Gadis kecil Yu Dian secara bawah sadar melirik ke loli, ragu sejenak, lalu berkata: "Aku belum pernah membuat, hanya dulu di panti asuhan pernah menjahit sandal bulu dan sepatu sendiri pakai jarum rajut, bisa dibilang punya sedikit pengalaman menjahit."
Setelah membeku sejenak, dia sedikit menggelembungkan kepercayaan dirinya: "Tapi aku memang lumayan ahli dalam hal-hal seperti ini."
Cheng Yan langsung tersenyum manis sambil memuji: "Kak Yu Dian benar-benar tipe istri yang baik dan ibu yang penyayang ya!"
Gadis kecil Yu Dian belum sempat bicara, Yin Nuxia yang lebih gesit sudah mengangkat rahang bawahnya dengan bangga: "Tentu saja!"
Gadis kecil Yu Dian pipinya sedikit kemerahan, berkata: "Itu juga karena dulu nggak bisa nolak, harus belajar menjahit."
Cheng Yan berkata: "Bisa menjahit tetap ada keuntungannya. Kadang baju sobek nggak perlu dibawa ke tukang jahit, kalau ada keadaan darurat bisa diatasi sendiri. Apalagi kalau nanti melahirkan anak nakal, pasti lebih sering harus melepas bajunya buat dijahit."
"Hm." Gadis kecil Yu Dian sangat memahaminya.
"Aku juga mau belajar menjahit!" seru Tang Qingying.
“Kamu mau belajar apa sih!”
“Sebagai persiapan untuk masa depan! Aku ingin jadi istri yang bijak dan ibu yang baik!” Tang Qingying berkata dengan wajah serius.
"Aku juga mau belajar!" Yin Nuxia ikut mengangkat tangan mendengar itu.
"Kalian berdua lebih baik menghemat tenaga saja......"
Cheng Yan membalikkan mata ke arah mereka, lalu menatap gadis kecil Yu Dian: "Nanti akan ku turunkan bola bulu latihanku, kita coba berdua. Kak Yu Dian tolong beri banyak masukan..."
Gadis kecil Yu Dian mengangguk, tiba-tiba melirik loli yang gerakan makannya melambat: "Kau pakai bulu loli untuk boneka, apa dia setuju?"
"Tentu saja! Cheng Yun bilang asal teknikku bagus, dia akan serahkan bulu loli padaku."
"Oh." Gadis kecil Yu Dian mengangguk.
Tubuh kecil loli bergetar halus, wajahnya berbalik memandang Cheng Yun dengan ekspresi ketidakpercayaan.
Cheng Yun juga merasa pasrah. Gadis ini sudah begitu cepat mengorbankannya, membuatnya sulit mempertahankan sikap "ini untuk kebaikanmu" saat mengelus bulu loli nanti.
Tang Qingying memperhatikan perubahan ekspresi si loli dengan jelas, namun dia memilih diam sambil terus menyuap nasi.
Ganbian kugua enak banget……
Usai makan, Cheng Yan langsung naik ke lantai atas untuk mengambil alat chuk chuk le wol domba latihannya, lalu berdiskusi dengan gadis kecil Yu Dian di area resepsionis.
Loli itu duduk di atas meja kopi, menghadap mereka sambil menyimak diskusi tentang cara mengubah bulunya menjadi boneka. Pada titik ini, ia sudah menyadari bahwa bulu yang awalnya ingin disimpan sebagai kenang-kenangan kini bukan lagi miliknya.
Di tengah proses, Cheng Yan berkomentar, "Ternyata butuh banyak sekali bulu untuk membuat boneka sekecil ini. Jangan-jangan bulu si loli tidak cukup."
Mata loli itu membelalak lebar.
Tiba-tiba Cheng Yan menoleh ke arahnya. Si loli buru-buru memalingkan pandangan ke boneka contoh yang tergeletak, berlagak seolah hanya tertarik pada mainan kecil itu.
“Apakah bulumu cukup?” tanya Cheng Yan, dia tahu pasti si loli tidak mengerti.
“……” loli itu tetap tak beremosi.
“Kamu suka boneka seperti apa? Aku akan membuatkannya untukmu.” Cheng Yan melanjutkan.
“……”
“Tidak mau bicara denganku!” Cheng Yan mulai cemburu, setiap kali Cheng Yun mengajak loli bicara, pasti direspon dengan suara hiks-hiks.
“Hiks hiks!!”
Loli itu berteriak penuh amarah, lalu melompat turun dari meja kopi — Tak melihat, tak resah!
