Pukul empat sore, kedua dewi sekolah akhirnya kembali ke penginapan. Saat itu mereka bagaikan dua pohon Natal berjalan, seluruh tubuh dipenuhi kantong-kantong berukuran besar kecil.
Bahkan Cheng Yun yang melihat pemandangan ini pun heran: "Seribu yuan bisa beli barang sebanyak ini!?"
Sang Mage mengangguk dengan tenang: "Iya."
Sementara Dewi Liu tak setuju, ia menggelengkan kepala dengan aura berat: "Terlalu mahal, seribu yuan terlalu cepat habis."
Para staf di dalam resepsionis langsung membuat ekspresi wajah tanda tanya ala meme orang kulit hitam.
Sang Mage melemparkan semua tas belanja ke sofa, lalu terduduk di sebelahnya sambil menghela napas lega.
"Whoosh~~"
"Barang-barang yang dibeli tidak mahal, dan selama kita bertemu manajer atau bos di toko, mereka selalu memberi diskon. Banyak juga yang memberikan benda-benda kecil..." Menghadapi pandangan heran mereka, Sang Mage menjelaskan sambil mengangkat benda-benda kecil itu, "Seperti topi nelayan ini, gantungan anjing kecil ini, dan tas tangan mini yang nyaris tak bisa menampung apa-apa ini. Sepatu dibeli satu gratis satu, lalu... masih banyak lagi."
Selama penjelasannya, Liu Xi terus merapikan tas belanja yang tercecer di sofa. Mulut tas dibuka seluruhnya menghadap ke atas, diurutkan dari ukuran terbesar hingga terkecil secara sistematis.
Setiap kali Sang Mage mengangkat mainan kecil untuk diperlihatkan, Liu Xi berdiri di sampingnya dengan sorot mata penuh antusias. Begitu benda itu diletakkan, langsung diambilnya dan ditempatkan pada posisi yang semestinya.
Setelah segala sesuatu tertata rapi, daya tumbukan visualnya semakin menghebat—
Tas belanja besar berjajar lebih dari satu baris di sofa, sementara tas berukuran lebih kecil memenuhi sisa ruang. Saat ini, selain area tempat Sang Mage duduk, seluruh sofa telah dipenuhi hasil jarahannya. Barang-barang kecil tersisa ditata rapi di meja kopi.
Para hadirin sudah tak lagi memperhatikan penjelasan Sang Mage. Mereka hanya terpana menyaksikan pemandangan ini.
"Benar-benar membuat iri~~" gumam Tang Qingying pelan.
"Iya," Cheng Yun mengangguk, "Apakah kecantikan memberi hak untuk semena-mena?"
"Huu!"
Sang loli melompat ke atas meja kopi, tanpa basa-basi mulai membongkar satu per satu tas kecil itu——karena ini sudah memasuki wilayah kekuasaannya, tentu harus melalui pemeriksaan rutin.
Mendengar suara Cheng Yun, ia menoleh sebentar, seolah belum sepenuhnya memahami perkataan tadi.
Mempertahankan postur satu cakar kecil yang masuk ke dalam sebuah kantong kecil sambil berpikir sejenak, ia merasa sudah memahami—mungkin maksudnya adalah setiap kali ia jalan-jalan ke supermarket hewan peliharaan berbeda, selalu ada orang biasa yang memaksa mempersembahkan mainan kecil untuknya?
Benar-benar orang biasa yang membosankan!
Loli menggoyangkan telinganya, mengabaikan hal-hal tak menarik ini, melanjutkan pemeriksaan rutin.
Ia bahkan melirik tidak puas ke arah Liu Xi yang berdiri hati-hati di samping, seolah siap setiap saat merebut kantong-kantong kecil ini, tak mengerti mengapa gadis itu begitu tegang—lagipula ia tidak berminat mengambil miliknya.
Setelah memeriksa sekali, hm, tidak ada barang terlarang.
Dengan hati puas, loli menarik kembali cakar mungilnya, berbalik menuju pinggiran meja kopi, meninggalkan kantong-kantong yang agak berantakan di atasnya. Ia masih sempat melirik samar ke Liu Xi sebelum melengkungkan tubuh dan melompat langsung melintasi lorong tengah, mendarat di meja resepsionis yang lebih tinggi.
Duduk manis terus melanjutkan penjagaan peruntungan hotel, namun penglihatan tepinya menangkap manusia itu buru-buru mengambil kantung-kantung kecil itu lalu menatakannya satu per satu.
“？？”
Tatapan loli mengeras, wajahnya mulai berkerut masam——
Apa maksudnya ini? Wang cuma memeriksa sekali, jangan-jangan barangmu bakal berkurang? Apa Wang akan mencuri milikmu? Lagipula di tubuh Wang hanya ada baju kecil ini dengan dua saku, mau sembunyikan di mana hasil curiannya? Di perut kah?
