujar Tang Qingying.
"Aku nggak mau." Cheng Yun langsung berjalan menuju tangga.
"Oh…" Tang Qingying tanpa sadar meletakkan tusukan ikan bakarnya yang setengah dimakan, menatap punggungnya yang menjauh.
"Daging babi lima lapis masih ada se tusuk, mau?" Cheng Yan meliriknya sekilas dari samping.
"Oh." Baru kemudian Tang Qingying tersadar.
"Bisa nggak sih jangan muter anime ginian, kekanak-kanakan dan ngebosenin," Cheng Yan menunjuk karakter kartun berpayudara sebesar bola di layar.
……
Cheng Yun tidak menemukan si loli di dalam kamar, hamster kecil juga lenyap. Setelah merenung sebentar, ia langsung naik ke atap gedung.
Cahaya jingga dari lampu menerangi atap. Begitu melangkah keluar dari lorong tangga, terdengar suara ding-dong disertai cipratan air, seolah ada anak kecil yang berlarian sambil menginjak-injak genangan air dengan kaki telanjang.
Juga ada suara bicara yang samar-samar.
Cheng Yun menggelengkan kepala dengan pasrah, lalu berjalan ke area atap.
Meski hari sudah gelap, si loli tetap asyik bermain air di bawah sorotan lampu, menikmatinya tanpa lelah.
Di sampingnya mengikuti bola bulu putih sebesar kepalan tangan.
Di pinggir kolam ikan kecil terdapat seember bunga yang ramai bersuara——
"Apa kamu tumbuh dari tanah?"
"Kenapa kamu juga suka air?"
"Kami sedang bicara padamu, dengar tidak?"
"Dengar tidak! Dengar tidak!"
"Jangan-jangan kamu idiot..."
"Idiot! Idiot!"
"Waah kamu masih berani mengancam kami, mau apa... Hei orang tuamu datang, kubilang kamu bakal kena sial. Sore ini aku juga melihat seorang anak manusia main air di pinggir jalan, akhirnya digeletak dan dipukuli orang tuanya."
"Sial sial!"
"Huu?"
Loli yang sedang melangkah mendekati Dahuang dan Erhua tertegun, memalingkan wajah dan melihat Cheng Yun yang berdiri di belakangnya -- postur Cheng Yun jauh lebih tinggi, menghalangi cahaya lampu dari depan sehingga hanya menyisakan bayangan hitam.
Si loli segera berputar di tempat, lalu berlari gembira menghampiri Cheng Yun sambil menggosokkan dahinya pada ujung celana pria itu.
Hamster kecil mengikuti dari belakangnya, terlihat seperti orang bodoh.
Cheng Yun menatap Dahuang dan Erhua: "Selamat malam ya."
"Selamat malam!"
"Cuaca hari ini bagus sekali! Manusia, apakah kamu bahagia?" Erhua mengangkat dua daunnya tinggi-tinggi, terlihat bersemangat.
"Bualan!" Dahuang melotot ke arahnya.
"Angin kencang hujan deras tuh!"
“Mana bagusnya? Menggeleng sampai segitu kerasnya, pinggangku hampir patah! Airnya kebanyakan, akarku sampai lembek semua!” Dahua membentak.
“Oh…” Erhua terdengar sedih.
“Ahem! Ahem!” Cheng Yun tak tahan lagi batuk dua kali.
“Oh, kubilang ya, kucingmu ini main air terus, cepatlah pukuli dia!” Dahua bersemangat.
“Pukuli! Pukuli!”
“Brengsek! Huu…!”
“Dia juga mengancam kami!” Dahua ketakutan.
“Tambah satu tingkat hukuman!” Erhua menyetujui.
“……Tanah kalian apakah hanyut oleh hujan? Perlu ditambahin?” Cheng Yun tak menghiraukan omongan mereka.
“Tidak!”
“Kami pakai kekuatan suci untuk mencengkeram tanah!” Kata Erhua.
“Oh, sepertinya di periode ini pemulihan kalian cukup baik.” Cheng Yun tersenyum.
Namun diluar perkiraan, kalimat santainya malah membuat Dahua waspada: “Kau mau apa, manusia, apakah ingin meminum air mandi kami lagi?”
Cheng Yun: “……”
Merasa tak ada lagi yang perlu dibicarakan dengan kedua bunga tersebut, Cheng Yun menghela napas dengan pasrah dan berkata pada si loli, "Kembali!"