Sore hari berlalu cepat. Yang membuat loli kesal, dua orang biasa itu ternyata terus mengincar bulunya sepanjang siang. Menurut diskusi mereka, stok dalam kotak kecilnya mungkin tak akan cukup untuk dijahili mereka. Bahkan bulu yang akan tumbuh nanti pun dalam bahaya.
Malam hari.
Sang Mage mendatangi pintu kamar Cheng Yun. Loli yang membukakan pintu.
“Terima kasih, Yang Mulia Loli.”
“Huu!”
"Kepala Stasiun!" Sang Mage menatap Cheng Yun.
"Baik!"
Cheng Yun berdiri, baru saja hendak menarik Sang Mage masuk ke ruang node, tiba-tiba merasakan kakinya dipeluk sesuatu.
Ia menunduk melihat loli yang memeluk erat kakinya - bahkan ekornya juga melilit pergelangan kakinya - menggoyangkan kaki namun tak bisa melepaskan diri, akhirnya berkata: "Kamu mau masuk buat apa sih, aku juga tidak bisa main sama kamu. Di dalam sana tidak ada yang seru."
"Wu!" Loli membantah.
"Lebih baik kamu di luar main dengan hiu kecil, lumba-lumba kecil, dan tikus kecilmu itu," kata Cheng Yun.
"Wu!" Kedua telinga loli bergoyang-goyang.
"Tapi bukankah kita sudah sepakat? Kamu harus membantuku menangani Cheng Yan di luar! Dia sudah latihan militer dua minggu, pasti sangat merindukanmu. Bagaimana kalau dia datang mencari tapi tidak menemukan kita berdua?"
"Wu......" Loli mulai ragu.
“Cepat lepaskan aku, sebagai Raja Padang Salju yang mulia, memeluk kaki manusia seperti apa jadinya?”
Kalimat ini sangat efektif, si loli langsung melepaskan cakar kecilnya, berdiri di tanah sambil mengangkat kepala tinggi-tinggi menatap tajam ke arahnya——Ketika bintang kecil tak berujung di sorot matanya mulai berkilauan, kesombongan dingin di wajahnya langsung menghilang, menyisakan manis yang lebih legit dari Tang Qingying.
Cheng Yun mencoba melangkah selangkah.
Si loli langsung berlari kecil mengitari ke depannya, ragu sesaat, lalu tubuhnya miring ke samping. Ternyata langsung merebahkan diri, berbaring di depan kakinya.
Ia mengangkat kepala melihat Cheng Yun, ketika melihat Cheng Yun menoleh ke arahnya, ia pun menurunkan kepala kecilnya, menempel ke permukaan tanah.
Wajah Cheng Yun langsung menghitam.
Ini maksudnya apa?
Pura-pura kecelakaan?
Belajar dari siapa?
Cheng Yun melangkahi tubuhnya, lalu berjalan dua langkah lagi ke depan.
Loli di belakang mengangkat kepala menatap tajam dengan takjub ke arahnya, baru bangkit secepat kilat setelah ia menoleh, mengulangi taktik lamanya.
Cheng Yun nggak bisa nolak, hanya memeluknya sambil berkata: "Cara curang begini keterlaluan, tak pantas untuk Raja Padang Salju yang kehilangan harga diri."
Loli membela diri: "Huu!"
Cheng Yun tak ingin mengajarkannya bahwa "akting curang" bisa memuluskan keinginan, namun hatinya luluh juga. Pertemuan setelah berpisah beberapa hari ini memang jadi perpisahan terlama sejak loli datang ke sisinya.
Wajar saja anak kecil rewel saat jauh dari orang tua. Dibandingkan yang lain, loli ini termasuk sangat penurut.
Maka Cheng Yun mengunci kamar dari dalam, bersama dua manusia dan satu makhluk memasuki ruang node.
Sang Mage memulai pembicaraan: "Kepala Stasiun, hasil apa yang kau dapat dari Alam Semesta Kayu kali ini?"
"Tunggu!"
Cheng Yun tiba-tiba mengerutkan kening, merasakan sesuatu yang aneh.
Loli dalam pelukannya juga mengalihkan pandangan ke satu arah, mengeluarkan suara "Wu", dan perlahan menyipitkan matanya.
"Ada apa?" Sang Mage bertanya dengan keraguan.
"Ada orang lain!"
"Ada yang akan datang?"
"Sudah datang!"
Perasaan Cheng Yun saat ini seperti sebutir nasi yang menempel di sudut bibir. Meskipun biasanya hal seperti ini akan langsung diingatkan orang, sebenarnya jika lebih peka atau memberi waktu lebih, diri sendiri pun bisa merasakan keanehan.
Detik berikutnya, dua manusia dan satu makhluk telah muncul ratusan kilometer jauhnya.