Sungguh tolol tak tertandingi!
Meski geram, loli mulia memutuskan takkan menggubrisnya demi menjaga identitas sebenarnya.
Tapi ia juga tak ingin melihat manusia ini lagi. Berbalik melompat ke lantai, langsung menuju tangga naik ke lantai atas.
"Tak perlu dirapikan, lagipula nanti kan tetap harus kau angkat ke atas dan mengeluarkan isinya dari kantung," kata Cheng Yun.
"Benar juga, sekarang saja kuangkat."
Liu Xi mulai menggantungkan kantung-kantung itu di lengannya, persis seperti pohon Natal berjalan lagi.
Melihat ini, Tang Qingying dan lainnya buru-buru berkata: "Kami akan membantumu membawanya."
Dengan cepat mereka membawa berbagai kantong naik ke lantai atas.
Cheng Yun duduk sendirian di kursi resepsionis, mengangkat lengan dan melihat jam tangan: "Sudah pukul empat setengah..."
Setelah beberapa saat, ia kembali memandang sekeliling ke arah luar.
Srikandi juga segera kembali, ya?
Dalam sekejap mata, pandangannya kembali tertahan di sudut tembok - di dinding putih salju bersembunyi seekor nyamuk berkaki panjang. Tak tahu bagaimana makhluk ini bisa masuk ke hotel dan selamat. Cheng Yun sudah meminta "Penjaga Hotel·Dahua dan Erhua" untuk membantu mengusir nyamuk-nyamuk ini.
Akhirnya, gadis kecil Yu Dian yang beberapa kali mencuri pandang dari samping tak tahan lagi, mengumpulkan keberanian berkata: "Bos ada perlu?"
Cheng Yun buru-buru menggelengkan kepala seperti genderang: "Tidak tidak!"
Gadis kecil Yu Dian ragu sejenak: "Tapi aku merasa kamu terlihat sangat bimbang..."
"Bukan bukan..."
Cheng Yun berkata, lalu membetulkan ucapannya: "Ini tidak ada hubungannya denganmu."
"Oh."
Gadis kecil Yu Dian diam, duduk di kursinya menatap desktop komputer dengan tatapan kosong, menanti dalam kesunyian sambil menghitung detik di dalam hati.
Satu, dua, tiga……
126……
Whoosh!
Cheng Yun berdiri.
Ekspresi gadis kecil Yu Dian tetap stabil seperti Gunung Tai, matanya masih tertancap di layar komputer seolah telah tenggelam dalam dunianya sendiri dan tak merasakan kehadiran dunia luar.
Namun penglihatan tepinya cukup untuk menangkap seluruh gerakan di resepsionis yang tak terlalu luas.
Bos Cheng berjalan keluar dari balik resepsionis.
Bos Cheng membuka pintu dan pergi.
Gadis kecil Yu Dian masih menatap desktop komputer, bahkan setelah Cheng Yun melangkah keluar pintu, bola matanya sama sekali tak berkedip.
Apakah Bos Cheng sedang bimbang mencari alasan?
Pikirnya dalam hati, namun tak memberikan evaluasi apa pun. Bahkan hanya di dalam batinnya.
Di luar pintu, Cheng Yun kembali lari ke supermarket kecil seberang untuk membeli sebungkus penyedap ayam. Saat kembali, ia melewati bakery Tang Qingyan. Melihatnya berdiri di depan pintu, menengadah menatap tajam dua pekerja yang sedang memasang papan nama di tangga. Cheng Yun yang menggenggam penyedap ayam menarik sudut bibirnya. "Seandainya tahu papan namanya sudah datang, ngapain beli penyedap ayam," gumamnya.
Tapi ia tetap menyapa sekilas: "Papan namanya sudah sampai?"
Tang Qingyan menoleh tajam meliriknya: "Iya."
Lalu pandangannya turun, melihat benda di tangannya: "Bos Cheng mau masak lagi?"
"Iya. Mau numpang makan?"
"Nggak."
"Nasi goreng telur seenak itu? Kok aku nggak tahu?" Cheng Yun melirik warung lalat di sebelah.
"……Aku cuma suka aja."
"Ganti selera?"
“……”
"Aku cuma ingat waktu itu ke Ji Zhou, kamu jemput di bandara bawa makanan. Aku belum balas budi." Cheng Yun menarik sudut bibir sambil bergumam, "Benar-benar brengsek!"
“Jadi?”
“Aku akan masak tumis daging babi untuk mengembalikan.”
“Berarti masakanmu lebih enak dari aku?”
“……Bukan soal kesombongan, tingkat memasakmu masih kelas adik.”
“Hei! Aku harus membuktikan ini!”
“Baik! Nanti kupanggil!”
“Hm.”
