"Tak tertandingi!"
"Apa semua Raja Padang Salju sepintar ini?" Cheng Yun terus menyentuh titik G loli.
"Huu!"
Loli merasa sangat bangga!
Melihat ekspresinya, Cheng Yun tersenyum puas. Ia menyimpan semua kartu lalu berkata, "Sekian untuk hari ini, istirahatlah dulu. Kita lanjutkan besok."
Genderang perang Dou loli berkobar, sama sekali tak gentar!
Namun ketika Cheng Yun masuk ke kamar mandi dan mulai mandi, si loli kecil mendengar gemericik air itu. Perlahan suhu di kepalanya mulai mendingin, barulah tiba-tiba ia menyadari sesuatu. Spontan ia memalingkan wajah dan melotot ke arah kartu di meja kopi—
Di manakah asyiknya benda ini?
……
Tapi ini baru permulaan.
Beberapa hari berikutnya, ada latihan puzzle hidup, menyusun balok dan menggambar sketsa sederhana untuk melatih pola pikir logis dan kemampuan kreatif, sekaligus membina sel-sel seni. Juga latihan membedakan warna, mengenal angka, serta operasi penjumlahan dan pengurangan dasar.
Si loli kecil perlahan mulai bingung—apakah ini benar-benar permainan?
Hanya karena melihat Da Wang asyik bermain, setiap kali ia menyelesaikan tugas dengan serius, Da Wang akan terlihat sangat puas. Bahkan ia bisa mendapat pujian yang membuat rasa egonya meledak. Setelah berpikir matang, si loli kecil merasa... menemani Da Wang bermain game membosankan seperti ini juga lumayan menyenangkan.
Benar, loli sudah menentukan definisi untuk hal-hal ini——
Mainan mungkin memang mainan, hanya bukan untuk dimainkannya.
10 Juli.
Cheng Yan dan Tang Qingying sudah beristirahat di hotel selama beberapa hari, namun karena biasanya mereka juga hanya bermain sepanjang hari, sekarang tanpa kelas pun rasanya tak ada bedanya.
Sebaliknya besok pelatihan militer akan dimulai, membuat dua gadis kecil ini cemas dan terus berunding mencari strategi.
Bersamaan dengan itu hari ini juga hari pernikahan Chen Zhaodi.
Cheng Yun melihat video rias pagi dan foto bersama mereka di momen sosial media Tang Qingyan——Harus diakui riasan benar-benar mengubah penampilan seseorang, Chen Zhaodi dan gadis lainnya sebenarnya level menengah, tapi setelah dirias langsung menjadi wanita cantik. Hanya saja kehadiran Tang Qingyang di samping langsung membuat mereka kalah bersinar, ini juga membuktikan hubungan sekamar mereka memang akrab, kalau tidak takkan berani mengundang Tang Qingyan jadi bridesmaid.
Masih di pagi hari, Cheng Yun sudah menerima pesan dari Tang Qingyan. Beberapa hari ini dia lumayan santai, kalau bosan suka ngobrol sebentar dengan Cheng Yun.
"Lihat foto yang aku kirim belum?" tanya Tang Qingyan.
"Sudah," jawab Cheng Yun patuh.
"Bagus tidak?"
"Siapa?"
"Zhaodi lah!"
"Bagus, kayaknya setelah lulus sekolah cewek-cewek jadi jauh lebih cantik dibanding dulu," Cheng Yun tetap jujur.
"Mungkin efek gaun pengantinnya kali."
"Oke, terserah kamu." Cheng Yun tahu kebanyakan cewek punya obsesi keduniawian sama gaun pengantin, bahkan babi betina pake gaun pengantin pun bisa bikin mereka teriak-teriak, jadi dia tidak membantah.
"Xiao Li juga lumayan cantik, pake gaun bridesmaid warna pink."
"Hm." Kalau sampai di sini Cheng Yun belum nangkep maksudnya, dia pantas minta maaf ke seluruh rakyat negeri. Dengan cepat dia menambahkan, "Tapi semua sorotan malah tertuju ke kamu, nanti di pesta pernikahan pasti semua mata ngelihat kamu."
"Hei kok bicaramu gini sih~~"
"Jujur saja……" Cheng Yun bisa membaca suasana hatinya dari dua tanda gelombang ini.
"Nanti aku akan lebih menjaga penampilan."
"Hehe."
Setelah mengobrol sebentar, Tang Qingyan mulai sibuk dengan urusannya. Cheng Yun lalu mengajak Cheng Yan dan si loli belanja ke pasar.
Dua manusia dan satu makhluk berjalan-jalan di pasar. Ponsel dalam saku Cheng Yun terus bergetar - itu siaran langsung dari Tang Qingyan dengan alasan "Kamu sudah bayar mahal, masa tidak bisa merasakan atmosfer pesta pernikahan? Rugi besar nanti!". Tapi karena Cheng Yan terus mendampingi, Cheng Yun malu membuka ponsel sambil jalan. Sebagai 'orang tua', dia harus memberi contoh baik. Juga karena Cheng Yan terlalu lihai, takut ketahuan sedang chat dengan Tang Qingyan.