Sebuah siluet manusia terbaring terlentang dengan anggota badan terentang, seolah telah kehilangan harapan akan kehidupan. Dari jarak 100 meter, Cheng Yun masih bisa menilai dari lekuk tubuh yang menggoda bahwa itu adalah perempuan. Saat mendekat, wajah perempuan itu pun terlihat jelas.
Wajah matang dengan pesona memikat, kulitnya putih sempurna bagai hasil render komputer. Kecantikannya melampaui batas kewajaran.
Cheng Yun tak sengaja melirik ke arah Sang Mage di sampingnya.
Tingkat kecantikan yang sama-sama melampaui manusia biasa.
Namun mata perempuan itu terbuka kosong menatap langit, bibirnya sedikit terbuka dengan retakan, seolah kesadarannya sudah samar.
Jelas dia datang saat Cheng Yun berada di Alam Semesta Kayu, ketika hubungannya dengan node ruang-waktu sangat lemah dan inderanya menjadi sangat kabur. Wajar jika dia mengabaikan peringatan node tersebut. Dan kemarin saat kembali, pikirannya masih terbelenggu oleh Kayu dan Alam Semesta Kayu, sama sekali tak menyadari kehadirannya.
Entah sudah berapa hari dia berada di sini...
Cheng Yun buru-buru melepaskan loli kecil itu dan mendekat, berdiri di samping sang perempuan. Dengan tubuh sedikit membungkuk, dia memposisikan wajahnya dalam jangkauan pandang perempuan itu, sekaligus mengamati lebih jelas wajah sempurna tanpa cacat yang seolah selalu menggunakan riasan paling mewah.
Sebatang jarinya digerakkan, bola kristal pun melaju mendekat.
"Hello?"
Cheng Yun melihat bulu matanya yang panjang bergetar halus, sorot mata menunjukkan sedikit kilau spiritual, bibirnya pun bergerak-gerak lemah. Namun seolah tak ada tenaga tersisa, tak terdengar suara apapun yang keluar.
Padahal memiliki wajah yang mempesona bak perusak negara, postur tubuh yang memukau hingga membuat darah berdesir, tapi penampilannya justru terlihat begitu lusuh.
Segala sesuatu ini harus disalahkan pada dirinya sendiri.
Begitu pikir Cheng Yun sambil berjongkok, memegang bola kristal mendekati perempuan itu, berusaha menangkap setiap kata yang diucapkannya.
"Air..."
Cheng Yun mendengar suara yang lembut bak air sekaligus memiliki daya tarik magnetis yang menggoda. Meski terdengar lesu, pesona suara itu tetap tak terbendung.
Maka Cheng Yun pun berdiri dan berkata, "Maaf, mohon tunggu sebentar. Aku akan segera kembali."
Seketika kembali ke kamar, mengambil gelas airnya dan mengisinya. Dari luar terdengar ketukan pintu dengan ritme dan tekanan khas Cheng Yan, tapi Cheng Yun mengabaikannya. Langsung membawa gelas air itu kembali ke ruang node.
Tangan menyelip dari bawah lehernya, menyentuh rambut merah menyala sekejap, menopang bahunya untuk mengangkat tubuh bagian atas. Tangan satunya menyodorkan bibir gelas ke mulutnya.
Perlahan memiringkan gelas...
Gulp!
Awalnya masih pelan, namun secepat itu kecepatannya meningkat. Segelas air habis dalam sekejap mata. Alisnya berkerut, seolah air dingin itu mengiritasi lambung yang kosong selama berhari-hari. Tapi memang tak ada pilihan, di tengah musim panas, dispenser sama sekali tidak menghangatkan air.
Setidaknya segelas air ini tetap berguna. Sedikit kilau spiritual kembali di matanya. Seakan mengumpulkan sisa tenaga dari seluruh sudut tubuh, ia berusaha melepaskan diri dari Cheng Yun untuk berdiri.
Tak lama, ia sudah duduk di lantai. Dengan susah payah meluruskan pinggang, membuat bagian dada yang besar di balik baju tampak lebih kontras.
Rambut menjuntai dari dahinya, dia tidak merapikannya, melainkan diam-diam mengamati dua manusia dan satu makhluk di hadapannya melalui celah rambut, lama sekali baru berani membuka mulut.
"Ini tempat mana……"
"Ini ruang node, semacam stasiun perantara ruang-waktu. Aku bisa menjelaskan perlahan, tapi sebelumnya, apa kamu perlu makan sesuatu dulu?"
"Aku……"
"Sebentar, aku akan membuatkanmu sesuatu untuk dimakan."