Si loli melirik genangan air di atap gedung, menunjukkan keengganan untuk pergi. Ia tak tahu berapa lama harus menunggu setelah hari ini untuk mendapat cuaca basah kuyup seperti ini. Tapi dibandingkan bermain air, tentu ia memilih Da Wang.
Maka digigitnya hamster kecil itu, lalu berjalan dengan langkah kecil riang mengikuti Cheng Yun.
Di kamar.
Si loli masih menggigit hamster kecilnya dan berusaha menempatkannya di kaki Cheng Yun, seolah ingin sang raja juga bermain dengan tikus kecilnya.
Sementara Cheng Yun mengabaikannya, mengambil si pedang melengkung dan mulai membuka satu per satu barang yang dibelinya sore ini. Aksi ini memicu perhatian intens si loli yang menatap tajam gerakan Cheng Yun dan benda-benda yang terlihat sama sekali tidak seru ini. Ia tahu ini dibelikan untuknya, tapi keraguan menghantuinya. Saat itu, harapannya hanya satu: Da Wang akan memberitahu cara main benda-benda ini.
"Pasti sangat seru!"
Pikirnya.
Saat Cheng Yun membuka semua benda dan menatanya di meja kopi lalu mulailah merenung, loli itu mengangkat kepala dengan mata berbinar menatap Cheng Yun, sesekali melirik cepat ke benda-benda itu sambil menunggu Cheng Yun mengumumkan cara bermain.
Tak lama, Cheng Yun mengambil setumpuk kartu berwarna bergambar beraneka tumbuhan dan hewan.
"Mari mulai dari ini dulu!"
"Huu!"
Si loli kecil sudah tidak tahan menahan kegembiraan!
Sang Da Wang tersenyum keakraban dan berkata: "Kamu sudah tumbuh besar, waktunya mulai belajar agar jadi lebih pintar!"
Loli itu menunduk sejenak, ketika mengangkat kepala lagi wajahnya sudah tampak tak sabar!
Cheng Yun tersenyum tipis: "Bagus, mari kita mulai."
"Huu!"
“Aku akan mengajarimu mengenal beberapa hewan kecil umum. Kamu harus serius, fokus, dan giat menghafal, untuk membuktikan bahwa kamu adalah Raja Padang Salju yang cerdas, bukan Raja Padang Salju yang bodoh, oke?” Senyum Cheng Yun semakin berkesan keakraban.
“Huu!” Ekspresi loli langsung menjadi khidmat. Reputasi Raja Padang Salju bergantung padanya untuk dijaga!
“Mari kita mulai dari yang paling umum.”
“Kamu suka makan daging sapi, kan?”
“Huu!”
“Kalau tahu bentuk sapi seperti apa?”
“Huu...”
“Lihat yang ini, lihat? Ini sapi. Daging sapi yang biasa kamu makan adalah dagingnya.”
“Sudah hafal?”
“Huu!”
“Ini babi...”
“Kelinci...”
“Ayam...”
“Bebek...”
“Wah loli pintar sekali! Ternyata memang pantas jadi Raja Padang Salju. Garis keturunan mulia Raja Padang Salju memang berbeda! Tidak mempermalukan nama Raja Padang Salju!” Cheng Yun sudah memahami betul karakter makhluk kecil ini sejak awal.
“Huu!” Loli mengangkat kepala, menunjukkan sedikit kebanggaan.
“Kalau begitu mari lihat apa ini?”
“……Huu?” Loli menatap makhluk yang mirip Raja Padang Salju ini. Ia ingat nama makhluk ini, tapi tak bisa mengeluarkan suara itu.
“Ini disebut kucing.”
“Ini anjing...”
Setelah menghafal sekitar sepuluh hewan, Cheng Yun berhenti, menunjukkan maksud untuk menguji apakah loli benar-benar mengingat.
Loli juga bersiap dengan penuh keseriusan menghadapi ujian ini, ingin membuktikan kepada Raja Semesta di hadapannya bahwa Ras Padang Salju adalah makhluk tercerdas di dunia... (Raja Semesta tidak termasuk hitungan!)
“Seperti apa bentuk sapi kesukaanmu?”
“Huu...”