Justru si loli yang memperhatikan getaran ponsel. Sesekali dia menengok ke Cheng Yun sambil bergumam "Huu…" dengan suara lembut.
Namun langit dipenuhi Cheng Yun tak bereaksi sama sekali terhadap ini, seolah tak mengerti petunjuknya, terpaksa pasrah.
IQ Da Wang ini...
Akhirnya si loli pun tak peduli lagi.
Setelah muter-muter lama, cuma beli dua terong dan setengah kilo loin sapi, Cheng Yun pusing, "Belanja sayur lebih ribet daripada masak!"
"Ada yang pengen dimakan?" tanyanya pada Cheng Yan.
"......" Cheng Yan merenung sejenak, "Ayam Kecap Kuning."
"Ayam Kecap Kuning?"
"Hm, bisa bikin?"
"Kayaknya..." Cheng Yun berpikir, tiba-tiba teringat, "Bukannya di rumah ada panci tagine?"
"Panci tagine apaan?"
"Itu panci tanah liat tutupnya tinggi kayak topi."
"Kayaknya pernah liat." Cheng Yan mengernyit, dulu jarang masuk dapur.
"Masih ada?"
"Ngapaq gue tau!"
"Segitu aja gak tau, lu bodoh ya?"
“……Kamu menghina IQ saya?” Cheng Yan melototi Cheng Yun, lalu berkata, “Kalau tidak rusak pasti ada di lemari dapur, kan tidak ada yang menyentuhnya, pulang lihat saja pasti ketemu… Eh iya, ini buat apa sih?”
“Masak, buat masakan yang perlu ditutup rapat atau direbus lama akan lebih praktis.”
“Oh, kapan pulang?”
“Nanti saja.” Cheng Yun berpikir sejenak, “Kebetulan bisa dipakai buat masak ayam tim kuning… Belanja dulu.”
“Hm, aku ikut pulang sama kamu.”
“Baiklah.”
Setengah jam kemudian, usai belanja mereka kembali ke hotel. Cheng Yun mengambil kunci mobil putih Yin Nuxia dari laci resepsionis, menaiki kendaraan. Cheng Yan duduk di belakangnya. Tak lama kemudian, keduanya tiba di rumah mereka yang dulu.
Cheng Yun langsung menuju dapur. Setelah membongkar lemari di bawah tungku, dengan cepat ia menemukan kuali tajin.
Meletakkan panci di atas meja makan yang tertutup kain anti debu, tapi tak melihat siluet Cheng Yan. Justru pintu kamarnya tertutup rapat-rapat.
Cheng Yun berjalan ke ruang tamu sambil berteriak: "Apa yang kau lakukan?"
Suara Cheng Yan terdengar dari dalam kamarnya: "Aku juga sedang mencari sesuatu, tunggu sebentar."
"Baik."
Cheng Yun lalu menyibak sudut kain penutup sofa dan duduk manis di sana.
Menunggu dua menit, Cheng Yan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan keluar, hanya terdengar suara laci dan lemari yang terus dibuka-tutup dari kamarnya. Cheng Yun pun mengeluarkan ponsel dan mulai melihat-lihat.
Tang Qingyan mengiriminya beberapa foto, termasuk foto teman sekamar mereka dan teman sekelas yang pernah ditemui Cheng Yun, serta video-video kocak beberapa gadis kecil yang diberikan secara khusus.
Cheng Yun ikut tertawa kecil, setelah menonton video itu membalas: "Aku masih sibuk masak dengan wajah memelas."
Sekalian juga menjelaskan alasan mengapa tidak membalas pesannya.
Tang Qingyan mengirim pesan suara: "Kapan kamu mau membiarkan aku mencicipi keterampilan tanganmu? Aku mau lihat apakah kamu sudah ada kemajuan selama setahun ini."
Di sana sangat ramai, terdengar samar-suara bridesmaid Zhang Li: "Kamu ngobrol dengan siapa? Ah, nama ini kok terasa sangat familiar ya."
Namun Tang Qingyan tetap mengirim pesan itu, tidak membatalkannya.
Cheng Yun baru menjawab setelah lama: "Bisa dong!"
Ini sebenarnya sudah mulai terasa ambigu.
Cheng Yun menghela napas, memandang ke pintu kamar Cheng Yan yang masih tertutup. Ia menyimpan ponsel, berdiri dan berjalan ke depan sebuah kamar. Setelah ragu sebentar, akhirnya membuka pintu dan masuk.
Membuka lemari pakaian, di bagian tengah terdapat laci berkunci.
Tapi kualitas kuncinya sangat buruk, hampir seperti mainan anak-anak. Bahkan kuncinya hanya berupa lembaran besi. Cheng Yun menekan laci ke bawah dengan sedikit tenaga, lalu menariknya - laci pun terbuka.