Cheng Yun membawa micin kembali ke penginapan. Melihat gadis Yu Dian telah berganti posisi ke tangan menopang dagu, namun tetap dengan ekspresi bosan yang hampa, sehingga ia lega dan langsung naik ke lantai atas tanpa berkata-kata.
Namun baru masuk kamar, dilihatnya Cheng Yan berjongkok di sudut ruang tamu bersama si loli mengamati hamster kecil, sesekali si loli masih memalingkan wajah untuk menatap tajam penuh kewaspadaan padanya.
Mendengar suara pintu terbuka, Cheng Yan berbalik dan bertanya heran: "Kenapa kamu beli micin lagi?"
“Ha... habis...” Ekspresi Cheng Yun menjadi kaku.
“Tapi aku baru membeli satu bungkus siang tadi.”
"Iya!" Cheng Yun tinggal di tempat, otaknya mulai berpikir cepat, "Tas itu dibalikkan si loli karena dikira camilan, berantakan di mana-mana, akhirnya kubuang semuanya."
Mendengar itu, si loli langsung memalingkan wajah melihat Cheng Yun, namun secepat itu pula menarik kembali pandangannya, terus mengamati hamster kecil.
Ia sudah terbiasa...
Cheng Yan pun tidak mencurigainya.
Sambil mengeluarkan bahan mentah dari kulkas, Cheng Yun berkata, "Aku mengajak Tang Qingyan makan di sini, kasihan lihat dia makan sendirian."
Cheng Yan yang sedang berjongkok cuma mengeluarkan suara "Oh", tanpa komentar lebih lanjut.
Malam harinya semua orang berkumpul di balkon atap untuk makan, kebetulan Lin Yuanwu dan kawan-kawan juga memesan makanan online di sana. Berkat sambutan hangat Cheng Yun, mereka bahkan menyempatkan mencicipi beberapa suap.
Feng Han menegakkan ibu jari memuji, "Keahlian tangan Bos Cheng luar biasa!"
Zhu Jiayan juga ikut menyetujui pujian itu.
Tak lama kemudian, mereka terkejut melihat porsi makan semua orang. Awalnya saat melihat rice cooker super besar yang biasanya hanya digunakan restoran, mereka mengira itu persediaan untuk besok juga. Meski merasa agak aneh, mereka tak banyak bertanya. Baru ketika menyaksikan kuali besar itu sampai tandas... Sungguh menakutkan!
Lin Yuanwu menatap tajam ember stainless steel di depan Sang Mage: "Badannya segitu kurus, kok bisa makan sebanyak ini..."
Tang Qingying pertama kali melontarkan: "Kak Yin Dan juga makannya banyak lho!"
Maksud tersiratnya, kenapa tidak menanyakan hal yang sama ke Kak Yin Dan?
Lin Yuanwu langsung merasa agak malu.
Dan Sang Mage yang juga merasa malu, secara tak terduga langsung mengalihkan pandangannya ke gadis kecil Yu Dian yang duduk di seberangnya. Terlihat gadis itu sedang menunduk diam-diam menjepit nasi ke mangkuk, gerakannya tenang dan patuh, seolah tak merasakan apapun. Namun sebagai seorang Mage, daya observasinya sangat tajam. Ia segera menyadari bahwa gadis ini sedang mengamatkannya dengan penglihatan tepi, persis seperti caranya mengamati drama-drama memalukan antara Sang Kepala Stasiun dengan orang lain.
Wajah Sang Mage langsung dipenuhi warna kepasrahan.
Biasanya ketika ada pertunjukan seru di hotel, merekalah yang menjadi penonton. Kebiasaan mereka yang hanya mengamati tanpa komentar, sepenuhnya memahami namun pura-pura tak mengerti, telah menciptakan kecocokan hati antar sesama penikmat drama - keselarasan psikologis khas para penonton pasif.
Bagai kolektor tiket suara di ibukota zaman dulu yang sama-sama mencintai seni pertunjukan...
Tapi Sang Mage tak pernah menyangka suatu hari dirinya justru akan berubah menjadi objek yang diam-diam "dikoleksi" oleh sesama penonton!
"Ahem!"
Ia batuk dua kali, menggunakan tatapannya untuk memberi tahu Tang Qingying jangan mencoba menantang seorang penonton yang memiliki sudut pandang Tuhan, jika tidak dia akan melakukan perlawanan padanya.
Untungnya Tang Qingying merasakan atmosfer yang agak canggung, juga menyadari bahwa sepertinya dia tidak seharusnya berkata demikian, lalu menutup mulutnya.
Di meja, Cheng Yan dan Cheng Yun terlihat bingung, melirik ke kiri dan kanan tanpa tahu apa yang terjadi. Sementara Yin Nuxia dan si loli sama sekali tak peduli dengan urusan luar, fokus menyantap nasi di mangkok mereka. Kecuali namanya disebut, mustahil membangunkan mereka dari kondisi ini.