Loli merenung sejenak, menundukkan kepala untuk membongkar-bongkar tumpukan kartu acak. Dengan cepat ia memilih satu kartu, menekannya di bawah cakar, lalu masih menunduk berpikir sejenak sebelum menyerahkannya pada Cheng Yun.
“Kamu yakin?”
“Sudah diputuskan?”
“Bagaimana kalau dipikir lagi?”
“Begitu dipilih tak boleh mengingkari janji!”
"Begini, aku akan memberimu satu kesempatan lagi untuk konfirmasi, agar kamu tidak salah... lagipula ini pertempuran pertama bagimu!"
"Wu..."
Loli kecil itu mendengar perkataannya, segera goyah. Ia berpikir Da Wang pasti tidak akan ngerjainnya kan? Maka dengan kepala tertunduk penuh keraguan, ia menarik kembali kartu bergambar banteng itu, terus membongkar-bongkar tumpukan kartu. Tapi setelah lama mencari, tak menemukan yang lebih mirip banteng dari kartu pertama, mulai panik.
Saat mengangkat kepala untuk minta tolong, malah melihat Da Wang tertawa paling bahagia. Ia pun terdiam kaku.
Setelah merenung sesaat, loli akhirnya nggak bisa nolak, tetap memilih kartu pertama dan menyerahkan jawaban.
"Selamat, jawabanmu benar!" Cheng Yun tersenyum cerah.
"Kalau bisa jawab sepuluh soal benar semua, akan kuberi dendeng sapi kering!"
"Wu!"
"Kucing itu bentuknya seperti apa ya?"
"Kalau babi......"
Fakta membuktikan otak loli kecil jauh lebih kuat daripada ikan terbang yang mudah lupa, sembilan pertanyaan beruntun semuanya dijawab benar.
Meski loli kecil masih yakin Da Wang takkan menyakitinya, kini ia pun sedikit pengalaman. Begitu yakin pada sesuatu, tak peduli bagaimana Cheng Yun memojokkannya, ia tak mau mengubah jawaban.
Tinggal satu terakhir, Cheng Yun berpikir sejenak lalu mengeluarkan kartu harimau: "Ini namanya apa?"
Loli kecil terpaku: "？？？"
"Ha?"
"……Wu wu?" Loli kecil ragu lama baru menjawab.
"Disebut Wu wu? Rupanya kamu kalah. Ini namanya harimau." Cheng Yun menggeleng penuh penyesalan, "Sayangku, dendeng sapi keringmu berpapasan denganmu."
Tapi hanya sedetik kemudian ia tersenyum cerah pada loli kecil yang lesu: "Hanya bercanda! Aku tahu jawabanmu benar. Jadi kamu memenangkan dendeng sapi keringmu, dan membela reputasi Raja Padang Salju! Selamat!"
Loli itu terdiam sejenak mendengar ucapannya, lalu kilau spiritual langsung bersinar di matanya.
Cheng Yun segera mengambilkan dendeng sapi kering untuknya.
Dendeng yang telah menjadi camilan wajib loli kecil ini terasa istimewa lezatnya hari ini, dimakannya dengan riang gembira.
Usai menghabiskannya, Cheng Yun mengeluarkan kartu-kartu lain.
Kartu tumbuhan relatif mudah dikenali, tak perlu repot membedakan ratusan spesies - bahkan orang kota ke desa saja sering bingung membedakan pohon biasa, bahkan tak mengenal pepohonan penghijauan di kompleks atau sekolahnya sendiri. Ia juga tak menuntut terlalu banyak dari loli kecil di awal, cukup bisa membedakan bunga, pohon, dan rumput. Secara teknis tujuannya agar loli memahami bagaimana tiga kategori ini diucapkan dalam bahasa manusia - soal membedakan jenis bunga/rumput/pohon yang berbeda pastilah ia sudah mampu.
Buah-buahan sedikit lebih rumit, tapi tetap mudah dikenali. Soalnya loli juga sering makan buah, dan bentuk buah saat dimakan sama dengan aslinya, tidak seperti daging sapi yang sama sekali berbeda dengan sapi hidup.
Sayuran tingkat kesulitannya berada di antara buah dan hewan.
Fakta membuktikan IQ loli jauh lebih tinggi dari perkiraan Cheng Yun. Semua kesulitan ini tak berarti baginya, bahkan beberapa hal sudah dikenalnya tanpa perlu diajarkan sama sekali.
Contohnya cabai.