Di dalamnya berisi benda-benda kompleks: buku kode untuk mencontek kalimat kekanak-kanakan dan lirik lagu, nunchaku dan pisau kupu-kupu, buku harian, mobil mainan sebesar setengah bungkus rokok... Semua adalah barang-barang yang dihargainya di berbagai fase usia. Meski kini terlihat ironis, Cheng Yun tetap menyimpannya di tempat tersembunyi ini, merawatnya baik-baik walau jarang dikunjungi.
Cheng Yun mengambil kotak kertas sebesar telapak tangan. Dulunya kemasan mainan kecil yang cukup elegan, kini digunakan untuk menyimpan benda lain.
Saat dibuka, terlihat gelang perak, beberapa lembar kertas surat, dan kartu-kartu.
Gelang perak bertatahkan kristal itu nilainya biasa saja, setara hadiah yang bisa dibeli mahasiswa biasa setelah menabung beberapa bulan. Tapi Bos Cheng kala itu dengan santai membelikannya. Tang Qingyan selalu memakainya seperti mutiara, baru dilepas saat berpisah dan diberikan padanya sebagai kenang-kenangan.
Beberapa lembar kertas surat itu juga bukan surat cinta. Orang di masa kini sudah tidak lagi menggunakan cara kuno seperti itu.
Melainkan gambar kartun yang dihiasi kata-kata penuh kasih sayang, setiap kata mengandung sekitar sepuluh ton "makanan anjing", digunakan untuk bertingkah imut dan mempererat hubungan. Tentu saja ini juga merupakan usaha Tang Qingyan.
Saat tingkat dua universitas, Tang Qingyan masih cukup kekanak-kanakan.
Kalau dipikir-pikir memang agak menggelikan...
Terakhir, Cheng Yun mengambil sebuah kartu sambil mengatupkan bibir dengan erat.
Kartu tersebut buatan sendiri, memotong kertas putih kokoh seukuran KTP, di atasnya dilukis gambar dan tulisan berwarna-warni, dibuat dengan cukup meyakinkan.
Pada kartu yang diambil Cheng Yun ini tergambar seorang gadis kartun imut yang bersujud, pipinya diwarnai dua coretan sembrono berwarna merah muda untuk menampilkan rasa malu. Di posisi mencolok tertulis beberapa huruf besar sebagai nama, dengan baris kecil di atasnya sebagai petunjuk penggunaan:
Kartu Patuh!
Gunakan kartu ini untuk membuat bidadari kecil patuh satu kali!
Cheng Yun tak bisa menahan tawanya.
Masih banyak lagi yang lainnya.
Kartu bergambar sosok kartun kecil yang tertidur lelap sambil mendengkur: Kartu Tidur Segera, pakai kartu ini bisa membuat dewi sekolah ini langsung pergi tidur!
Kartu bergambar sosok kartun yang patuh: Kartu Jadi Manis, pakai kartu ini bisa membuat si cantik jelita langsung bersikap manis!
Sosok kartun kecil jatuh dari langit: Kartu Penuh Keinginan, pakai kartu ini bisa membuat dewi sekolah ini memenuhi satu permintaanmu!
……
Cheng Yun ingat masih banyak lagi, seperti Kartu Serba Bisa, Kartu Hentikan Amarah, Kartu Hentikan Pertengkaran, Kartu Cuci Baju, Kartu Cuci Piring, Kartu Hibur Aku Segera dan lain-lain, dibuat dalam set lengkap dengan desain sangat resmi dan indah. Waktu itu Cheng Yun sering malas menghibur Tang Qingyan yang sedang kesal. Setelah beberapa kali bertengkar, Tang Qingyan akhirnya dengan kepasrahan terpaksa membuat set kartu ini untuk memberinya kesempatan merengek saat dia marah.
Harus diakui, kartu-kartu ini memang sangat praktis.
Kecuali ada batasan penggunaan, dan hak interpretasi sepenuhnya ada padanya...
Tapi beberapa kartu sudah terpakai, Tang Qingyan belum mencari kesempatan untuk memberikannya kembali, sehingga yang masih tersisa di tangannya hanya beberapa lembar ini.
Dengan beberapa kartu terjepit di tangan, setelah tertawa, Cheng Yun tiba-tiba merasa terharu.
Ia mengira sudah bisa sepenuhnya melepaskan perasaan ini, namun kenyataannya masih ada penyesalan yang membara, hingga potongan kenangan tentang masa lalu, sepatah kata apapun dari Tang Qingyan, bahkan ucapan Kayu, mampu menciptakan riak-riak tak berkesudahan di dasar kalbunya.
Tiba-tiba, pintunya terbuka!
Cheng Yun kaget, sekejap melemparkan barang-barang itu ke ruang node, lalu memalingkan wajah dengan kaku.
Cheng Yan menjulurkan separuh tubuhnya dari balik pintu: "Apa yang kau lakukan?"
Cheng Yun pasrah: "Tidak..."
